Tok tok
Nanny, yang sedang mengajari Anne di kamar, berhenti berbicara mendengar ketukan pintu kamar Anne.
"Permisi nona, ini saya bawakan cemilan dan teh hangat." Lucy memasuki ruangan dan meletakkan berbagai cemilan.
"Nanny! Koki di kastil ini sangat pandai membuat cemilan! Nanny harus mencobanya!"
*Tap tap tap* Terdengar suara seseorang berjalan dengan cepat menuju kamar Anne.
"Nona! Putri Hera datang bersama dengan Pangeran Reinhardt! Mereka sudah menunggu di ruang tamu." Collin berbicara dengan cepat dari luar kamar Anne.
Anne yang terkejut segera menoleh kepada nanny.
"Ah, nanny. Apakah gaunku sudah pantas?" Anne tidak yakin apakah gaun yang dikenakannya masih rapi atau tidak.
"Lebih baik nona segera berganti pakaian. Collin tolong sampaikan bahwa nona akan turun sebentar lagi." Nanny segera bangkit berdiri dan membantu Anne berganti pakaian. Lucy juga sibuk memilih gaun untuk Anne kenakan.
"Ada apa tiba-tiba keluarga kaisar datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu?"
"Hihihi, tenang saja nanny." Anne tidak bisa menahan tawanya melihat nanny dan Lucy yang tiba-tiba panik.
Mereka masih belum tahu bahwa Anne memang mengizinkan Hera untuk datang bermain kapanpun ia mau. Tapi mengapa kali ini Pangeran Rein juga datang? Hmm, mungkin ia datang untuk menemui Kak Chris.
"Nah, sudah!" Nanny menyeka keringat di keningnya sambil mengecek penampilan Anne sekali lagi.
"Nona sudah siap?" Hans bertanya ketika Anne keluar kamarnya bersama nanny.
"Iya tuntun aku ke bawah Hans!" Anne menjulurkan tangannya ke depan, menunggu Hans menggenggamnya.
"Baiklah ayo kita turun!" bukannya menggenggam tangan Anne, Hans malah menggendongnya dan berjalan dengan cepat.
"Ah Hans! Turunkan aku! Aku sudah bukan anak kecil lagi!" Muka Anne langsung memerah. Anne memukul dada Hans pelan.
"Hans! Jangan macam-macam!" Nanny memukul punggung Hans.
"Hahaha, seperti ini lebih cepat nona!" Hans tertawa lepas. Sudah lama ia tidak mengganggu Anne, ia berjalan semakin cepat meninggalkan nanny yang mengejar mereka.
Percuma memukul Hans! ia tidak akan menurunkannya. Bagaimana kalau Hera dan Pangeran Rein melihatnya! Ah ini sangat memalukan! Anne berhenti memukul Hans dan menyembunyikan mukanya yang merah di bahu Hans.
--
"Nah sudah sampai!" Hans menurunkan Anne perlahan di depan pintu ruang tamu.
"Apa yang terjadi Hans?" Collin terlihat bingung melihat muka Anne yang merona.
"Haha, tidak apa-apa Collin." Hans menjawab santai.
Anne merapikan pakaiannya sekali lagi sebelum menemui Hera dan Pangeran Rein. Hhh ..., tak ada yang bisa menghentikan Hans. Bagaimana ia bisa lupa betapa usilnya Hans, ia harus lebih berhati-hati.
"Silahkan masuk nona." Collin membukakan pintu untuk Anne. Nanny akhirnya juga tiba tepat ketika Anne akan masuk.
"Anne! Apa perasaanmu sudah lebih baik? Ibu masih sangat mengkhawatirkanmu." Sepertinya permaisuri memang sengaja mengizinkan Hera sering berkunjung agar Anne tidak merasa kesepian. Ia selalu menanyakan keadaan Anne ketika datang.
"Saya sudah lebih baik putri, terima kasih atas perhatiannya." Anne sedikit membungkuk memberi salam.
"Maaf Anne, aku baru mengunjungimu sekarang." Rein merasa bersalah tidak bisa mengunjungi Anne lebih awal.
"Siapakah saya, yang pantas dikunjungi oleh Yang Mulia." Anne memberikan senyuman terbaiknya. Ia sangat bersyukur keluarga kaisar sangat perhatian kepadanya.
"Hahaha, tidak perlu berlebihan Anne, lagi pula tidak ada siapa-siapa disini." Hera tertawa melihat Anne yang bersikap berlebihan.
"Mukamu terlihat sedikit merah Anne, apakah kamu sedang tidak sehat?" Rein menghampiri Anne dan menyentuh pipi Anne yang masih merona.
"Ti-tidak Kak Rein! Aku baik-baik saja! Hari ini terasa sangat panas jadi …." Terkejut dengan sentuhan yang tiba-tiba, Anne menjadi gugup, walaupun ia tahu Rein hanya bersimpati kepadanya.
"Hmm, baguslah kalau begitu. Maaf bila aku mengejutkanmu." Rein mengelus pelan kepala Anne, seperti yang ia lakukan kepada Hera. Entah mengapa rasanya sangat menyenangkan mengelus kepala Anne, mungkin karena rambutnya yang lebih halus dibandingkan Hera.
Nanny sangat terkejut melihat kedekatan mereka, ia tidak menyangka Anne bisa sedekat ini dengan keluarga kaisar. Mengapa Tuan Muda Chris tidak memberitahu mengenai hal ini kemarin?
