Chapter 41 - 41.

"Hm, sepertinya tidak ada orang lain ya? Rasanya labirin ini sangat sunyi." Anne bukannya takut, ia hanya merasa kurang nyaman dengan keadaan sekitarnya.

"Kamu takut, Anne? Mau kutunjukkan jalan keluarnya?"

"Tidak, aku pasti bisa. Memangnya apa yang bisa terjadi di sini? Ayo kita belok sini." Aku harus cepat keluar sebelum tanganku kembali berkeringat.

Sudah sepuluh menit mereka di dalam sana, dan Anne mulai bingung.

"Anne, ini tempat yang baru kita masuki tadi."

"Ah iya benar. Berarti kesini." sepertinya ini tidak semudah yang diperkirakannya. Memang belokan-belokannya hanya sedikit, bila bukan jalan yang kiri berarti yang kanan. Tapi karena ukurannya yang besar, berjalan saja membuatnya lelah.

"Kamu ingin istirahat dulu? Keringatmu sudah sangat banyak." Rein menyeka keringat Anne dengan sapu tangan yang diberikan Hilda.

"A-ah, terima kasih. Aku bisa merasakan kita sudah hampir sampai, ayo kita segera menyelesaikannya." Anne ikut menyeka keringatnya dengan lengan bajunya dan segera berjalan lagi.

"Iya, aku sudah bisa mendengar suara keramaian dari taman di depan sana."

"Hah, ini tidak sulit. Aku jadi ingin mencoba labirin istana." Anne sudah berhasil keluar dari labirin itu, tepat ketika ia menghabiskan gulalinya.

"Jangan pergi kesana sendiri Anne, kamu bisa terperangkap di sana berjam-jam. Aku saja butuh dua jam saat pertama kali memasukinya." Walau pertama kali memasukinya adalah saat ia berumur sepuluh tahun.

"Aku sendirian hanya ketika tidur, yang mulia. Anda tidak perlu khawatir."

"Ehm, nona. Hans masih belum keluar dari labirin itu."

"Hans juga masuk ke labirin itu?"

"Iya, sebagai pengawal pribadi nona, tentu saja ia harus ikut masuk."

"Baiklah, kita tunggu sebentar hingga ia keluar." Ia juga cukup lelah berjalan berkeliling labirin dengan sepatu haknya, baguslah ia bisa beristirahat.

"Anne, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Rein bertanya ketika mereka sudah duduk di bangku taman. Hilda juga duduk di bangku taman, tidak jauh dari tempat mereka duduk.

"Hm, apa itu?"

"Aku sangat terkejut ketika melihat sertifikat sihir gelang ini. Dari mana kamu bisa mendapatkan benda sihir seperti ini?"

"Oh, hahaha. Itu adalah barang yang sangat sulit didapatkan. Kebetulan saja aku datang ke toko Cabel ketika ia baru menerima barang baru. Ini adalah barang yang dibawa oleh seorang pedagang dari luar benua."

"Kamu membelinya dari toko Cabel? Jadi ini adalah salah satu barang dari Farrol?! Aku sudah berkali-kali kesana tapi selalu kehabisan. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan ia akan datang. Kamu benar-benar beruntung Anne."

"Hm? Apakah Farrol sangat terkenal? Aku pikir ia hanya pedagang keliling biasa."

"Tentu saja ia sangat terkenal Anne, ia adalah salah satu ksatria sihir yang berkelana keliling dunia sendirian. Ayah sudah beberapa kali ingin merekrutnya sebagai ksatria elit di istana, tapi ia selalu menolak."

"Ksatria sihir? Jadi ia bisa menggunakan sihir dan pedang sekaligus?"

"Iya benar, dan ia termasuk dalam sepuluh ksatria sihir terkuat ada di dunia. Aku juga ingin menjadi sepertinya suatu saat nanti."

"Aaah, jadi itu alasanmu serius ingin belajar sihir, walaupun sudah ahli berpedang."

"Nona, sepertinya saya harus menjemputnya. Hans masih belum keluar juga hingga sekarang."

Hilda tidak ingin membuat Anne menunggu lebih lama lagi. Untuk pertama kalinya Anne melihat Hilda kesal, biasanya ia selalu serius dan bisa mengontrol emosinya.

"Baik, hati-hati Hilda." Hilda segera mengangguk dan berjalan masuk labirin dengan cepat.

"Bagaimana mungkin ia bisa tersesat di dalam sana? Dinding labirin itu saja lebih pendek darinya. Ia bisa harusnya bisa melihat jalan keluarnya. Hahaha," Rein tidak bisa menahan tawanya.

"Maaf nona, saya tidak pernah memasuki labirin." Hans merasa sangat bersalah karena sudah membuat Anne dan bahkan Pangeran Rein menunggunya.

"Hahaha, aku harus memberitahu Kent soal ini. Ia pasti akan meledekmu soal ini hingga kalian pensiun. Hahaha."

"Saya sudah tidak pantas lagi menjadi kepala pengawal Voinn, tolong hukum saya nona."

"Tidak usah berlebihan Hans, ayo kita harus segera pulang. Matahari juga sudah mulai terbenam."

"Sini Anne aku bantu." Rein menjulurkan tangannya untuk membantu Anne naik ke kereta.

"Ah, terima kasih." Mereka sudah seharian ini berpegangan tangan, tapi ia masih belum terbiasa.

