Chapter 35 - 35.

"???? itu saja?" Anne kebingungan mendengar isi surat itu.

"Iya. Hanya itu."

"Apakah mereka menuliskannya dengan terburu-buru? Mungkin tempat mereka bersembunyi sudah ketahuan?" Seketika muka Anne menjadi pucat membayangkan keadaan mereka di sana.

"Itu jelas bukan Kent yang menuliskannya." Hans tahu walaupun Kent pendiam, tidak mungkin ia menulis seperti itu.

"Itu adalah Gevdi, nona. Kepala pengawal kastil ini. Ia memang tidak suka berbasa-basi dan tidak terlalu memperdulikan tata krama." Collin segera menjelaskan, sebelum mereka salah paham.

Gevdi Kulani adalah kepala pengawal Kastil Yunne selama lebih dari sepuluh tahun. Ia bukan berasal dari keluarga bangsawan, sehingga tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Walaupun begitu Gevdi memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dan semua ksatria di bawahnya sangat menghormatinya, bahkan yang berasal dari keluarga bangsawan sekalipun.

"Pfft- aku sudah menduganya. Ia bahkan tidak berbicara banyak sebelum berangkat dan ketika menyerahkan tanggung jawabnya kepadaku. Aku sempat bingung dengan kelakuannya, ternyata ia memang seperti itu?" Hans tidak bisa menahan tawanya.

"Hush, jangan bicara seperti itu Hans." Nanny memandang Hans dengan galak.

"Syukurlah kalau begitu. Apakah kita perlu mengirimkan kereta kuda? Kakak pasti akan sulit untuk pergi kesini dengan keadaannya." Anne sangat senang Louis masih hidup, walaupun terluka. Ia ingin segera membawanya ke tempat aman.

"Lebih baik kita menunggu keadaannya lebih baik, Anne. Menggunakan kereta kuda akan sangat berbahaya." Chris khawatir mereka akan tertangkap bila menggunakan kereta kuda.

"Setidaknya kirimkan mereka obat-obatan Chris, agar Louis bisa mendapatkan perawatan yang baik." Marchioness sangat khawatir mendengar keadaan Louis, bagaimana masa depannya bila ia lumpuh.

"Baik, kita akan mengirimkan perawat, pelayan, dan beberapa pengawal." Collin segera menuliskannya agar tidak lupa.

"Oh, jangan lupa obat, bahan makanan, dan pakaian." Kak Louis akan lebih cepat sembuh bila makan dengan baik, pikir Anne.

"Baiklah, aku akan menuliskannya juga di surat balasan, agar mereka bisa mengirim orang ke perbatasan untuk menjemput mereka."

"Kak Chris, tolong sampaikan pada Kent untuk mengabarkan ayah dengan keadaanku, Kak Louis, dan Kak Verto."

Anne sangat ingin berkirim pesan dengan ayahnya sesegera mungkin. Ia harus memikirkan rencana untuk menyelamatkan ayahnya, akan terlalu lama bila menunggunya mengumpulkan pasukan untuk merebut kembali Verdant.

--

"AH!!" Anne kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Hans segera menahan Anne dan menariknya.

Brukk

Walaupun Hans berhasil menangkapnya, rasanya tetap sakit. Anne bahkan tidak bisa menyelesaikan dansanya hingga akhir hari ini.

Seperti biasa, Anne latihan dansa setelah selesai sarapan bersama dengan Hans. Hari ini Anne memutuskan untuk mulai berlatih menggunakan sepatu hak dan gaun pesta, karena ia hanya memiliki waktu sepuluh hari lagi.

"Nona, lebih baik anda beristirahat terlebih dahulu. Kaki anda juga harus diobati terlebih dahulu." Nanny terlihat khawatir melihat Anne yang terus tersandung dan kehilangan keseimbangan.

"Baik nanny, terima kasih." Hans menuntun Anne kembali duduk di sofa yang empuk.

"Hahh, andai badanmu seempuk ini Hans. Menabrak badanmu sudah seperti menabrak tembok." Anne mendengus kesal. Refleks Hans yang sangat cepat membuatnya menabrak badannya dengan keras.

"Kamu menariknya terlalu cepat Hans, nona bisa terluka!" Lucy ikut memarahi Hans.

"Maaf nona, saya sudah berusaha menahannya." Hans sudah berusaha mengurangi kekuatannya, tetapi ia tidak bisa melakukannya karena itu terjadi begitu tiba-tiba. Ia kan tidak bisa memperkirakan kapan Anne akan jatuh lagi ….

"Kita ikat saja bantal di badannya, nona." Hilda berkata dengan nada datar. Entah ini hanya bercanda atau serius dikatakan, mereka semua masih selalu bingung dengan Hilda.

"Ide bagus Hilda!" Nana segera keluar ruangan mencari tali.

"Astaga nona, kaki anda berdarah! Lebih baik anda jangan menggunakan sepatu baru saat latihan." Lucy segera melepaskan sepatu yang dikenakan Anne dan mulai mengobati luka-luka tersebut.

