Chapter 45 - 45.

"Ini kamarmu Anne! Katakan saja kepada pelayan bila kamu membutuhkan sesuatu."

Melihat kondisi Anne setelah bertemu dengan Galand, Rein memutuskan untuk mengantarkan Anne untuk beristirahat, walaupun pesta masih berlanjut. Anne juga tidak ingin bertemu lagi dengan Galand. Ia masih belum siap dengan semua yang baru diketahuinya.

"Walaupun Hans akan berjaga semalaman, akan ada pengawal istana yang juga akan berjaga di luar kamarmu. Tidak apa-apa kan Anne?"

Kak Chris juga kali ini tidak ikut menginap, tapi tidak apa-apa selama masih ada Hans dan Hilda.

"Iya terima kasih Kak Rein, Hera. Ah iya, tunggu sebentar. Hilda, bawakan hadiah-hadiah yang sudah kusiapkan sebelumnya."

"Baik nona."

Hilda membawakan dua kotak hadiah dan memberikannya kepada Anne.

"Kotak besar ini adalah hadiah untuk Putri Luna, sedangkan ini adalah untukmu Hera."

"Wah! Untukku juga ada! Terima kasih Anne!! Boleh aku membukanya sekarang?"

"Tentu saja."

"Wow, ini sangat cantik Anne! Terima kasih!"

Hera langsung memeluk Anne karena sangat senang. Ini adalah pertama kalinya ia mendapat hadiah dari seseorang yang bukan keluarganya. Ah, tidak. Bahkan keluarganya juga sangat jarang memberinya hadiah.

"Sayang sekali sangat tidak cocok dengan Hera." Parlo kembali meledek Hera.

"Wah kamu ini benar-benar! Bilang saja kamu iri! Sayang sekali ini lebih sangat tidak cocok untukmu!"

"Hahh …"

Rein mendesah pasrah. Ini sudah malam dan ia sudah sangat lelah untuk meladeni adiknya.

"Baiklah Anne, aku akan memberikannya kepada Kak Luna. Kamu beristirahatlah, hari ini pasti melelahkan."

"Iya, terima kasih sudah mengantarku hingga ke kamar."

"Dadah Anne, semoga tidurmu nyenyak!"

--

"Terima kasih Hilda."

Anne tidak akan mandi kalau tidak ada Hilda yang membantunya. Anne memang sudah tidak lagi dimandikan sejak tinggal di Terra, tapi hari ini ia menyerah. Otot seluruh tubuhnya tidak bisa rileks sama sekali hari ini.

"Hahh …, akhirnya aku bisa berbaring juga. Kamu sudah bisa pergi Hilda. Aku sudah akan tidur." Anne segera menjatuhkan dirinya ke kasur yang empuk.

"Apakah lebih baik saya menemani anda disini?"

"Tenang saja, aku bisa menggunakan sihirku bila ingin ke toilet."

Di dalam ruangan ini tidak ada kasur tambahan, dan pasti tidak nyaman untuk tidur sambil duduk. Ia tidak ingin Hilda kurang istirahat.

"Oh, tunggu dulu Hilda. Tolong ambilkan kalungku."

Sudah menjadi kebiasaan Anne untuk selalu menggunakan kalung sihir pemberian Rein. Tapi hari ini para pelayannya memaksa untuk menggunakan perhiasan yang lain. Akhirnya ia setuju ketika mengetahui bahwa para tamu tidak diperbolehkan membawa senjata dan aksesori sihir ke pesta yang diadakan di istana.

"Apakah anda memerlukan hal lain?"

Hilda bertanya setelah membantu Anne memakai kalungnya.

"Ehm, tidak itu saja."

"Kalau begitu saya akan keluar. Selamat malam nona."

Hilda mematikan lampu dan keluar dari kamar Anne.

Klek

Anne bisa mendengar suara pintu yang ditutup ketika Hilda keluar. Anne berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya.

'Kenapa akhir-akhir ini aku sering mendengar kata menikah? Apakah semudah itu mereka memilih pasangan hidup? Bukankah aku masih terlalu muda untuk menikah? Apakah semuanya akan lebih mudah bila aku menikah?'

Anne jadi penasaran dengan bagaimana kedua orang tuanya bisa menikah. Semua orang mengatakan bahwa kita harus menikah dengan orang yang kita cintai. Seperti apa rasanya saling mencintai? Apakah seperti ia menyayangi keluarganya?

Muka Anne sedikit memerah. Ia tidak pernah membayangkan menyayangi orang lain diluar keluarganya. Untuk mendapatkan teman saja sudah sangat sulit, bagaimana ia bisa menemukan orang yang ia cintai?

Mengingat Galand yang dengan mudahnya mengatakan bahwa ia mencintainya, Anne menjadi sebal. Apakah mungkin mencintai seseorang yang tidak mencintainya? Jelas sekali ia hanya berbohong mengenai perasaannya. Memang sudah seharusnya ia tidak mempercayai perkataan dari orang yang menghancurkan Verdant.

"Kak Fricsia …,"

Ia sama sekali tidak memiliki petunjuk keberadaan kakaknya, bahkan ketika sudah berhasil mengetahui keadaan ayah, ibu, Kak Louis, dan Kak Verto. Setidaknya perkataannya mengenai kakak sepertinya benar.

