Chapter 25 - 25.

"Jadi kapan kakak akan mengajariku berdansa?" Anne sudah tidak sabar ingin segera belajar. Ia sudah menanyakan hal ini sejak sarapan.

"Kapanpun kamu siap Anne." Chris tersenyum sambil masih serius membaca bukunya.

Anne yang sudah tidak sabar terus mengikutinya kemanapun ia pergi sejak dari ruang makan. Anne bahkan tidak melepas genggamannya sedetikpun. Sepertinya ia mengerti mengapa Hans sangat senang mengganggu Anne.

"Kalau begitu sekarang? Aku sudah siap sekarang."

"Kamu belum siap Anne." Chris menjawab dengan lembut, walaupun ia tahu Anne sudah tidak sabar.

"Apa yang harus aku siapkaan????" Anne sudah mulai menunjukkan kekesalannya, setelah seharian tidak ditanggapi dengan serius. Ini sudah hampir makan siang dan Kak Chris masih belum mulai mengajarinya. Ia tidak mengerti mengapa Kak Chris mulai berperilaku mencurigakan seperti Hans.

"Apa saya perlu menyiapkan guru khusus untuk mengajari nona, tuan?" Collin mencoba memberikan saran.

"Hahaha, tidak perlu Collin. Saya juga sedang tidak sibuk. Setidaknya ganti sepatumu dulu Anne." Chris menutup bukunya dan berjongkok membuka sepatu Anne yang duduk di sebelahnya.

"Tolong siapkan beberapa sepatu yang lebih nyaman untuk Anne. Setidaknya ia harus merasa nyaman di rumahnya sendiri bukan?" Menggunakan sepatu yang memiliki hak memang adalah hal yang wajar, tetapi Chris merasa itu bukanlah suatu keharusan.

"Baik tuan, saya akan segera menyiapkannya." jawab Nanny. Nanny menyadari Anne memang masih canggung menggunakan sepatu dengan hak, tetapi Anne memaksa ingin membiasakan dirinya.

"Nah, kamu sudah siap sekarang. Untuk permulaan, lebih baik tidak menggunakan sepatu hak. Bila kamu sudah hafal dengan semua langkahnya baru kita latihan dengan sepatu."

Chris membantu Anne berdiri dan membawanya ke tengah ruang tersebut. Mungkin inilah alasan Chris membawa mereka ke ruang istirahat ini, karena ruangan ini lebih luas dari ruangan lainnya.

Rasanya sedikit aneh berjalan tanpa sepatu selain di kamarnya. Anne bisa merasakan halusnya karpet yang ia injak.

"Collin, tolong siapkan metronomnya dalam ketukan tiga per empat."

"Baik tuan." Collin menaruh metronom yang sudah disiapkan di ruang tersebut dan mulai membunyikannya sesuai dengan ketukan tiga per empat, ritme yang digunakan dalam lagu dansa Waltz pada umumnya.

"Apakah kamu sudah pernah mendengar lagu-lagu yang digunakan saat berdansa, Anne?"

"Iya, aku sudah beberapa kali mengikuti pesta dansa di Verdant, tapi tidak pernah berdansa." Ia ingat pernah bernyanyi dan menari dengan ibunya, tetapi itu tidak sesuai dengan aturan dansa yang benar.

"Bila kamu sudah terbiasa dengan temponya, berdansa adalah hal yang mudah. Tiap gerakannya mengikuti setiap ketukan. Sebelum itu, jangan lupa untuk membungkuk memberi salam kepada pasangan dansamu." Chris membungkuk memberi salam, yang segera diikuti oleh Anne.

"Apakah kamu bisa melihat tanganku Anne?" Chris menjulurkan tangannya menunggu Anne menaruh tangannya diatasnya.

"Bisa kak, walau samar-samar. Mungkin bila karpetnya memiliki warna yang berbeda dengan baju kakak, aku bisa melihatnya dengan lebih jelas."

"Haha, aku akan lebih memperhatikannya lain kali, terima kasih Anne." Chris memang hanya menggunakan kemeja putih polos karena tidak akan pergi kemana-mana hari ini, dan kebetulan karpet ruangan ini terbuat dari bulu rubah salju yang berwarna putih.

Walau ia tidak bisa melihat, ia bisa memperkirakan dimana tangan Kak Chris dan menaruh tangannya disana. Ini pesta pertamanya di Terra, tidak boleh ada kesalahan.

--

Anne akhirnya sudah hafal dengan seluruh gerakan dansa, setelah latihan setiap hari dengan Kak Chris. Walaupun ia hanya latihan selama empat jam dalam satu hari, ia sudah hafal langkah-langkahnya dalam delapan hari. Ia juga masih harus mengikuti pelajaran-pelajaran lainnya dari Nanny dan Collin. Terkadang juga ia berlatih sihir sendiri di malam hari sebelum tidur.

Nanny dan Hans sangat kagum dengan sihirnya, ketika pertama kali memperlihatkannya. 'Hihi, mereka sudah sangat terkejut walau aku hanya bisa membuat cahaya kecil. Mereka bisa-bisa pingsan melihat sihir Kak Rein.'

'Hmm, sudah lama Kak Rein tidak berkunjung lagi. Hera selalu datang sendiri akhir-akhir ini, ah bukannya aku menantikan kedatangannya!'

