Chapter 19 - 19.

Dengan terpaksa Rein berdiri dan mengeluarkan tongkat sihirnya. Ia menutup matanya untuk berkonsentrasi dan mulai membisikkan sebuah mantra. Mulai terbentuk gelembung-gelembung air di udara yang bersatu menjadi gelembung besar.

"Waah! Bikin yang lebih besar kak!"

Anne yang baru pertama kali melihat sihir merasa sangat takjub Rein bisa membuat gelembung air sebesar itu. Ia pernah meminta Chris menunjukkan sihinya, tetapi karena elemen Chris adalah angin, Anne tidak bisa melihatnya.

Rein mulai berusaha untuk membentuk gelembung tersebut menjadi sesuatu. Sekeras apapun Anne berusaha untuk melihat, ia masih tidak tahu bentuk apa yang dibuat oleh Rein.

"Apa kamu bisa melihatnya Anne? Itu adalah bunga mawar!" Hera yang tidak sabar akhirnya memberitahu Anne.

"Hmmm, oh iya sepertinya aku bisa melihatnya sedikit, karena bentuknya besar aku bisa melihat dengan lebih detail. Ternyata bunga mawar memiliki bentuk yang rumit." Anne takjub melihat bentuk bunga mawar untuk pertama kalinya, walaupun tidak terlalu jelas karena air yang transparan.

"Aku akan coba membuatnya lebih besar lagi." Rein mengucapkan sebuah mantra lagi dan gelembung itu kembali membesar hingga hampir seukuran tubuh Anne.

"Ayo kak buatkan tupai!"

"Tidak, ini saja sudah sangat sulit." Rein lelah menghadapi adiknya yang tidak pernah puas.

Anne sedikit mundur karena gelembung yang terus membesar dihadapannya. Ia terus mundur untuk bisa melihat dengan lebih jelas. Ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari gelembung tersebut.

"Ah, sepertinya ini adalah batas maksimal besar gelembung yang bisa kubuat saat ini. Sihirku menggunakan air yang ada di lingkungan ini, dan sepertinya air di sekitar sini sudah habis."

"Oh? Jadi elemen kakak tidak keluar dari dalam tubuh? Tetapi sihirku memerlukan energi tubuhku."

Anne sangat takjub melihat gelembung air sebesar itu, ia pun mencoba untuk menyentuhnya. Rasanya aneh, memegang air tanpa menjadi basah. Ternyata permukaan air sangat lembut dan licin.

"Ah, aku belum memberitahumu Anne? Kamu juga bisa mengendalikan elemen dari lingkungan di sekitarmu, tetapi itu lebih sulit untuk dilakukan dan dikontrol. Jadi sebagai permulaan, kamu harus melatih energi dalam tubuhmu dahulu."

"Energi dalam tubuhku sendiri saja sudah sangat sulit untuk dikendalikan, sepertinya akan membutuhkan waktu yang sangat lama agar aku bisa mengendalikan energi alam …."

Setelah mendengar penjelasan Chris, Anne menjadi tidak yakin bisa menjadi seorang penyihir di masa depan.

"Tenang saja Anne, ini baru permulaan. Jangan menyerah dulu." Chris meyakinkan Anne.

"Anne juga bisa sihir? Wah keren! Tunjukkan padaku juga Anne!" Hera memandang Anne dengan kagum.

"Ah, aku baru belajar, jadi aku hanya bisa membuat cahaya kecil."

Rein juga belum pernah mendengar mengenai sihir cahaya. Ia membatalkan sihirnya dan duduk memandang Anne penasaran.

"Tidak apa-apa Anne, aku ingin melihatnya! Aku tidak pernah mendengar mengenai penyihir cahaya!"

Anne pun memejamkan matanya dan berusaha mengeluarkan energinya. Cahaya-cahaya kecil mulai keluar dari tangan Anne dan melayang-layang di sekitar mereka.

"Wah! Lucu sekali! Ini seperti kunang-kunang!" Hera sangat senang melihat sihir Anne dan berusaha menangkapnya satu-satu.

Anne masih belum memiliki energi yang banyak sehingga ia hanya bisa membuat sedikit bola cahaya. Hera terdengar sedikit kecewa ketika Anne sudah tidak bisa mengeluarkan cahaya lagi. Sepertinya ia masih belum puas bermain.

Melihat sihir Anne, Rein jadi kembali mengingat kejadian semalam. Mengapa ia tidak menggunakan sihirnya untuk membuat cahaya? Setidaknya itu akan memudahkan orang lain untuk dapat menemukannya. Tetapi memang sepertinya Anne terlalu ketakutan untuk bisa menggunakan sihir saat itu.

"Baiklah, sepertinya lebih baik kita segera kembali ke kediaman duke, karena masih banyak hal yang perlu dilakukan." Chris merasa lebih baik mereka segera kembali ke kediaman duke.

