"Annette de Voinn dari keluarga Voinn, silahkan maju ke hadapan Kaisar Pitrus."
Mendengar namanya dipanggil, Anne dan Kak Chris segera bangkit berdiri. Mereka berjalan perlahan ke tengah aula. Suasana yang sangat hening, membuat Anne gugup. Ia masih tidak berani melihat ke belakang dan hanya fokus kepada Sang Kaisar.
Setelah tiba di depan Kaisar, Kak Chris melepas genggamannya dan kembali ke tempat duduknya. Anne meletakkan kedua tangannya dengan anggun di depan tubuhnya, seperti yang sudah diajarkan marchioness.
Anne tidak bisa fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh imam yang memimpin upacara tersebut, ia hanya bisa mendengar detak jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang.
'Tenang Anne, semua akan baik-baik saja. Ini bukan upacara besar, dan aku hanya perlu membaca sumpah dan kembali ke tempat duduk.' Anne mencoba menenangkan dirinya, ia harus mendengarkan aba-aba dari imam ketika ia harus mulai membaca sumpahnya.
Anne menutup mata dan mengatur nafasnya. Semoga saja tidak ada yang melihatnya gugup.
'Ah!' Anne berteriak kaget dalam hati. Anne sedikit terlonjak ketika tiba-tiba ia merasakan ada percikan air yang mengenai tangannya. Air itu berputar-putar di sekitar tangannya, membuatnya geli. Anne mencubit tangannya pelan, dan membuka matanya kembali. Ia harus fokus.
Semua orang sudah bersusah payah mempersiapkannya sejak beberapa hari yang lalu, upacara ini tidak boleh gagal. Untunglah Anne menjadi sedikit lebih rileks setelah itu, ia tahu banyak yang mendukungnya dari belakang.
"... dan sebagai bangsawan Kekaisaran Terra, memiliki hak untuk ikut dalam pengambilan keputusan ..."
Untunglah ia bisa mengatasi kegugupannya dengan cepat. Masih banyak waktu sebelum ia harus menyebutkan sumpahnya. Anne masih bisa merasakan gelembung air yang berputar-putar di tangannya. Apakah ini sihir Kak Rein? Jangan mengambil kesimpulan dulu Anne, marchioness juga memiliki sihir dengan elemen air.
"Annette de Voinn, silahkan membacakan sumpah setia sebagai bangsawan Kekaisaran Terra."
Mendengar ucapan Imam tersebut, Anne dengan lantang membacakan sumpah yang sudah ia hafal. Ia sengaja mengucapkannya dengan lantang sehingga bila suaranya bergetar, tidak akan ada yang menyadarinya.
Upacara berlangsung dengan lancar, tanpa adanya gangguan. Setelah Anne selesai membaca sumpahnya, Anne berlutut sedangkan kaisar berdiri dan turun untuk menghampirinya. Seseorang datang dan memberikan pedang penobatan kepada kaisar.
Anne sempat sedikit merinding melihat pedang yang digunakan kaisar dalam penobatan, untunglah kaisar mengangkat dan menggerakkannya dengan lembut dan perlahan. Pedang itu besar dan dihiasi dengan permata dan emas, membuatnya bersinar dan berkilau dengan indah.
Walau pedang ini hanya hiasan dan digunakan untuk penobatan atau pengangkatan ksatria saja, pedang tetaplah pedang. Anne menjadi penasaran seperti apa pedang yang digunakan kaisar untuk berperang.
Setelah selesai menobatkan Anne, kaisar mengembalikan pedang tersebut dan membantu Anne berdiri. Anne tidak menyangka kaisar adalah orang yang sangat perhatian, walau sering berbicara dengan tegas. Setelah kaisar kembali ke tempat duduknya, Chris datang dan menuntun Anne kembali ke tempat duduknya.
Tak lama setelah itu, upacara pun berakhir ketika kaisar, permaisuri, dan putra mahkota keluar dari ruangan tersebut. Seketika ruangan dipenuhi oleh suara orang-orang yang berbincang-bincang di sekitarnya.
"... anak keluarga Voinn yang buta …"
"Aku tidak pernah mendengar tentang dia, mereka pasti menyembunyikannya selama ini …"
"Ayah, biarkan aku bertunangan dengannya!"
" … apa benar dia buta? tapi dia terlihat normal tuh?"
Samar-samar Anne bisa mendengar mereka membicarakannya, tapi ia tidak terlalu memperdulikannya.
--
"Kamu sangat luar biasa Anne! Aku saja sangat berdebar-debar, walau hanya melihat dari belakang." Hera langsung datang menghampiri ketika acara selesai.
"Kamu melakukannya dengan baik. Selamat Anne, atas gelar sebagai Marquis dari Pallona." Kali ini Rein juga datang memberi selamat.
"Terima kasih, yang mulia." Anne tersenyum malu.
"Hmm, karena acara sudah selesai, ayo kita main Anne!"
"Maaf Hera, tapi aku harus segera kembali. Guruku dari Crotta akan datang hari ini."