Anne menjatuhkan dirinya di kasur sambil memeluk boneka barunya. Hera memberikannya beberapa hari yang lalu ketika datang bermain. Katanya ini adalah boneka burung pipit, dan terlihat seperti Anne.

'Ngg, memangnya aku terlihat bulat? Apakah aku semakin gemuk?'

Anne mengangkat bonekanya, dan meraba-raba bonekanya. Bagaimanapun ia memutar dan meraba boneka itu, boneka itu bulat sempurna seperti bola. Ia hanya menemukan paruh kecil dan ekor dari boneka ini. Sepertinya ini bukan dibuat oleh seorang pengrajin boneka, bentuknya terlalu simpel untuk dijual.

Orang lain tidak akan menyangka putri yang terlihat sangat tomboy itu mengoleksi banyak boneka di kamarnya. Ia bahkan memiliki kamar khusus untuk bermain boneka.

'Oh iya aku belum mengisi energi sihirku ke dalam kalung hari ini!' Anne duduk kembali dan mulai berkonsentrasi mengeluarkan sihirnya. Hari ini tidak terlalu melelahkan, ia bisa merasakan masih memiliki banyak energi dalam tubuhnya.

'Aku penasaran seperti apa sihir yang akan keluar bila sudah terkumpul banyak. Apakah gelembung cahaya besar? Atau cahayanya akan bertahan lebih lama?' Ia selalu mengisinya setiap hari, mengapa masih belum penuh juga? Semoga bisa penuh sebelum pesta.

Tok tok

'Ah, aku baru memasukkan sedikit ….'

"Siapa itu?"

"Nona masih belum tidur? Ini nanny." perlahan-lahan Nanny masuk ke dalam kamar Anne.

"Ada apa nanny?" Anne membuka matanya dan menengok ke arah nanny.

"Saya melihat lampu kamar nona masih menyala, jadi saya memutuskan untuk memeriksa."

"Aku masih belum mengantuk, apakah terjadi sesuatu?"

"Tidak apa-apa nona, lebih baik nona mendengarnya langsung dari Tuan Muda Chris besok."

"Tidak apa-apa nanny! Aku masih belum mengantuk. Dan aku sudah sangat penasaran sekarang."

"Baiklah, tapi nona harus segera tidur setelahnya. Besok saja nona membicarakannya dengan yang lainnya." Anne segera mengangguk dengan cepat, sudah tidak sabar.

"Barusan … Kent mengirimkan pesan menggunakan kertas sihir." Nanny berkata pelan setelah berpikir beberapa saat. Ia sebenarnya tidak ingin membuat Anne khawatir lagi, terlebih setelah akhirnya Anne bisa kembali ceria. Tapi ia tahu ini adalah kenyataan yang harus Anne hadapi.

"Apa isinya?" Anne langsung berdiri mendengar Kent mengirimkan kabar.

"Jasad duchess sudah ditemukan nona. Kerajaan Wart yang membawa dan menyimpannya. Sepertinya ia berniat memancing keluarga Voinn untuk mengambilnya, sehingga bisa dengan mudah menemukan yang masih hidup." Nanny berkata pelan sambil berjalan menghampiri Anne dan menuntunnya untuk duduk kembali.

"Bagaimana dengan ayah dan kakak? Mereka sudah ditemukan?"

"Duke juga ditahan oleh Wart, dan terluka cukup parah sepertinya. Kent masih memeriksa daerah sekitar medan peperangan, karena tidak ada kabar mengenai Tuan Muda Louis."

"Ayah tertangkap?? Bagaimana bisa …."

Ia merasa lega mendengar ayahnya masih hidup, tetapi bagaimana ia bisa menyelamatkan ayahnya? Apakah ini juga jebakan? Raja Hellios pasti bisa membunuh ayah, apalagi ketika ayah terluka cukup parah. Kenapa ia membiarkan ayah hidup?

"Sepertinya perhatian duke sempat teralihkan ketika mengetahui duchess telah meninggal, sehingga bisa mendapatkan luka yang cukup parah. Duke sangat menyayangi duchess, pasti sangat berat mendengar kabar tersebut …."

"Apa lagi pesan yang dikirimkan Kent?"

"Itu saja nona."

"Apa yang Kak Chris pikirkan mengenai hal ini? Kita harus segera menyelamatkan ayah sebelum semuanya terlambat!"

"Tuan Muda Chris sepertinya akan mengabarkan keluarganya mengenai hal ini. Lebih baik nona segera tidur sekarang dan membicarakannya lagi besok pagi."

"Tapi nanny!" ini hal yang sangat penting, bagaimana ia bisa tidur setelah mendengar semua ini?

"Shh …, tidak apa-apa nona. Kita pasti bisa menemukan jalan keluarnya bersama. Sekarang lebih baik nona beristirahat, seperti yang sudah nona janjikan tadi." Nanny memeluk Anne pelan.

"Hhh …, baik nanny …." Anne pun berbaring dibantu oleh nanny.

"Selamat malam nona …." Nanny mematikan lampu kamar Anne dan keluar.

Anne menatap langit-langit kamarnya sambil masih memikirkan apa yang baru saja di dengarnya. Kenapa semua ini bisa terjadi kepada keluarganya. Andai mereka bukan keluarga kerajaan, semuanya pasti lebih mudah ….

Ia memeluk bonekanya lagi dan berusaha untuk segera tidur.

--