Hari semakin siang, tetapi Kirana tak kunjung datang nafsu makannya. Ia sudah mengenakan jam yang entah dengan teknologi apa, setiap jam makan selalu berbunyi. Sudah seperti alarm yang membuatnya mabuk dengan suara bising tersebut. Namun, nyatanya Kirana ingkar janji dengan jam tangannya.
"Ki, Angkasa nangis, sudah aku gendong tapi tidak mau diam!" Kirana tersadar dari lamunannya. Ia segera mendekati Rintik yang mondar-mandir seraya menggendong Angkasa.
"Sini, biar kugendong." Kirana mengambil Angkasa dan menimangnya.
Selang 15 menit kurang lebih, Angkasa tak kunjung diam, hingga membuat Kirana dan Rintik kebingungan. Diberi susu juga tidak mau, bahkan saat dicek suhunya juga normal.
"Ki, kalau menurutmu mungkin, tidak?" tanya Rintik.
"Mungkin apa?" Kirana berbalik tanya sembari terus mengusap pelan punggung Angkasa.
"Jika dia merindukan Kakrataka," ungkap Rintik.
Kirana berhenti menimang Angkasa. Ia diam serta mematung di tempat dengan isi kepala penuh tanda tanya.