"Ah … begitu … baiklah ..." Hera bahkan tidak menutupi kekecewaannya.
"Hilda, tolong berikan surat satunya kepada Pangeran Rein."
"Baik nona."
"Hmm? Apa ini Anne?"
"Ah, ini balasan surat undangan waktu itu. Maaf aku baru membalasnya sekarang."
"Surat undangan? Kamu juga memberikan surat kepada Rein?" Parlo tidak menyangka Rein dan Anne berbincang dengan akrab. Ia semakin menyesal tidak pernah pergi mengunjungi Anne.
"Kamu tidak perlu tahu Parlo. Terima kasih Anne, hati-hati di jalan."
"Hei aku lebih tua darimu!"
"Yah, beberapa menit. Ayo, jangan ganggu Anne lagi. Ayah pasti sudah menunggu kita di dalam." Rein menarik Parlo pergi.
'Hm? Lebih tua beberapa menit?' Anne selama ini berpikir Parlo adalah adik Rein, ternyata mereka adalah saudara kembar.
"Ah, kak tunggu! Sampai jumpa Anne!" Hera melambaikan tangan sambil berlari masuk ke dalam.
"Kak, ayo temani aku bermain!" Anne masih bisa mendengar suara Hera yang semakin kecil.
"Ayo nona, anda sudah siap untuk kembali?"
"Marchioness, aku ingin pergi ke kota untuk membeli sesuatu, anda bisa pulang duluan dengan Kak Chris."
"Kamu membutuhkan sesuatu Anne? Aku bisa membelikannya untukmu."
"Terima kasih marchioness, tetapi aku ingin pergi membelinya sendiri. Aku juga belum pernah jalan-jalan di ibu kota."
"Baiklah, aku akan menemanimu Anne." Chris berbaik hati ingin menemani.
"Tidak perlu kak, aku tahu kakak sangat sibuk akhir-akhir ini. Lagi pula ada Hans, Hilda, dan nanny bersamaku."
"Em, baiklah. Bawa beberapa pengawal lagi untuk berjaga-jaga." Chris sebenarnya masih sedikit ragu, tetapi karena ia sudah sering berkeliling kota, ia tahu banyak pengawal yang berjaga disana.
"Iya kak, tenang saja. Aku hanya akan membelinya dan langsung kembali."
"Jangan pernah melepas tangan Anne, Hans. Ah, lebih baik kamu menggendongnya saja, karena jalan di kota pasti ramai." Marchioness menepuk pundak Hans pelan.
"Siap nyonya." Hans menjawab dengan cepat.
"Tapi aku bukan anak kecil lagi …," akan sangat memalukan bila ia harus digendong di tempat umum.
--
"Nona ingin membeli apa?" Nanny bertanya setelah masuk ke dalam kereta.
"Aku ingin membeli hadiah, sebagai balasan karena sudah memberikan kalung ini. Hadiah apa yang cocok untuk kuberikan, nanny?"
"Apakah ini untuk Tuan Muda Chris?"
"Bu-bukan. Tapi memang benar untuk seorang laki-laki."
"Hohoho, apakah ada sesuatu yang menarik terjadi ketika aku tidak ada?" Nanny bertanya dengan jahil.
"Tidak nanny, ini hanya hadiah. Tidak lebih." Anne langsung menyangkalnya, tidak ingin nanny berpikir yang aneh-aneh.
"Biasanya para nona muda memberikan hadiah seperti sapu tangan dengan rajutan sendiri, pin, jam saku, atau bahkan pedang."
"Ah, sepertinya memberi pedang akan sedikit berlebihan. Apakah laki-laki biasanya tidak menggunakan perhiasan? Maksudku seperti kalung atau gelang."
"Tentu saja ada nona, tetapi para bangsawan biasanya tidak menggunakan aksesori yang mencolok. Kalung, gelang, cincin, atau bahkan anting untuk pria juga ada, tapi biasanya lebih banyak digunakan bila memiliki efek sihir, bukan sebagai perhiasan."
"Hmm, baiklah kalau begitu aku ingin memberikan aksesori sihir saja. Apakah ada toko yang menjualnya di Terra?"
"Ada, tetapi pasti sangat sedikit dan harganya akan jauh lebih mahal dibandingkan yang dijual di Crotta."
"Tidak apa-apa, berapa banyak uang yang kamu bawa Hilda?" Anne sudah memerintahkan Hilda untuk membawa sejumlah uang, tetapi ia tidak tahu berapa harga barang yang akan mereka beli.
"Saya membawa satu kantung emas nona. Kira-kira seribu koin emas."
"Aku tidak pernah berbelanja jadi tidak yakin seberapa berharganya koin emas. Apa saja yang bisa kubeli dengan satu koin emas?"
"Dengan satu koin emas anda bisa membeli kira-kira sepuluh ekor ayam."
Penjelasan yang sangat bagus Hilda, Anne hingga terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Ia bahkan tidak tahu harga bahan makanan, apakah lebih mahal sayur atau daging.
--