Chapter 46 - 46.

"Aku tadi menggunakan kalungku karena ingin mencari sesuatu. Maaf. Anda memberikannya untuk digunakan dalam keadaan genting, tapi aku malah menggunakannya dengan sembarangan."

"Yang terpenting adalah kamu baik-baik saja. Kita hanya perlu mengisinya lagi bila energinya habis."

"Padahal anda sudah jauh-jauh kemari …."

"Haha, aku juga hanya sedang berjalan-jalan. Oh ya, tadi aku lupa melepaskan gelang pemberianmu, tapi ternyata gelang itu tidak terdeteksi."

"Saat ketika akan masuk ruangan pesta? Apakah gelang itu rusak?"

"Tidak, aku masih bisa merasakan efek sihirnya. Mungkin karena gelang ini hanya memberikan efek pasif, dan tidak bisa mengeluarkan sihir."

"Hmm … berarti kalung ini pasti akan terdeteksi bila aku kenakan tadi."

"Haha, iya. Melihat sihir yang baru saja kamu keluarkan, pasti kalung ini akan disita. Kamu sudah akan tidur?"

"Aku sangat lelah, tapi masih tidak bisa tidur."

"Hmm, bulan hari ini sangat indah Anne."

Rein berjalan membuka pintu balkon kamar Anne.

"Ah iya, tadi aku juga melihatnya saat pesta …."

Anne kembali mengingat pertemuannya dengan Galand. Masih sebuah misteri bagaimana ia bisa masuk tanpa menimbulkan suara.

'Bila aku harus menikah, tentunya tidak dengan orang seperti Galand.'

Rein meraih tangan Anne dan menuntunnya perlahan keluar balkon. Ia sedikit terkejut ketika menginjak lantai yang dingin, tidak seperti kamarnya yang dialasi dengan karpet.

"Apa yang terjadi Anne? Mungkin aku bisa membantu mencari dan menghukum orang itu."

"... Lebih baik aku tidak bertemu lagi dengannya."

"Apa dia melakukan sesuatu kepadamu?"

Rein tidak memeriksa keadaan Anne dengan baik tadi, apa ia terluka?

"Tidak, bukan itu. Aku juga tidak tahu apakah yang dikatakannya benar atau tidak. Aku tidak tahu apakah tidak apa-apa memberitahukannya kepadamu …."

Anne sebenarnya ingin menceritakannya, tapi kepada siapa ia bisa bercerita? Ia tidak ingin menyusahkan orang lain lagi. Sampai kapan ia harus bergantung kepada bantuan orang disekitarnya? Mereka tidak mungkin akan membantuku setiap saat.

"Kamu perlu malu menceritakannya kepadaku Anne. Aku akan membantumu mengatasinya."

Agar ia bisa membantu Anne, ia perlu tahu apa yang telah terjadi. Ia harap Anne bisa semakin terbuka dan percaya kepadanya.

"Ia mengatakan bahwa dirinya adalah Galand …, Putra Mahkota Kerajaan Wart."

"Wart? Tidak mungkin ia bisa masuk ke dalam pesta hari ini."

"Haha, tidak masuk akal ya? Tapi aku terpaksa percaya kepadanya karena ia tahu mengenai kejadian waktu itu. Ia bahkan memiliki insignia keluargaku, yang adalah milik Kak Fricsia."

"Kamu sudah memastikannya Anne? Itu benar milik keluargamu?"

"Sudah, dan memang benar itu adalah insignia keluargaku. Ia bahkan memberikannya kepadaku."

"Aku akan memberitahu ayah dan mencarinya. Ia pasti masih ada di Terra."

"Apakah tidak akan berbahaya bila menangkapnya? Ia bahkan mengatakan hal aneh seperti menikah."

"Menikah?! Siapa?"

"Menikah dengannya. Agar aku bisa kembali ke Verdant, tanpa perlu berperang. Apakah ia pikir aku mudah untuk dikelabui? Tetap saja dia yang menjadi raja."

"Hah! Aku tidak akan membiarkannya bertemu lagi denganmu. Tenang saja Anne. Ia tidak akan bisa melakukan apapun di Terra. Aku akan mengirimkan pengawal tambahan ke kediaman Voinn. Atau kalau perlu …,"

Rein tiba-tiba ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Atau ...?"

"A-atau kamu ingin tinggal di sini selama kami masih mencarinya? Tentu saja ini demi keamananmu."

"Di istana? A- em, tidak perlu. Saya sangat menghargai bantuan anda selama ini, tapi Kak Louis akan datang minggu depan ..., jadi sebaiknya saya tetap tinggal di kediaman Voinn."

"Dari apa yang ia katakan, ada kemungkinan ia akan datang menemuimu lagi. Jangan sampai ia mengetahui mengenai keberadaan kakakmu."

"... Iya tentu saja. Terima kasih atas bantuannya, yang mulia."

"Panggil saja aku Rein. Lagi pula tidak ada siapa-siapa disini."

Lama Rein terdiam sambil masih memikirkan apa yang mereka bicarakan. Anne bersandar di balkon dan memandang bulan yang sangat terang malam ini.

Angin malam memang membuat pikirannya lebih jernih. Ia bisa lebih rileks setelah membicarakan semua itu dengan Rein. Ia harus memberi tahu Kak Chris juga ketika pulang nanti.