~Dua hari sebelum pesta dansa~

"Selamat datang kembali Kak Chris, apakah misinya berjalan dengan lancar?"

"Misi kali ini berjalan lebih lama dari dugaanku, tetapi untunglah aku bisa pulang tepat waktu."

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada Hera bila Kak Chris benar-benar tidak bisa hadir."

"Hahaha, aku yakin Hera adalah anak yang baik hati. Bagaimana dengan persiapanmu Anne? Pesta dansa akan berlangsung dua hari lagi, bagaimana dengan latihan dansamu?"

"Baik, iya, em … itu karena Pangeran Rein sesekali datang dan berlatih langsung denganku, jadi seharusnya akan baik-baik saja."

"Mereka terlihat sangat serasi Chris, Anne juga sudah tidak terjatuh sama sekali pagi ini."

"Hmm, baguslah kalau begitu. Ah, apakah ada kabar dari tim pencari?"

"Kami mendapat kabar baik minggu lalu! Kak Louis sudah bisa pulang minggu depan!"

"Oh dan kamu pasti tidak percaya Chris, Anne sekarang bisa mengontrol pergerakan bola cahayanya dan mempertahankannya sekitar dua belas menit."

"Hehe, sepertinya marchioness memang guru sihir yang sangat ahli. Sekarang aku sedang belajar mengubah warna cahaya tersebut. Walau aku tidak bisa menggunakannya untuk melindungi diri, setidaknya aku tidak akan tersesat lagi dalam gelap!"

Anne bahkan sudah sangat senang katika ia sudah bisa pergi ke toilet di malam hari dengan sihirnya.

"Bagus Anne, kamu sudah berusaha keras." Chris mengelus kepala Anne dengan lembut. Ia baru mengerti mengapa Louis dan Verto sangat menyayangi Anne.

"Nah Anne, ini sudah sangat larut. Sebaiknya kamu segera pergi tidur."

"Hoam … baik. Aku juga sudah puas menginterogasi Kak Chris. Selamat malam marchioness, Kak Chris." Anne menguap dan bangkit berdiri untuk kembali ke kamarnya.

"Ibu, ada yang ingin aku bicarakan sebentar." Chris berbisik menahan ibunya, yang sudah akan berdiri.

"Ada apa Chris? Apa terjadi sesuatu?"

"Ibu sepertinya harus kembali ke Crotta. Jeremy kembali dalam keadaan terluka beberapa hari yang lalu. Karena itu juga aku sedikit lama di Crotta."

"Apakah lukanya parah? Apa Ia dalam kondisi kritis?"

"Ia sudah baik-baik saja sekarang, ia mendapat beberapa luka sayatan di lengan dan kakinya. Untunglah ia tidak mengalami patah tulang, hanya sedikit retak di beberapa tempat. Walau Jeremy melarangku memberitahu ibu, ibu pasti ingin melihat langsung keadaannya. Aku akan mengurus Anne di sini, jadi ibu bisa kembali ke Crotta."

"HAH! anak itu. Disaat seperti ini harga dirinya masih sangat tinggi. Aku akan berangkat besok kalau begitu. Jangan beritahu Anne soal ini. Aku akan mencari alasan lain besok."

"Iya, lebih baik Anne tidak mengetahui hal ini."

"Ah iya, aku sudah memesan setelan untuk pesta dansa nanti. Kamu harus memakainya."

"Oh tidak." Chris tidak berani membayangkan baju apa yang dipilihkan ibunya. Ibu tidak mungkin akan mempermalukan pasangan dansa Putri Terra kan?

--

"Anne, aku sudah tidak tahan lagi. Aku harus kembali ke Crotta, aku sudah sangat merindukan suamiku. Kami tidak pernah berpisah selama ini. Chris akan menemanimu di sini, jadi semuanya akan baik-baik saja." Marchioness tiba-tiba berbicara ketika mereka sedang sarapan esok harinya.

"Haah …," Chris mendesah pasrah, tidak percaya dengan pendengarannya. Bagaimana ibunya sangat payah dalam berbohong, ia bisa langsung tahu dari nada bicaranya yang aneh. Apa lagi dengan pemilihan waktu yang tidak tepat, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan topik sebelumnya.

"Iya, tenang saja marchioness. Saya sudah besar sekarang, lagi pula ada Hans dan nanny disini. Saya sudah sangat berterima kasih anda bersedia menemani dan bahkan mengajari saya sihir."

"Aww Anne, aku adalah bibimu. Tentu saja aku harus menjagamu disaat-saat seperti ini."

"Kapan anda berencana akan kembali, marchioness?"

"Sore ini Anne, tapi aku akan segera kembali lagi ke sini dalam beberapa minggu. Karena sebagai guru Pangeran Rein aku juga tidak bisa pergi terlalu lama."

"Collin."

"Iya nona?" Collin segera menghampiri Anne dan membungkuk karena Anne ingin membisikkan sesuatu.

"Tolong siapkan set perhiasan yang datang bersama dengan hadiah Putri Luna. Berikan kepada marchioness sebelum beliau berangkat ke Crotta sore ini."

"Baik nona."

Perhiasan yang dimaksud Anne adalah satu set kalung dan anting untuk marchioness dan pin jubah untuk marquis. Ini adalah salah satu set yang dibuat bersamaan dengan hadiah untuk Putri Luna.

Untunglah semua perhiasan ini sudah selesai minggu lalu, Collin mengatakan permata hijau ini sangat mirip dengan warna mata marchioness.

--