Tok tok
"Nona, saya sudah membawa pelayan-pelayan barunya." Anne bisa mendengar nanny berbicara dari luar kamarnya. Ia sedang bersantai di kamarnya setelah selesai makan malam. Lucy membawakan teh hangat dan pergi menyiapkan air mandinya, ketika Nanny tiba.
"Silahkan masuk nanny."
"Nah, sekarang perkenalkan diri kalian kepada nona." Nanny memerintahkan mereka ketika sudah masuk ke dalam kamar Anne.
"Selamat malam nona, perkenalkan nama saya Hilda. Saya sudah bekerja di kastil ini selama lima tahun."
"Perkenalkan nama saya Nana dan sudah bekerja disini selama lima tahun seperti Hilda."
"Hmm, berapa usia kalian?"
"Saya berumur tujuh belas tahun ini nona, sedangkan Nana tahun ini berumur enam belas tahun ini."
'Hmm baguslah mereka semua memiliki warna rambut yang berbeda-beda, walaupun aku mungkin akan bisa mengingat suara mereka dalam beberapa hari.' Sejak keluar dari Verdant, sebenarnya Anne sedikit kesulitan dengan semua pegawai-pegawai yang ada di Kastil Porta maupun Yunne.
Ia tidak bisa memerintahkan mereka untuk mengecat rambut, lagipula ia sudah mulai terbiasa mengingat ciri khas suara dan penampakan orang-orang. Ia hanya perlu mengingat orang-orang penting saja.
"Baiklah, sekarang bantu Lucy menyiapkan mandi untukku."
"Lucy masih lebih muda dan tidak berpengalaman dibandingkan kalian. Saya juga tidak sempat mengajarinya banyak. Jadi tolong bimbing dan ajari dia dengan baik." Nanny berpesan kepada Hilda dan Nana sebelum mereka pergi membantu Lucy.
"Nona, air mandinya sudah siap." Tak lama kemudian mereka kembali.
"Baiklah, tolong bantu aku. Nanny bisa kembali untuk beristirahat."
"Anda yakin nona? Lebih baik saya memantau kerja mereka terlebih dahulu, terlebih lagi ini kan hari pertama mereka bekerja."
"Mereka akan baik-baik saja. Besok adalah hari yang penting, aku ingin nanny juga pergi menemaniku ke upacara tersebut."
"Hahaha, baiklah kalau begitu. Sebuah kehormatan untuk bisa ikut dalam upacara tersebut. Lebih baik aku segera menyiapkan baju untuk besok. Kalau ada apa-apa akan selalu ada penjaga di depan kamar nona."
"Iya, aku tahu nanny." Anne berjalan masuk kamar mandi bersama pelayannya, dan nanny pun keluar dari kamar.
--
"Tidak perlu, jangan melepaskan kalung ini." Anne menahan tangan pelayannya ketika ia akan melepaskan kalungnya.
"Ah, baik nona. Saya hanya khawatir kalungnya akan rusak bila terkena air mandi." Anne tidak yakin siapa yang akan melepas kalungnya, tetapi dari suaranya sepertinya bukan Lucy. Ia belum mengenali suara Hilda dan Nana.
"Tidak apa-apa. Kalung ini adalah benda sihir, jadi tidak akan mudah rusak."
Mereka kemudian memandikan Anne perlahan dan mencuci rambutnya. Ia bisa menghirup wangi bunga yang semerbak.
"Tidak apa-apa. Kalian sudah boleh keluar, aku ingin berendam sendirian." Setelah Anne masuk ke dalam bak mandi dan berendam, ia memerintahkan mereka untuk keluar. Ia ingin bersantai sendirian.
"... kepada Kekaisaran Terra." Anne sekali lagi melatih membaca naskahnya. Ia tidak ingin ada kesalahan sedikit pun.
Sudah seharian ini jantungnya berdetak dengan kencang. Bila menutup matanya, ia bisa mendengar dengan jelas setiap detak jantungnya. 'Ah, aku tidak yakin bisa tidur malam ini.' Untunglah acaranya akan dimulai di siang hari, sehingga ia tidak perlu bangun terlalu pagi.
Anne merenung berfikir sambil masih menggenggam kalungnya. Ketika memegang kalungnya, ia bisa merasakan energi yang ada di dalamnya, dan itu membuatnya lebih tenang. 'Ah, aku memegangnya lagi.' Ia mencoba mengisi energi kalungnya, beberapa hari ini banyak hal terjadi sehingga ia terus lupa untuk mengisi kalung ini.
'Wah, kalung ini bersinar!' Anne sedikit terkejut karena kalung itu tiba-tiba bersinar. Sepertinya kalung ini sudah penuh. Baguslah, setidaknya bila ia melakukan kesalahan besok ia bisa menggunakan sihirnya dan langsung kabur ketika orang-orang teralihkan oleh sihirnya.
