Chapter 40 - 40.

"Ah!" Anne menjerit kecil karena hampir terjatuh. Untunglah Rein berhasil menahannya tepat waktu.

"Haha, seingatku seseorang mengatakan bahwa anda sudah lancar berdansa Anne."

"Ini karena kita berdansa tanpa menggunakan lagu, yang mulia." Anne berusaha membela dirinya.

'Aku pasti tidak bisa berdansa dengan baik karena belum pernah berdansa dengannya, atau mungkin karena dia masih belum terbiasa dengan gaya dansa ini sehingga tidak bisa menuntunku sebaik Hans.'

"Apa saya perlu memperagakannya yang mulia?" Hans menawarkan diri. Ia sudah terbiasa berlatih dengan Anne, ia juga bisa melihat Anne sangat gugup berdansa dengan Rein.

"Iya, sepertinya anda perlu banyak belajar dari Hans, yang mulia." Anne dengan gugup melepas genggaman Rein dan berhenti berdansa.

"Hmm, baiklah. Aku akan mengamati dengan seksama dari sini."

"Ayo Hans." Anne menjulurkan tangannya, menunggu Hans menuntunnya untuk berdansa. Dan ketika mereka sudah di tengah, Collin menggerakkan metronomnya lagi.

Prok prok prok

"Dansa yang sangat menawan nona." Rein berdiri bertepuk tangan ketika Anne selesai berdansa. Ia tersenyum melihat muka Anne yang terlihat bangga menunjukkan kemampuan dansanya.

"Bagaimana yang mulia, apakah saya sudah layak menjadi pasangan dansa anda?" Anne bertanya dengan percaya diri.

"Hm, justru melihatmu berdansa membuat saya sadar bahwa hanya orang-orang terpilih saja yang bisa berdansa dengan anda, nona. Sepertinya pasangan dansamu selama pesta hanya akan ada satu."

"Hihi, sepertinya anda sudah lupa. Tapi orang pertama yang mengajariku berdansa adalah Kak Chris. Jadi anda tidak perlu khawatir untuk menemaniku berdansa terus menerus."

"Ah, benar juga."

"Aku harap Kak Chris bisa kembali ke Terra tepat waktu, sebelum pesta dansa."

"Hm? Kak Chris pergi kemana memangnya?"

"Ia sedang kembali ke Crotta sejak beberapa hari yang lalu, karena harus menjalankan sebuah misi."

"Nona. Bila anda sudah siap untuk makan siang, saya akan segera memberitahukan para pelayan untuk menghidangkan makanannya. Marchioness juga baru saja tiba di ruang garnet (ruang makan)," kata Hilda mengingatkan Anne, bahwa sudah jam makan siang.

"Silahkan yang mulia, saya harap anda bersedia makan siang di kediaman kami."

"Ah, sayang sekali. Padahal aku masih ingin berlatih dansa denganmu. Mau bagaimana lagi, sepertinya terpaksa aku harus berkunjung lagi sebelum pesta dansa."

--

"Bagaimana penampilanku nanny? Apakah sudah terlihat seperti rakyat Terra?"

"Masih sangat cantik nona. Bagaimanapun juga, saya masih khawatir. Anda yakin hanya akan membawa Hilda?"

"Tenang saja, Hans juga akan mengikuti dari dekat. Pangeran juga pasti membawa beberapa pengawalnya. Di kota juga banyak penjaga yang berkeliling."

"Pulanglah sebelum malam tiba, akan berbahaya bila sudah gelap."

"Iya nanny. Hans pasti menggendongku pulang bila sudah waktunya. Ayo Hans, Kak Rein pasti sudah lama menunggu."

"Hmm. Nona, Penyamaran anda malah membuat rambutmu lebih mencolok dari biasanya, hahaha."

"Benarkah? Apa aku perlu mengecatnya? Tapi itu akan sangat lama. Apakah rakyat Terra jarang memiliki rambut pirang?"

"Hanya bangsawan Terra yang memiliki rambut pirang, itu pun hanya sebagian kecil." Nanny sudah sering keluar untuk berbelanja ke kota dan tidak pernah bertemu seseorang yang memiliki rambut pirang.

"Kamu sudah siap Anne?" Rein berdiri ketika melihat Anne memasuki ruangan.

"Iya, ayo segera berangkat agar bisa kembali sebelum gelap."

--

"Kamu belum pernah berjalan-jalan di kota?"

"Iya, aku hanya pernah pergi ke toko sihir Cabel."

"Baiklah. Sebagai salah satu Pangeran Terra, saya harus bisa menunjukkan pesona Terra dengan baik."

Tok tok

"Bawa kami ke taman kota." Rein memerintahkan kepada kusir kereta.

"Sepertinya penyamaran kita akan sia-sia bila orang-orang melihat kita keluar dari kereta kuda seperti ini." Anne baru menyadari mereka menggunakan kereta kuda Rein yang besar dan sangat mencolok karena berwarna emas, yang menandakan bahwa itu adalah kereta keluarga kerajaan.

"Kita akan turun di tempat sepi dan berjalan kaki dari sana. Tenang saja Anne, aku sudah sering pergi ke kota." Rein mengatakannya dengan bangga.

"Kalau begitu saya mempercayakan perjalan ini kepada anda, terima kasih." Anne berkata sambil menahan tawanya, ia tidak tahu Rein bisa kekanak-kanakan seperti ini.

"Coba lihat keluar jendela Anne, ini adalah danau terbesar yang ada di ibu kota. Di sebelah sana adalah kumpulan angsa yang sedang berenang."

"Ah, jadi itu adalah angsa, tidak menyadarinya. Mereka berenang dengan sangat tenang, hingga awalnya kupikir hanya suatu benda yang mengapung."

