"Ibu, Anne. Aku akan kembali ke Crotta selama beberapa hari, ketua mengirimku dalam sebuah misi." Chris mengumumkan ketika mereka sedang makan malam.
"Kapan kamu akan berangkat?" Memang sudah terlalu lama Chris tidak bekerja, ia juga tidak bisa membujuk temannya untuk kelonggaran ini terus menerus.
"Aku harus segera berangkat besok pagi, karena perjalanan yang jauh."
"Jangan lupa mengunjungi Rose ketika kamu di sana. Sudah lama kalian tidak bertemu, pasti ia khawatir. Kapan kamu akan menikahinya?"
"Ibu, aku masih dua puluh tahun. Masih banyak yang harus kupelajari."
"Hahaha, tak usah malu-malu. Ibu sudah menikah ketika berumur dua puluh tahun."
"Ibu, kumohon hentikan omong kosong ini. Jangan membuat Anne berpikir yang aneh-aneh."
"Hehehe, aku jadi penasaran seperti apa Kak Rose."
"Ohoho, dia perempuan yang sangat anggun dan lemah lembut. Aku pun masih binggung mengapa ia mau menerima lamaran Chris yang sangat pemalu ini."
"Ehem. Aku sudah selesai, aku harus segera mempersiapkan keberangkatanku besok." Chris bangkit berdiri dan meninggalkan ruang makan dengan terburu-buru.
"Hahaha. Sebenarnya Chris belum mau menikah dalam waktu dekat, tapi ia segera melamarnya karena Rose sangat populer."
"Permisi nona, saya baru mendapat kabar bahwa tim perawat sudah sampai dengan aman di perbatasan dan sudah berangkat ke Verdant dengan anak buah yang dikirim Gevdi." Collin langsung datang memberitahu Anne, segera setelah menerima informasi tersebut.
"Syukurlah, semoga mereka bisa sampai ke tempat kakak dengan selamat."
—
Beberapa hari ini berjalan dengan sangat lambat. Anne sudah penasaran setengah mati mengenai kabar Kak Louis dan ayahnya. Ia bahkan sudah lupa dengan Choco yang akan datang dua minggu lagi. Akhirnya hari yang dinantikannya tiba, hari surat dari Gevdi akan tiba.
Latihan dansanya hari ini juga dibatalkan,jadi ia bisa bersantai-santai pagi ini. Ia tidak bisa latihan karena kakinya yang lecet. Walau sudah bisa berdansa hingga akhir, terkadang ia masih terjatuh. Ia akan terus latihan hingga bisa berdansa dengan sempurna.
'Mungkinkah kakak sudah sembuh? Atau bahkan kakak sudah dalam perjalanan ke sini?'
Anne sedang melamun sambil menikmati tehnya di taman. Sudah lama ia tidak bersantai seperti ini, minum teh di pagi hari memang lebih menyenangkan dibandingkan sore hari. Biasanya ia selalu menyibukkan diri, agar waktu terasa berjalan lebih cepat.
Anne menutup mata dan mencoba menikmati alam disekitarnya. Ia senang masih bisa merasakan sejuknya embun pagi, kicauan burung di kejauhan, dan suara gemericik air mancur di depannya.
'Semoga surat kali ini berisi kabar baik. Kak Chris juga masih belum kembali, padahal pesta dansanya minggu depan. Apa yang harus kukatakan kepada Hera bila Kak Chris tidak bisa datang tepat waktu?'
—
"Ayo cepat bacakan Collin, kami sudah siap," karena semuanya sudah datang, Anne merasa tidak perlu basa-basi lagi.
"Baik nona." Collin berdiri di tengah ruangan dan mulai membaca isi surat yang dikirim Gevdi.
"Terima kasih atas pinnya nona. Tuan Louis bisa berangkat dua minggu lagi. Kertas sihir tinggal dua. Saya suka pinnya. Mawar adalah kesukaan istri saya. Tuan Louis juga suka pinnya." Collin membacakan surat yang baru saja datang.
"Astaga. Suratnya makin pendek saja. Dan coba jelaskan kenapa setengahnya adalah tentang pin!" Marchioness masih tidak mengerti mengapa kakak iparnya, Zethor (ayah Anne) bisa memilihnya menjadi Pemimpin pasukannya di Terra.
"Kakak akan pulang!! Hahh.. syukurlah, berarti luka kakak tidak terlalu parah bukan?" Anne hanya mempedulikan kakaknya yang akan segera pulang, walau ia juga senang Gevdi menyukai hadiahnya.
"Iya sepertinya begitu nona! Kita harus mulai menyiapkan kamar untuk Tuan Louis. Aku akan mengadakan jamuan yang penuh dengan makanan kesukaannya." Nanny juga ikut senang mendengar kabar ini.
"Ah, kita juga harus mengirimkan kertas sihir lagi. Aku akan meminta Chris membawakan lagi dari Crotta, karena tidak ada yang menjualnya di Terra. Tolong beritahu mereka kita akan mengirimkannya minggu depan."
"Hm, dua minggu lagi berarti setelah pesta Kak Luna. Apakah kita perlu mengirimkan kereta kuda? Kakak mungkin akan sulit untuk naik kuda."