"Hihihi" Anne tertawa pelan, membayangkan hal itu terjadi.
Anne memandang kalungnya yang semakin lama semakin meredup sinarnya dan berubah warna menjadi biru muda transparan.
'Wah, indahnya. Aku harus memberikan sesuatu untuk Kak Rein. Ini adalah hadiah yang terlalu mewah untuk kuterima.'
Anne menutup matanya dan berusaha rileks. 'Hmm, apa yang bisa ku hadiahkan untuk seorang pangeran? Sayang sekali baru sekarang aku memikirkan untuk memberi hadiah, padahal aku bisa memberikannya besok bila sudah kusiapkan dari beberapa hari yang lalu. Aku akan menyiapkannya agar bisa kuberikan saat pesta dansa.'
Muka Anne kembali merona memikirkan pesta dansa yang akan datang. 'Apakah ini berarti bahwa aku harus memilih Kak Rein sebagai pasanganku?' Sudah beberapa hari ia masih belum membalas undangan Kak Rein dan Kak Parlo. Tidak baik untuk menundanya lebih lama lagi, sebaiknya ia segera menulis surat balasannya sekarang.
Berpikir membuatnya semakin mengantuk. Aroma terapi dan air mandi yang disiapkan para pelayannya ternyata memang sangat membantu.
"Nona, apakah nona sudah selesai?" Seseorang memanggilnya dari luar.
"Ah iya, tolong bantu saya berpakaian." Anne hampir saja tertidur ketika pelayannya memanggil.
Mereka membantu Anne berganti dengan gaun tidurnya dan mempersiapkan tempat tidurnya.
"Sekarang jam berapa Nana?" Bila belum terlalu malam ia ingin menulis surat balasannya, sebelum ia kembali lupa. Ia bisa memberikannya langsung besok bila bertemu dengan mereka.
"Sekarang jam delapan malam nona." Ia memang merasa malam masih belum terlalu larut, karena marchioness menyelesaikan pelajarannya lebih awal agar Anne bisa beristirahat yang cukup.
"Baiklah, tolong panggilkan Collin dan siapkan beberapa kertas surat." Kak Chris sudah menerima ajakan Hera, jadi ia hanya perlu membalas undangan dari kedua pangeran.
Anne memang ingin memiliki seseorang yang khusus membantunya menulis surat, tetapi sangat sulit mendapatkannya perempuan yang bisa membaca dan menulis. Rata-rata pasti adalah bangsawan, dan mereka tidak membutuhkan pekerjaan, terlebih lagi orang tersebut harus bisa dipercaya dan tidak akan membocorkan isi surat kepada siapapun. Jadi untuk sementara semua surat Anne, Collin atau nanny yang menuliskannya.
Ia tidak ingin mengganggu istirahat nanny, sehingga ia lebih memilih memanggil Collin. Lagipula nanny pasti akan meledeknya mengenai hal ini. Selagi menunggu Lucy, Nana membantu Anne mengeringkan rambut dan menyisirnya. Anne selalu kesakitan ketika Vena menyisirnya, ia pikir itu adalah karena rambutnya yang kusut dan ikal. Tetapi Nana menyisirnya dengan sangat lembut, sepertinya ia sangat ahli.
--
Tok tok
"Permisi, nona memanggil saya?" Collin memanggil dari luar kamar.
"Iya Collin, masuklah. Aku membutuhkanmu untuk menuliskan surat."
"Baik nona." Collin masuk dan mempersiapkan kertas surat dan pena yang diberikan Hilda. Anne senang karena Collin tidak pernah bertanya ataupun membantah ketika ia menyuruhnya. Hanya Collin yang memperlakukannya sebagai seorang pemimpin Keluarga Voinn, dan bukannya anak kecil yang tidak tahu apa-apa.
"Kepada siapa surat ini akan ditujukan nona?"
"Aku akan mengirimkan surat balasan kepada Pangeran Rein dan Pangeran Parlo atas undangan yang mereka kirim beberapa hari yang lalu."
"Baik." Collin mulai menulis surat tersebut. Ia jelas memiliki bakat khusus, Anne tidak pernah mendikte secara khusus kata demi kata dalam suratnya. Ia hanya perlu memberitahu apa pesan yang ingin disampaikan dan Collin akan merangkai kata-kata itu dengan indah dan elegan.
"Aku akan menerima undangan Kak Rein, sedangkan untuk Kak Parlo tolong jelaskan bahwa aku sudah menerima undangan dari Kak Rein terlebih dahulu sehingga aku menolak undangannya." Collin sibuk menulis sambil Anne masih berpikir.
'Seperti ini saja sudah cukup kan? Apa aku perlu memberikan alasan mengapa aku menerima atau menolaknya? Sepertinya tidak perlu.'
--