"Kamu ingin melihat mereka terbang?" Rein bertanya usil.

"Terbang?" Anne bingung dengan pertanyaan Rein.

"Perhatikan mereka baik-baik."

Anne yang penasaran kembali melihat keluar jendela, kearah angsa-angsa tersebut.

"Wah! Apa yang terjadi?" Anne terkejut melihat mereka tiba-tiba panik dan mulai berterbangan satu persatu.

"Hehe, aku hanya sedikit menggerakkan air danaunya." Rein tertawa kecil melihat Anne yang terkejut.

--

"Wah, taman ini sangat besar."

Sudah beberapa menit mereka berjalan, tapi ia masih belum melihat ujung dari taman ini. Anne juga semakin gelisah karena tangannya yang mulai basah di genggam oleh Rein. Karena Hans sangat menarik perhatian, ia berjalan agak jauh dari mereka, meninggalkan Anne dengan Rein dan Hilda.

Anne tidak menyangka taman kota sangat besar dan indah. Anne sedikit bingung karena hanya ada beberapa jenis bunga di taman ini, itu pun hanya sedikit.

"Iya. Taman ini memang dibuat untuk bisa dinikmati rakyat, sehingga terbuka untuk umum. Walaupun begitu, taman ini tidak kalah indah dengan taman istana. Disebelah sana bahkan ada labirin kecil."

"Ng? Apa ini bunga mawar?"

"Hati-hati Anne, jangan memegangnya langsung. Biar aku saja." Rein segera menghentikan tangan Anne sebelum menyentuh mawar tersebut.

"Terima kasih. Ahaha, bagaimana aku bisa lupa kalau mawar memiliki duri di tangkainya. Tapi mengapa hanya ada dua jenis bunga di taman ini?" Anne tertawa dengan canggung karena malu.

"Hanya tempat-tempat tertentu di taman ini yang dihiasi bunga. Ini adalah karena banyak warga yang memetiknya dan menjualnya. Sehingga mereka hanya sedikit, dan bahkan ditempatkan penjaga khusus agar tidak ada yang memetiknya lagi."

"Ah, kalau begitu kenapa anda memetik bunga ini?!"

"Hei. aku pangeran, ingat? Lagi pula aku hanya memetik satu. Hahaha, tidak usah panik seperti itu. Kamu takut akan ditangkap?"

"Kita kan dalam penyamaran, mereka tidak akan mengenalimu."

"Hei lihat itu, mereka menjual sesuatu. Ayo Anne." Rein segera mengalihkan perhatian Anne dan menunjuk penjual aksesori di pinggir taman.

"Silahkan nona, aksesori ini pasti akan sangat cocok untuk rambut indah anda." Penjual itu langsung memilihkan jepit rambut berbentuk bunga mawar kepada Anne. Ia pasti melihat bunga mawar yang dipegangnya.

"Iya nona, ini pasti sangat cocok dengan gaun anda." Hilda yang dari tadi hanya diam, tiba-tiba sangat antusias melihatnya. Ia dan yang lainnya sudah berhari-hari memikirkan perhiasan dan aksesori apa yang cocok dengan gaun Anne.

"Ah benarkah?" Anne menggunakan kesempatan ini untuk melepas genggaman Rein dan memegang jepit rambut tersebut. Anne segera mengelap tangan di gaunnya, sebelum Rein kembali menggenggamnya.

"Hm, memangnya gaunmu seperti apa?"

"Hehe, seperti ini." Anne menjulurkan mawarnya. Tapi langsung menyembunyikannya lagi, karena takut ada penjaga.

"Pasti akan sangat cocok denganmu. Saya akan membeli jepit mawar ini sepasang."

"Baik tuan, terima kasih." Perempuan dengan gesit membungkusnya dan memberikannya kepada Hilda.

"Hm? Apa itu?" Anne melihat anak-anak banyak yang berkerumun tak jauh dari mereka.

"Oh, itu penjual gulali. Kamu belum pernah mencobanya?"

"Belum, di Verdant sepertinya tidak ada makanan seperti itu."

"Hilda, bisakah kamu membelikannya? Kami akan menunggu di sana."

Melihat kerumunan yang ramai, sepertinya lebih baik mereka tidak membelinya sendiri. Rein sebenarnya tidak ingin memerintah pelayan Anne, tapi karena tidak ada orang lain, terpaksa ia menyuruhnya.

"Apakah ini adalah labirin yang anda bicarakan tadi?" Rein mengarahkan mereka untuk duduk di sebuah bangku yang ada di depan dinding tanaman yang sangat tinggi.

"Iya benar, disana adalah pintu masuknya. Kamu ingin mencobanya Anne? Labirin ini tidak sesulit labirin di istana, tapi hanya memiliki satu jalan keluar atau satu jalan masuk."

"Anda pernah mencoba memasukinya?"

"Belum, karena sudah bisa menyelesaikan labirin istana dengan mudah, saya tidak begitu tertarik dengan labirin ini."

"Bolehkah aku mencobanya? Lagi pula aku akan masuk dengan seorang ahli labirin, jadi aku tidak takut akan tersesat."

"Kamu yakin? Kita mungkin tidak akan sempat pergi ke tempat lain lagi bila kamu tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat."

"Hahaha, kamu bisa mengajakku berkeliling lagi di lain hari."

"Ini nona, gulalinya." Hilda datang membawakan gulali untuk Anne dan Rein.

"Tidak, terima kasih Hilda. Gulali ini untukmu saja."

'Apakah aku terlihat seperti seseorang yang menyukai makanan manis?' Rein tidak menyangka Hilda akan membelikannya gulali juga.

"Karena Hilda sudah kembali, ayo kita segera masuk ke labirin ini."