"ARLAN?"
Rintik menginjak rem secara mendadak. Beruntungnya jalanan sedang sepi dan tidak ada satu pun mobil yang ada di belakang mobil yang dikendarai Rintik.
Kirana terlempar ke depan dengan posisi pelipis kanannya yang terbentur. Seketika ia merasa sangat pusing dan pelipisnya berkedut.
"Astagfirullah," ucap Kirana menyebut. Mengarahkan tatapan tajam pada Rintik yang tengah duduk santai seraya menggenggam setir.
"Kamu mau Arlan yang menjadi Ayah dari Angkasa?"
Kirana mendesis tajam. Ternyata Rintik telah salah paham dengan yang ia ucapkan.
"Bukan, Ri!"
"Lalu, apa?" tanyanya lebih ditekankan.
Kirana mengalihkan pandang kembali ke arah taman. Begitu pula dengan Rintik yang sedikit maju dan mengikuti arah pandang Kirana.
"Hah? Apa yang mereka lakukan? Padahal rumah mereka jauh sekali dari sini?" gumam Rintik.
"Kak Cla sangat cantik, ya," lirih Kirana.
"Kamu baik-baik saja, Ki?" tanya Rintik.