Masih dengan keterkejutan yang kadarnya tak berkurang sama sekali. Rintik menatap Anindya yang tengah menggendong bayi tersebut berusaha menenangkan.
"Drama apa lagi, ini?" batin Rintik.
"Tante, apa tidak ada petunjuk sama sekali?" tanya Rintik yang masih tetap duduk seraya menyandarkan diri di sofa.
"Sebentar," jawab Anindya yang menemukan secarik surat terjatuh begitu saja di lantai.
Ia kemudian berjalan menuju tempat Rintik duduk. Menyerahkan surat pada gadis itu untuk dibaca.
"Ardarin."
"Arda dan Karin?" tanya Rintik seketika itu.
"Memang ibunya Kirana sedang berbadan dua waktu itu dan bulan ini adalah perkiraan persalinan," sahut Anindya.
Sedangkan Rintik baru mengetahui sebuah fakta yang unik. Ia mengamati kembali wajah bayi tak berdosa yang kini tengah tidur terlelap di pangkuan Anindya.
"Maaf, sudah pergi tanpa mengabari dan ini adalah adikmu. Maaf, kami menyerahkannya padamu, Kirana. Karena Ayah dan Ibu tidak bisa merawatnya!"