"Ah, pantas saja rasanya sedikit perih. Tapi tidak apa-apa Lucy, aku juga harus membiasakan diri menggunakan sepatu ini, agar tidak sakit ketika kukenakan nanti." Anne sengaja menggunakan sepatu yang akan digunakannya nanti saat pesta.

"Bagaimana kalau kita sudahi saja latihan hari ini nona, anda juga pasti akan sulit berdansa dengan kaki yang terluka."

"Ini hanya luka kecil Lucy, dan karena sudah diperban jadi sudah tidak sakit lagi ketika menggunakan sepatu ini."

"Ini talinya!" Nana datang membawa tali dan langsung mengikat bantal sofa ke badan Hans.

"Gunakan bantal ini Lucy, akan lebih cocok untuk pesta." Hilda memberikan bantal yang dikelilingi dengan rumbai-rumbai.

"Apakah .... harus seperti ini?" Hans hanya bisa berdiri pasrah ketika diikat oleh Nana dan Lucy.

"Iya Hans. Demi. Keselamatan. Nona!" Lucy mengikat dengan kencang sambil menekankan tiap kata-katanya.

"Nah, kita sudah bisa mulai lagi?" Anne bangkit berdiri menunggu Hans menuntunnya.

Anne mulai berdansa kembali ketika metronom mulai berbunyi.

"Ah" Baru satu menit Anne berdansa, ia sudah kembali tersandung. Untunglah Hans bisa menahannya dengan baik, orang-orang tidak akan menyadari Anne baru saja tersandung.

"Oh, ooh!!" Kali ini Anne benar-benar hampir terjatuh saat berputar. Hans yang hanya memegang satu tangan Anne terpaksa menariknya.

Buk

'Wah, bantal ini benar-benar membantu!' Anne senang pipi nya kali ini bisa selamat.

"Aah … baru satu setengah menit …." Anne mengeluh sambil memeluk bantal itu dengan kesal.

"Saat berputar, apakah nona merasa pusing? nona selalu terjatuh ketika berputar." Setelah berdansa dengan Anne berkali-kali, Hand menyadari Anne pasti tersandung ketika harus melangkah cepat dan akan hilang keseimbangan ketika berputar.

"Hm, iya sepertinya karena terlalu cepat. Aku juga harus fokus kepada tangan, kaki, dan berputar dengan baik. Belum lagi pandanganku yang buram dan berputar membuatku sedikit pusing."

"Biasanya nona melakukannya sambil menutup mata, mungkin nona tidak akan merasa pusing."

"Iya. Tapi dengan gaun dan sepatu ini, aku takut tersandung dengan gaunku sendiri. Tanpa disadari aku pasti membuka mata. Aku juga tidak bisa melihat kaki lawan dansaku ketika menggunakan gaun yang lebar seperti ini."

Anne menunduk memandang gaunnya yang mengembang dengan indah, ini adalah gaun yang serupa dengan gaun yang akan dikenakannya nanti. Ia tidak mau membuat gaunnya kotor, sehingga menggunakan gaun lain yang serupa. Gaun tersebut berwarna merah dan mengembang besar seperti kelopak bunga mawar, tidak seperti gaun ini yang polos tidak ada hiasan apapun.

'Apa aku ganti dengan gaun yang lain saja? yang tidak terlalu besar, seperti ini.' Anne sangat suka dengan gaun itu, marchioness membantunya memilih beberapa hari yang lalu. Tetapi bila ia terus terjatuh, terpaksa ia harus menggunakan gaun lain.

Brakk!!

"HALLO SEMUANYA!! Hera cantik hadir!!" Hera masuk dengan heboh ke ruang emerald.

"Oh! Hera!!" Anne langsung berpaling ke arah pintu, senang mendengar Hera berkunjung.

"Hera, jangan merusak pintu!!" Seseorang masuk dan langsung menegur Hera.

"Hai Anne, bagaimana kabarmu? Apakah nyaman tinggal di Terra?" Parlo juga masuk dan menyapa Anne dengan canggung.

"Oh! Selamat siang yang mulia. Saya sangat menikmati tinggal di Terra." Anne terkejut melihat Rein dan Parlo juga datang hari ini. Sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali Rein datang.

"Kamu sedang latihan Anne? Wah? Hahaha!! Ada apa denganmu Hans?! Hahaha," Hera tidak bisa berhenti tertawa melihat keadaan Hans.

"Ini … adalah agar nona tidak terluka." Hans menjawab pelan sambil buru-buru melepas bantal tersebut.

"Hehe, kalau begitu hari ini sampai sini saja latihannya." Anne tidak ingin mereka melihatnya terjatuh saat latihan, ia tidak bisa membayangkan betapa memalukannya hal itu.

"Nona, lebih baik anda berganti pakaian terlebih dahulu." Nanny berbisik menyarankan kepada Anne, mengingat pakaiannya yang sangat polos.

"Baiklah, Collin tolong antarkan mereka ke ruang topaz, siapkan juga teh dan cemilan. Aku akan berganti pakaian dulu."

"Mari yang mulia, silahkan menunggu di ruang topaz."

--