"Tidak bisa nona, untuk mengirimkan perawat saja sudah sangat sulit dan beresiko. Kereta kuda akan terlalu mencolok. Mereka mungkin akan mengubah pelana kuda mereka agar Tuan muda bisa duduk dengan lebih nyaman. Mereka akan menuliskannya bila mereka memang membutuhkan kereta."
Hans mengerti kekhawatiran Anne, terlebih lagi Tuan Louis yang mungkin akan lumpuh. Walaupun Gevdi mengatakan bahwa mereka bisa berangkat dua minggu lagi, Hans tetap merasa luka Louis cukup parah.
"Nah Anne. Karena Collin sudah membacakan suratnya, kamu harus segera tidur. Besok saja kita lanjutkan lagi." Marchioness membantu Anne berdiri dan meminta nanny mengantarkan Anne ke kamarnya.
"Baiklah, aku percayakan surat balasannya kepada mu Collin. Selamat malam," kata Anne sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
--
Prok prok prok
"Bagus nona! Hari ini anda bisa menyelesaikan dua dansa tanpa terjatuh."
"Ayo istirahat dulu nona, anda sudah berusaha keras hari ini." Nanny membantu Anne untuk kembali duduk dan beristirahat.
"Hehe, terima kasih nanny."
Tok tok
"Permisi nona, Pangeran Reinhardt datang dan sudah saya antarkan ke ruang topaz."
"Pangeran Rein?! Ah, em, nona! Anda harus segera berganti pakaian!" Lucy langsung panik mendengar kedatangan Rein.
"Kak Rein? Ada apa tiba-tiba ia datang kemari? Baik, terima kasih Collin. Aku akan segera kesana." Anne tidak terlihat terlalu terkejut lagi dengan kunjungan Hera atau Rein yang tiba-tiba.
"Mari nona, saya akan mengantarkan anda ke kamar. Nana, segera pergi siapkan pakaian nona, aku akan menuntun nona." Hilda segera berinisiatif menuntun Anne ke kamarnya.
"I-iya!" Nana yang masih benggong karena terkejut segera berlari menuju kamar Anne untuk mempersiapkan pakaian dan perhiasan Anne.
--
"Maaf Anne, bila kedatanganku mengganggu kegiatanmu. Hari ini kebetulan aku sedang senggang dan berencana akan pergi ke alun-alun kota sore ini."
"Wah lihat! Pangeran Reinhardt bahkan terlihat tampan walau dalam penyamaran!" Anne bisa mendengar Lucy berbisik kepada Nana.
"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa dengan kedatangan Hera. Lagi pula aku sangat senang bila ada teman berkunjung. Aku juga sedang tidak sibuk, latihan dansaku juga baru saja selesai." Anne sebenarnya masih ingin berlatih lagi, tapi ia bisa melanjutkannya besok.
"Kalau kamu sedang senggang, apakah kamu mau berjalan-jalan ke kota bersamaku?"
"Bersamaku? Ehm, aku sepertinya harus meminta izin dari marchioness terlebih dahulu. Hilda, bisakah kamu menanyakannya kepada marchioness?" Anne sama sekali tidak menyangka Rein datang untuk mengajaknya ke kota.
"Baik nona," Hilda menjawab singkat dan langsung pergi mencari marchioness.
"Apakah ini tujuan anda berkunjung hari ini?"
"Ah, tidak. Sebenarnya aku hanya sedang bosan dan ingin berkeliling kota. Tiba-tiba saja aku ingat bahwa aku belum berterima kasih atas hadiahmu. Jadi aku memutuskan untuk singgah sebentar."
"Anda tidak perlu berterima kasih, aku hanya merasa perlu membalas hadiah dari anda. Apa anda menyukai hadiahnya?"
"Tentu saja, gelang ini sangat sesuai dengan seleraku. Awalnya aku berpikir ini hanya gelang biasa, tapi aku merasakan sesuatu ketika menggunakannya. Setelah membuka kembali kotaknya, aku baru menyadari ada kertas sertifikat sihir di dalamnya."
"Hehehe, aku senang anda menyukainya." Anne tertawa kecil melihat Rein menceritakan dengan bersemangat.
"Bagaimana dengan latihanmu tadi Anne? Aku dengar dari Hera, sepertinya kamu sedikit kesulitan." Rein memang sangat menantikan dansa itu, tapi ia tidak ingin membuat Anne merasa tertekan.
"Tenang saja, aku sudah lancar sekarang."
"Maaf menyela, yang mulia. Bila anda ingin berdansa dengan nona, ada beberapa hal yang perlu anda ketahui."
"Ah iya, tolong jelaskan Hans." Rein mendengarkan penjelasan Hans dengan teliti.
"Permisi nona, marchioness mengatakan anda boleh pergi asalkan membawa Hans dan setidaknya seorang pelayan anda."
"Kalau begitu siapkan barang-barang ku Hilda, kamu akan pergi denganku sore ini."
"Bagaimana kalau kita berlatih dansa bersama? Nanti setelah makan siang baru kita pergi ke kota."
"Eh?, anda yakin?." Anne menjawab dengan gugup karena terkejut.
"Kenapa tidak? aku perlu mempraktekkan yang baru saja kupelajari kan?"
--
*Anne senang Rein datang berkunjung dan sering menemaninya, apakah Rein memang terbiasa ramah kepada gadis-gadis lainnya?*