Ia tidak menyangka kakaknya kabur ke utara. Apa ia kembali lagi ke Kastil Serene? Tapi mereka pasti bisa dengan mudah menemukannya, bila ia kembali kesana. Mungkin kakaknya bersembunyi di hutan dan mencari pertolongan ketika keadaan sudah aman.

"Ah …, aku melewatkan ulang tahun kakak pertengahan musim gugur kemarin …."

Tidak terasa sudah hampir enam bulan sejak ia kabur dari Kastil Serene. Mereka bahkan belum sempat merayakan ulang tahun ayahnya saat itu.

Anne memejamkan matanya, berusaha untuk tidur. Tapi ia masih saja tidak bisa berhenti berpikir. Apakah karena aku belum mengantuk? Tapi aku sudah sangat lelah.

"Hah …," Anne mendesah pelan.

Bagaimana ia bisa tidur dengan nyenyak bila hatinya sangat gelisah seperti ini?

Anne memutuskan untuk mengambil boneka yang diberikan oleh Hera. Mengelusnya mungkin akan membantunya lebih tenang.

'Ah, aku terlalu lelah untuk menggunakan sihirku.'

Anne memutuskan untuk menggunakan sihir dari kalungnya. Memang sayang sekali seluruh energi sihirnya akan langsung habis terpakai. Tapi ia memang sudah sangat penasaran akan seperti apa sihir yang keluar bila sudah penuh.

"Whoaa!!"

Anne tidak percaya sihirnya bisa menciptakan cahaya sebesar ini. Ini sudah seperti di siang hari saja!

Tok tok tok tok

"Nona! Apakah nona baik-baik saja?"

Melihat cahaya terang yang keluar dari dalam kamar Anne, Hans segera mengetuk pintu kamar Anne untuk memastikan Anne baik-baik saja. Ia takut Anne tiba-tiba diserang.

"Ah, tidak apa-apa Hans. Aku hanya sedang melatih sihirku."

"Apa anda yakin? Ada yang bisa saya bantu nona?"

Hans sedikit lebih tenang, karena Anne baik-baik saja. Tapi Ia tidak pernah melihat Anne menggunakan sihir sebesar ini.

"Tidak, tidak. Semua baik-baik saja."

Anne kembali naik ke ranjangnya setelah menemukan bonekanya. Tak lama kemudian, sihirnya pun menghilang.

'Hm, mungkin karena skalanya yang sangat besar, sihirnya tidak bertahan lama.'

"Ada apa dengan Anne?"

Rein yang sedang berjalan-jalan di taman langsung berlari menghampiri kamar Anne. Ia yakin tidak ada pengguna sihir cahaya lain diantara tamu pesta hari ini.

"Yang mulia! Ah itu, nona tidak apa-apa. Saya baru saja memastikannya."

"Apakah kamu sudah melihat langsung keadaan Anne?"

"Ti-tidak, nona Anne melarang saya masuk ke dalam dan mengatakan bahwa ia tidak apa-apa."

Tok tok tok

"Anne, kamu baik-baik saja? Apakah boleh aku masuk untuk memastikan?"

Banyak penyihir yang bisa menirukan suara orang lain. Ia tidak bisa mengambil resiko setelah apa yang baru saja terjadi. Anne tidak akan menggunakan sihir sebesar itu bila tidak terjadi apa-apa.

"Kak Rein?"

Anne sedikit menyesal telah membuat keributan di malam hari. Walaupun masih belum terlalu larut dan sepertinya pesta masih berjalan.

Sret sret

Anne berjalan pelan mencari pintu kamarnya. Rein terdengar sangat khawatir, ia tidak akan pergi sebelum memastikan secara langsung bahwa Anne benar-benar aman.

Klek

"Aku baik-baik saja, yang mulia. Maaf sudah membuat anda khawatir."

Anne membungkuk meminta maaf.

"Yang mulia apakah semuanya baik-baik saja?"

Beberapa pengawal istana juga datang setelah melihat sihir Anne dan Rein yang berlari menuju kamar Anne.

"A-Anne!"

Rein segera masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Ia sangat terkejut dengan kedatangan para prajurit di belakangnya.

"...?!"

Anne bingung mendengar Rein tiba-tiba berteriak panik. Apa ia sangat marah karena keributan yang kuperbuat?

"Yang mulia?!" Para pengawal juga sangat kaget melihat reaksi Rein.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit terkejut tadi. Kalian boleh kembali ke tempat kalian masing-masing." Rein menjelaskan kepada para pengawal.

"Anne … hah …," Rein mendesah pelan, tidak tahu bagaimana ia harus menjelaskan kepadanya.

Rein segera membuka jubahnya dan mengenakannya kepada Anne. Untunglah ia segera mengalihkan pandangan dan karena ruangan itu gelap sehingga ia tidak melihat apapun.

"Ng?"

"Anne, walaupun kamu masih kecil, kamu adalah perempuan. Tidak baik bertemu dengan seseorang hanya menggunakan gaun tidurmu."

Rein bersyukur Anne tidak bisa melihat mukanya yang merona. Ia harap para pengawal tadi tidak sempat melihat apa-apa.

"A-ah ....," muka Anne langsung memerah ketika menyadari ia berpakaian tidak pantas di hadapan Rein. Ia memang mengetahui mengenai hal itu, tetapi karena ia tidak pernah bertemu dengan siapapun setelah menggunakan gaun tidur, ia menjadi lengah.

"Ehem. Itu tadi, apakah terjadi sesuatu kepadamu?" Rein segera mengalihkan pembicaraan, karena keadaan canggung barusan.

--