Anne merapatkan lagi jubah Rein, malam terasa semakin dingin ketika mereka berhenti berbicara.

"Kamu kedinginan Anne?" Rein merangkulnya dari samping dan menggosok pelan lengan Anne.

"Sedikit …." Anne bisa mencium wangi bunga dan kayu dari tubuh Rein, masih sama seperti ketika mereka berdansa.

"Mau kembali ke dalam saja?"

"Aku baik-baik saja. Aku merasa lebih tenang di luar sini." Walau ia merasa gugup berdekatan dengan Rein, tapi ia menyukainya.

"Aku masih bisa mendengar musik yang dimainkan di ruang pesta."

"Wah, pendengaranmu sangat bagus, Anne." Rein saja tidak bisa mendengar apa-apa, karena pesta itu diadakan di istana sebelah.

"Hehe, aku sering mendengarnya."

Anne membuat gelembung-gelembung cahaya kecil, agar bisa melihat dengan lebih baik. Gelembung itu melayang-layang di sekitar mereka seperti kunang-kunang.

"Bagaimana dengan kelas sihirmu Anne? Aku dengar marchioness Verlant sedang kembali ke Crotta."

"Tidak banyak. Lihat ini, sekarang aku bisa membuat gelembung cahaya dalam berbagai warna. Tapi warna ungu adalah yang paling sulit kubuat. Bagaimana denganmu, … Rein?"

"Sekarang aku bisa membuat air hanya dari udara. Oh Anne, bagaimana kalau kita coba membuat itu?"

"Hmm? Apa itu?"

"Ini." Rein membuka kedua tangannya dan mulai membuat gelembung air dan mengarahkannya di depan gelembung-gelembung cahaya Anne.

"Wahaha! Pelangi!" Anne menertawakan Rein, karena pelangi itu terpantul di wajahnya.

"Haha, aku juga sebenarnya tidak yakin akan berhasil. Sekarang kamu bisa membuat semua warna bukan?" Rein sedikit bergeser agar pelangi tersebut terpantul ke dinding dibelakangnya.

"Aku tidak pernah melihatnya secara langsung." Anne langsung membuat gelembung cahayanya lebih besar lagi, agar pelanginya semakin besar.

"Ah!" Anne sedikit terkejut karena lantai yang dingin, ketika ia berjalan ingin menyentuh pelangi yang terpantul di dinding.

'Aaaah, padahal aku sudah sengaja tidak bergerak, agar lantai di kakiku menjadi hangat. Tapi karena terlalu bersemangat, aku jadi lupa.'

Anne memang hangat dalam pelukan Rein, tapi kakinya tidak. Terlebih lagi karena gaunnya hanya mencapai lututnya.

"Ada apa Anne?"

"Aku hanya terkejut karena lantainya yang dingin. Hehe." Anne segera kembali ke tempatnya yang sudah hangat.

"Maaf Anne aku tidak sadar kalau kamu tidak menggunakan sandal. Ayo kita masuk saja, diluar sini juga sudah semakin dingin."

Rein mengangkat Anne perlahan dan menggendongnya. Berjalan di lantai yang dingin pasti akan menyakitkan.

Anne menyentuh pelangi yang mereka buat, ketika Rein berjalan melewatinya.

"Hm? kamu masih mau melihatnya?" Rein berhenti sebentar, agar Anne bisa melihat pelangi itu dari dekat.

"Haha, aku masih tidak percaya aku bisa membuat pelangi! Aku harus memberitahu nanny nanti!"

"Tapi jangan beritahu Hera. Ia akan terus meminta kita membuatnya." Ugh membayangkannya saja sudah menyebalkan.

"Hahaha." Anne sudah bisa membayangkan Hera membujuk mereka setiap kali bertemu.

Pop!

Gelembung air yang dibuat Rein pecah, dan pelanginya pun langsung menghilang. Energi sihir Rein jelas lebih banyak dibandingkan Anne. Sihirnya berakhir karena ia tidak fokus, ketika melihat Anne tersenyum dari dekat.

"Ah, sepertinya sihirku sudah habis. Maaf Anne."

Rein segera masuk ke dalam kamar Anne dan menurunkannya di dekat tempat tidurnya. Ia tidak ingin Anne mendengar detak jantungnya yang sedang tidak terkontrol.

"Hehe, tidak apa-apa. Terima kasih sudah menemaniku Rein."

"Iya. Kalau begitu, selamat tidur Anne." Rein membantu Anne naik dan menyelimutinya.

"Selamat tidur Rein."

Anne berbaring dan memeluk bonekanya, siap untuk tidur. Lega rasanya setelah mengutarakan segala kekhawatirannya. Ia bisa tidur dengan tenang sekarang.

"Ng." Setelah menutup pintu balkon, Rein mematikan lampu dan menutup pintu kamar Anne.

"Ah, yang mulia. Apakah semuanya baik-baik saja?"

Hans sudah sangat penasaran karena mereka lama sekali di dalam, tapi ia tidak berani masuk dan mengganggu.

"Iya tenang saja. Kami hanya mengobrol sebentar."

Untunglah disana tidak ada siapa-siapa, hanya pegawai saja. Mereka tidak akan berani menyebarkan rumor aneh, karena mereka tidak boleh membicarakan bangsawan dengan sembarangan.

"Baik. Selamat malam, yang mulia."

--