"Terima kasih Chris, sudah membantu dan menemani Anne selama ini. Kalau tidak ada kamu … entah Anne akan seperti apa sekarang."
Mereka kembali mengobrol ketika Anne kembali ke kamarnya.
"Tidak masalah Louis. Ini bukan hal besar. Ibu juga sangat khawatir dengan keadaan Anne dan kalian semua. Ia mungkin akan langsung mengadopsi kalian semua bila paman tidak ada."
"Marchioness memang sangat baik. Aku akan mengurus kembali bisnis dan kediaman Voinn, maaf sudah merepotkanmu."
"Haha, aku juga banyak belajar dari Collin. Ia adalah pelayan yang sangat bisa diandalkan."
"Bagaimana keadaan di Crotta?"
"Kami sudah merundingkannya, tetapi aku tidak yakin raja akan membantu. Tapi kelompokku sudah pasti akan membantu sebisa kami, walau jumlah kami tidak terlalu banyak."
"Aku akan sangat menghargainya Chris. Jadi … apa yang terjadi kepada Jeremy?"
"Ehm, sebenarnya aku tidak ingin memberitahumu juga. Sebenarnya Jeremy kembali dalam keadaan terluka cukup parah. Untunglah ia tidak ada tulang yang patah, tapi ia mendapat banyak luka besar dan kehilangan banyak darah. Karena ini juga ibu segera kembali ke Crotta."
"Maaf Chris, kami jadi melibatkan keluarga kalian. Bila kalian membutuhkan sesuatu, katakan saja kepadaku. Aku pasti akan membantu."
"Ah, tidak apa-apa Lou. Ia sudah membaik sekarang. Ibu juga mengatakan ia sudah sadar dan sangat cerewet di rumah. Sepertinya ia tidak betah di rumah terus."
"Apakah yang pasukan Wart yang menyerang mereka?"
"Iya benar. Sepertinya mereka berpikir hanya Verto yang masih hidup. Mereka sudah mendapatkan insignia Fricsia, membunuh duchess, dan yakin bahwa kamu sudah terbunuh saat peperangan."
"Dan mereka tidak mengetahui keberadaan Anne." Louis melanjutkan.
"Ehm, mereka sudah mengetahuinya Lou. Apa Anne belum menceritakan mengenai Galand?"
"Siapa?"
—
"A-Anne … apa ini?" Ini adalah kejutan paling luar biasa sejak ia datang. Sejak kapan mereka punya peliharaan seperti ini?
"Ahaha …. Ini Choco kak. Salam kenal …." Anne tersenyum canggung.
Ia lupa mengatakan hal ini kepada Kak Louis. Choco datang di saat yang tidak tepat sepertinya. Ah, ia juga masih belum menceritakan soal Galand.
"Maaf Louis, aku tidak bisa mencegahnya, apalagi ketika ibu juga menyetujuinya." Chris sudah berusaha menghalangi dan menyarankan hewan lain, tapi Anne memang sedikit keras kepala.
"Choco sangat baik Kak! Ia tidak akan menyerang sembarang orang! Aku bahkan membawa pelatihnya juga."
"Tapi dia harus dikeluarkan ketika menyerang seseorang, oke?"
"… Baiklah." Anne mendesah pasrah.
Keputusan memelihara Choco memang sangat beresiko. Tapi ia sering mendengar ada yang memelihara hewan buas, ia juga akan merasa lebih aman.
"Paman, apakah puma ini sudah jinak?"
"Sudah tuan, ia sangat penakut dan pendiam. Tapi ia sudah lebih baik karena sudah mengenal saya."
"Anne, kamu tidak boleh menemui Choco kalau tidak ada pelatihnya oke?"
"Iya! Hans juga akan selalu bersamaku, tenang saja."
"Kapan aku bisa mengelusnya paman?"
Anne bertanya ketika mereka sudah memasukkan Choco ke kandang barunya. Louis dan Chris juga sudah masuk kembali karena masih banyak hal yang harus mereka bicarakan.
"Ketika ia sudah mau menerima makanan dari tangan anda, berarti ia sudah percaya kepada anda. Bila ia sudah terbiasa dengan kehadiran anda, barulah anda boleh mengelusnya. Tapi untuk saat ini lebih baik anda melihatnya dari luar dulu."
"Ia juga pasti sangat takut karena baru saja datang. Ia masih waspada berkeliling kandang barunya. Tempat ini pasti terasa asing baginya."
Hans menjelaskan kepada Anne yang tidak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dilakukan Choco.
"Karena Choco adalah puma jantan, ia sangat mementingkan teritorinya. Ada baiknya bila ia tidak diberi teman sekandang untuk sementara."
"Apakah ia tidak akan kesepian sendirian disini?"
"Puma memang bukanlah hewan yang tinggal secara berkelompok. Mereka hidup hanya dengan keluarganya saja, dan akan berpisah ketika sudah dewasa."
"Tenang saja Choco, aku akan menjadi temanmu!"
—
"Aku dengar ada bangsawan terkenal yang selalu membawa gigi susunya agar bisa bertemu dengan peri! Padahal ia sudah menjadi ksatria, hahaha."
"...!!" Verto langsung memeriksa katung jubahnya.
'Apa seseorang mengambil gigiku? Ah, masih ada. Kalau begitu bagaimana mereka bisa …? Sial!'
Verto mengumpat dalam hati ketika mengerti apa yang sedang terjadi.
"Ternyata tidak semua bangsawan pintar ya! Peri kan sudah punah dari benua ini sejak berabad-abad!"
"Hahaha," sekelompok pria paruh baya tertawa terbahak-bahak di sebuah restoran kecil.
BRAK!
"Dari mana kalian mendengar hal itu!" Verto berdiri dan menghampiri mereka.