"Ah, tunggu sebentar. Kak Chris aku akan kembali ke kamarku sebentar, tolong jaga mereka ya." Rein mengingat sepertinya ia memiliki sesuatu yang berguna di kamarnya. Ia segera pergi keluar menuju kamarnya.

Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sebuah kotak kayu kecil.

"Anne! Ini untukmu. Mungkin ini bisa berguna bila kejadian seperti kemarin kembali terulang."

Rein mengeluarkan sebuah kalung dari kotak kecil itu dan berniat memakaikannya kepada Anne. Anne sedikit terkejut atas hadiah yang tiba-tiba diberikan. Muka Anne sedikit merona dan tanpa sadar mundur menjauh.

"Wah itu sangat cantik kak!" Hera terkesima melihat kalung yang diberikan Rein kepada Anne.

Kalung itu memang terlihat tidak terlalu mewah dan tidak terlihat mencolok. Kalung tersebut terbuat dari perak dengan sebuah liontin batu permata biru tua di tengahnya.

"Aku tidak sengaja membelinya ketika sedang melihat barang-barang sihir, karena mungkin akan berguna. Kalung ini bisa menyimpan energi sihir dan melepaskannya ketika diperlukan. Jadi kamu bisa menyimpan sihir cahayamu didalamnya, dan ketika kamu memerlukannya, kamu hanya tinggal menggosok batu permatanya."

"Ah, terima kasih banyak pangeran, tapi aku tidak bisa menerima benda yang sangat berharga seperti ini." Kalung itu terlihat mahal, sehingga Anne tidak berani menerimanya.

"Tidak usah dipikirkan, anggap saja ini permohonan maafku atas kelakuan Hera kemarin. Lagi pula ini juga bukan barang yang mahal."

Rein memakaikan kalung tersebut kepada Anne. Kali ini Anne tidak bisa menolak. Anne hanya bisa menunduk mencoba menutupi mukanya yang merona.

"Terima kasih Pangeran Reinhardt." Anne membungkuk berterima kasih kepada Rein.

"Ehm, panggil saja aku Kak Rein. Lagi pula tidak ada siapa-siapa disini." Rein tersipu melihat wajah Anne yang merona.

Setelah itu Anne pun kembali ke Kastil Yunne bersama dengan Chris, Collin, dan Kent.

--

Setibanya di Kastil Yunne, Chris berencana untuk mengajari Anne mengatur keuangan, bisnis, perawatan kastil, dan sebagainya. Chris tidak bisa tinggal di Terra terlalu lama, sehingga ia harus mempersiapkan Anne dengan baik. Walaupun sudah ada Collin, keputusan-keputusan penting tidak bisa ditangani oleh sembarang orang.

Collin juga sedang mencarikan Anne guru untuk mengajarkan sejarah, politik, dan lainnya. Dengan koneksinya sebagai salah satu kepala pelayan terbaik, seharusnya tidak sulit menemukan guru yang bersedia mengajari Anne.

Mereka memutuskan untuk membicarakannya di ruang istirahat, Chris berdiskusi mengenai rencananya kepada Collin, sedangkan Anne duduk diam menikmati tehnya.

"Collin, apakah pegawai duke di kastil ini ada yang berhenti atau kabur?"

"Tidak tuan, mereka sudah lama bekerja di sini dan sangat mempercayai saya."

"Bagus. Tolong pantau dan awasi setiap pegawai. Apakah ada pegawai yang bisa membaca dan menulis dengan baik? Anne akan membutuhkan seseorang untuk membantunya menulis surat."

"Baik tuan, akan saya sediakan."

Selagi Chris dan Collin berbincang, Anne duduk melamun di sofa memikirkan apa yang bisa ia lakukan. Setelah keluar dari istana, ia seperti kembali kepada kenyataan. Ia baru menyadari betapa beruntungnya memiliki keluarga sebagai tempat bergantung. Ia sempat iri melihat keluarga Hera yang sangat akrab.

Anne tertunduk murung. Kak Chris tidak bisa selalu menjaganya, apa yang bisa dilakukannya tanpa Kak Chris? Anne menghela nafas. Bila aku bisa seperti Kak Fricsia, semuanya pasti akan baik-baik saja.

"Saya sudah menghubungi beberapa kenalan dan guru yang terkenal di Terra, akan ada beberapa yang datang besok. Nona bisa memutuskan sendiri setelah bertemu langsung dengan mereka."

"Pastikan ada pengawal yang berjaga ketika Anne sedang belajar. Kita tidak bisa mengendurkan keamanan walau berada di kediaman duke."

"Collin, apakah sudah ada kabar dari pasukan pencari?" Anne yang dari tadi duduk diam, akhirnya berbicara.

"Mengenai itu …," Collin terlihat sedikit ragu dan memandang Anne dan Chris dengan gelisah.

--