Dito membungkuk di depanku sembari mengulurkan cincin-cincin yang ada di tangan kanannya. "Will You marry Me?" Kembali terucap dari bibirnya apakah aku bersedia menikah dengannya.
Semua orang seakan tak sabar menantikan jawabanku. Padahal rasanya aku ingin menghilang saja dari hadapan mereka semua. "Tak perlu malu, Nak. Jawab saja ajakan Dito untuk menikah," ucap tante Lidya. Aku masih terdiam, tanpa bersuara sedikit pun. Sisil tahu betul apa yang aku rasakan. Dia mencoba membantuku keluar dari situasi membingungkan ini.
"Jawab jujur saja, Yum … tidak perlu takut. Kami semua pasti bisa mengerti, terlebih Dito," kata Sisil.