"Kenapa? Apa orang itu adalah kamu? Hahaha."
"Siapa kamu?!"
"Aku hanya seorang pedagang biasa."
"Kamu pikir bisa mengelabui kami? Coba tunjukkan surat dagangmu!"
"Silahkan kalian lihat sendiri. Aku baru datang kesini kemarin."
"Lihat ini, dia adalah pedagang dari Wart, tapi kenapa kulitmu sangat putih? Tidak ada orang putih di Wart."
"Hahaha, dia pasti salah satu anak pedagang yang tidak pernah berlaut. Anak-anak sekarang memang terlalu dimanjakan!"
"Iya, iya. Jadi dari mana kalian mendengar hal ini?"
"Hm, biasalah dari temannya temannya temanku."
"Hahh … ini." Ia mendesah dan langsung mengeluarkan kantung uangnya.
Ia tidak punya banyak waktu untuk hal seperti ini. Ia segera menaruh sejumlah uang di meja, walau Ia sedang tidak memiliki banyak uang saat ini.
"Hahaha, kamu memang sangat pandai berbisnis! Aku mendengarnya dari seseorang yang datang ke kedai minum dekat istana beberapa hari yang lalu."
"Hei! Kamu tidak ingin minum dengan kami?" Mereka berseru memanggil ketika Verto langsung berjalan pergi.
–
"Apakah nona sudah menghafal semua bangsawan besar di Terra?"
"Iya, ada lima duke dan sebelas marquis. Mereka adalah enam belas bangsawan yang berperan penting di Terra. Untuk bangsawan dengan gelar count dan viscount di Terra, ada lebih dari seratus keluarga. Sebagai keluarga marquis ke tujuh belas, kami harus ikut berperan dalam menjaga keseimbangan perekonomian dan harus mengirimkan minimal seratus ksatria untuk masuk kedalam pasukan kekaisaran Terra."
"Iya, bagus sekali Anne. Apakah masih ada yang ingin kamu tanyakan mengenai Terra?"
Klek
"Kamu bisa bertanya langsung kepada Kakak!"
"Oh, Hera!"
"Maaf Anne, aku baru bisa datang sekarang. Aku sudah berusaha kabur dari istana sejak mendengar bahwa Choco sudah datang!"
"Hehe, terima kasih sudah datang yang mulia." Anne berdiri untuk memberi salam kepada Hera.
"Kamu sudah selesai Anne?"
"Iya, sudah. Kita lanjutkan lagi besok, Nona Kiara. Terima kasih atas pelajarannya hari ini."
"Oh, iya. Aku dengar kakakmu juga sudah datang ya? Bolehkah aku menemuinya?"
"Hm? Tentu saja. Ia pasti sedang di ruang kerjanya."
"Hehe, aku dengar ia sangat tampan ya?"
"Tentu saja Tuan Louis sangat tampan! Ia sangat mirip dengan duke!"
"Marquis." Anne mengoreksi Hans. Entah mengapa ia selalu lupa akan hal ini.
—
Tok tok
Collin mengetuk pintu dan mengumumkan kedatangan Anne dan Hera kepada Louis.
"Tuan Louis, Nona Anne dan Putri Hera datang untuk bertemu dengan anda."
"Persilahkan mereka masuk Collin."
"Selamat datang Putri Hera. Maaf saya tidak menyambut kedatangan anda."
Collin segera menghampiri Louis dan membantunya untuk berdiri sehingga bisa membungkuk memberi salam kepada Hera.
"Ah Tuan Louis, anda tidak perlu memberi salam kepadaku."
Hera tidak menyangka Louis akan memberi salam secara formal walaupun ia lumpuh. Di Terra, seseorang yang lumpuh tidak diwajibkan untuk memberi salam. Apalagi karena kedatangannya yang tiba-tiba, sehingga tentu saja ia tidak datang menyambutnya.
"Bagaimana mungkin saya tidak memberi salam pada pertemuan pertama kita yang mulia."
"Wah Anne, kamu sangat beruntung. Kakakmu sangat tampan dan baik hati. Sepertinya seluruh kerabatmu sangat ramah dan baik hati."
"Ah, kamu hanya belum bertemu saja dengan yang lainnya … haha." Hera pasti kecewa ketika bertemu dengan Verto dan Jeremy.
"Bolehkah aku melihatmu dari dekat?"
Tanpa menunggu jawabannya, Hera langsung berjalan maju untuk melihat Louis lebih dekat lagi. Ia tidak pernah melihat seseorang laki-laki yang begitu cantik.
Dibandingkan kakak-kakaknya yang memiliki tampang yang tegas dan galak, muka Louis terlihat sangat lembut dan menyegarkan. Ia tidak akan pernah bosan memandangnya. Pantas saja Anne begitu cantik, muka mereka sangat mirip.
"Ehem, baiklah."
"Wah, wahh …." Hera mengepalkan tangannya sekuat tenaga. Ia tidak tahan ingin menyentuh rambut perak yang terlihat sangat halus itu!
'Seperti inilah pangeran yang sebenarnya!!' Hera berteriak dalam hatinya.
Dibandingkan kakak-kakaknya, ini adalah malaikat! Apalagi dengan rambut peraknya yang panjang hingga pinggangnya. Sayang sekali ia mengikat rambutnya karena sedang bekerja.
'Lihat bulu matanya yang panjang dan lentik itu! Bola matanya yang berwarna hijau!' Hera tidak bisa berhenti memuji sosok yang ada dihadapannya.
"ini adalah sebuah maha karya! bolehkah aku membuat patung atau lukisan dirimu?"
"A-apa?"
Louis yang sudah tidak sanggup berdiri lebih lama lagi akhirnya terduduk karena kaget mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Hera.
—