"Oh! siapa ini Anne? Pengawal barumu?" Hera baru menyadari keberadaan Hans dan Nanny.
"Perkenalkan Hera, ini pengawalku yang lainnya, Hans dan ini adalah Nanny Polla. Kami sempat terpisah ketika sedang dalam perjalanan."
"Salam kenal, Pangeran Reinhardt dan Putri Hera." Hans dan Nanny memberi salam kepada mereka. Untunglah Collin sudah memberitahu nama mereka ketika menghampiri kamar Anne.
"Wah, dia sangat besar. Apakah semua pengawal di kediaman Duke sebesar ini?"
"Hehe, tentu saja tidak. Hans adalah pengawal khusus, ia adalah pengawal terbaik Verdant. Tapi tentu saja tidak melebihi ayahku!"
Walau Anne jarang bertemu dengan ayahnya, ia tahu ayahnya merupakan orang terkuat di Verdant, bahkan melebihi Raja Verdant. Anne menjadi sedikit muram, karena mengkhawatirkan ayahnya.
"Tenang saja nona, saya sudah sering mengikuti duke dalam perang, dan saya tahu betapa kuatnya duke. Walaupun Verdant kalah, duke pasti berhasil melarikan diri."
Hans menepuk pundak Anne pelan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Anne bisa menghadapi semua ini selama beberapa hari terakhir. Terlebih lagi mereka sempat terpisah, Anne pasti sangat mengkhawatirkan mereka.
"Hehe, iya aku tahu itu!" Hans benar, ia tidak boleh kembali murung. Semuanya juga pasti sangat khawatir, tetapi mereka tetap berusaha berpikiran positif. Bila Hans bisa selamat, ayahnya pasti masih hidup.
"Ah! Kak Rein pasti kesini ingin bertemu dengan Kak Chris! Collin, dimana Kak Chris?"
"Tuan Muda Chris sedang tidak ada di sini nona, ia sedang pergi membeli sesuatu. Tuan mengatakan akan kembali di sore hari."
"Tidak Anne, aku kemari untuk bertemu denganmu. Lagi pula tidak mungkin aku membiarkan Hera berkeliaran sendiri. Oh iya, Kak Arthur dan Parlo juga meminta maaf belum bisa mengunjungimu."
"Hahaha, Kak Parlo dimarahi lagi karena kabur dari gurunya! Ia mengatakan ingin pergi ke toilet dan tidak pernah kembali lagi! Hahaha." Hera tidak bisa berhenti tertawa membayangkan saat kakaknya dimarahi kemarin.
"Parlo akan sangat sedih mendengarmu membocorkan rahasianya kepada Anne," Rein mengingatkan Hera, sebelum ia membocorkan rahasia lainnya.
"Ups!" Hera sangat senang meledek Parlo, ia lupa bahwa kakaknya menyukai Anne. Ah, lagi pula kakaknya memang sangat mudah jatuh cinta.
"Anne, karena kamu sudah lebih baik, tolong tunjukkan kami berkeliling Kastil ini! Aku sudah sangat ingin bermain di taman sejak pertama kali aku datang ke sini!"
"Jangan memaksakan Anne, Hera. Tidak apa-apa Anne bila kamu masih kurang sehat."
"Tidak apa-apa Kak, lagi pula cuaca juga sedang sangat sejuk. Aku juga sangat ingin berjalan-jalan dan menghirup udara segar."
"Kalau begitu saya akan menyiapkan mantel untuk nona." Nanny memerintahkan seorang pelayan untuk mengambilkan mantel Anne.
"Yeyy!! Ayo, ayo!" Hera segera bangkit berdiri dan berjalan keluar.
"Mari nona saya antarkan." Collin segera mengikuti Hera. Tapi percuma saja, setiap kali datang Hera sudah sangat ingin pergi ke taman, hingga ia sudah tahu jalan menuju taman.
"Hei, pelan-pelan Hera!" Rein menyerah mengejar Hera dan membiarkan pelayan dan pengawalnya yang mengejar.
"Hihihi, Hera sangat menggemaskan." Anne tertawa kecil melihat tingkah Hera.
Hera merasa bebas bila sedang berada di kediaman Voinn, sangat menyenangkan karena tidak ada orang dewasa yang akan memarahinya. Ibunya tidak bisa selalu menemaninya kesini, jadi seringkali ia hanya ditemani oleh pelayan dan pengawalnya.
"Kamu tidak akan menganggapnya menggemaskan bila diganggunya sepanjang hari. Alangkah baiknya bila Hera memiliki sifat seperti dirimu. Hhhh …." Rein mendesah pasrah. Orang tuanya memang sangat memanjakan Hera.
"Ayo nona," Hans menggenggam tangan Anne untuk menuntunnya menuju taman.
"Tidak perlu, saya akan menuntun Anne." Rein menggenggam tangan Anne, mengisyaratkan Hans untuk melepaskan genggamannya.
"Terima kasih kak, maaf merepotkan."
"Ini sama sekali tidak merepotkan Anne. Tidak perlu meminta maaf bila aku sendiri yang menawarkan. Sepertinya kamu terlalu sering meminta maaf. Itu adalah kebiasaan buruk, Anne, hahaha."
"Ma- Ah, baik kak."
Anne tidak pernah menyadarinya, tetapi memang sepertinya ia sudah terbiasa meminta maaf. Ia selalu takut karena keterbatasannya, orang disekitarnya akan menjadi terbebani. Terlebih lagi karena ia adalah anak seorang duke, tidak akan ada yang berani menolak permintaannya.
--