BRAKK
"ANNE! Hah … hah …." Hera berteriak memanggil Anne ketika memasuki kamar tersebut. Ia terlihat terengah-engah sehabis berlari.
"Hera! Dari mana saja kamu?" Rein sudah bersiap memarahi Hera.
"Kamu tidak apa-apa Anne? Apa yang terjadi? Ketika aku kembali kamu sudah tidak ada. Kami berkeliling mencarimu kemana-mana."
"Hhhh …, sepertinya kamu mencarinya di hutan yang salah." Rein mendengus meledek Hera.
"Huhuhu, maafkan aku Anne …." Hera mulai menangis melihat semua luka pada tubuh Anne.
"Ada ap- Anne! Kamu kenapa?" Chris terkejut melihat keadaan Anne yang berantakan dan penuh luka. Ia mendengar adanya keributan dari kamarnya, dan memutuskan untuk datang.
"Aku tidak apa-apa kak, aku hanya terjatuh di taman." Anne tidak ingin membuat Chris khawatir, lebih baik tidak memperpanjang masalah.
"Permisi, saya akan memeriksa nona." Dokter istana akhirnya datang dan mengobati luka-luka Anne.
"Tolong jangan sampai meninggalkan bekas." Rein menegaskan kepada dokter.
Mereka terus menemani dan memperhatikan selagi dokter mengobati Anne. Hera juga masih terisak sambil menemani Anne. Untunglah tidak ada luka yang serius. Setelah dokter selesai mengobati semua lukanya, Anne baru menyadari bahwa Rein masih terus memegang tangannya. Bagaimana ini, aku tidak berani melepasnya!
"Saya sudah selesai. Lebih baik nona segera beristirahat sekarang." Dokter itu membereskan barang- barangnya, memberi salam, dan pergi keluar.
"Anne apakah kamu akan baik-baik saja sendiri malam ini?" Rein khawatir meninggalkan Anne sendiri, terutama setelah melihat seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.
"Aku sudah lebih baik kak, terima kasih. Kalian semua juga sebaiknya kembali beristirahat."
"Anneeee … maafkan aku, aku tidak bermaksud meninggalkanmu …." Hera masih merasa bersalah kepada Anne.
"Tidak apa-apa Hera, aku hanya terjatuh." Ia tidak berani memberitahu kejadian sebenarnya kepada mereka semua, kecuali Rein, yang sudah melihat sendiri keadaannya.
"Aku akan menempatkan penjaga dan pelayan tambahan di luar ruangan ini, kalau kamu memerlukan sesuatu katakan saja, oke?" Rein bangkit berdiri dan melepaskan genggamannya.
"Kamarku juga ada di dekat sini, jadi tenang saja Anne." Chris berusaha menenangkan Anne agar ia bisa tidur dengan nyenyak dan tidak bermimpi buruk.
"Kalian, lebih berhati-hati ketika membantu Anne." Rein mengingatkan kembali para pelayan sebelum akhirnya pergi bersama Hera.
"Baiklah, aku tidak akan mengganggu lagi, selamat malam Anne." Chris mengelus kepala Anne dan kembali ke kamarnya.
Para pelayan segera membantu Anne mandi dan menutup lukanya dengan perban. Setelah itu Anne sudah terlalu lelah sehingga langsung tertidur.
--
"Wah, orang-orang akan membicarakan keamanan istana Terra melihatnya penuh luka seperti itu." Arthur terkejut melihat Anne memasuki ruang makan penuh dengan perban.
"Hera, apakah kamu adalah mata-mata Wart? Haha," Parlo tertawa menuduh Hera.
"Aku tidak sengaja, huhu …. Kak Parlo jahat!" Hera memukul Parlo dan berlari menghampiri ibunya yang baru memasuki ruangan.
"Ah, haha …." muka Anne memerah, malu membayangkan dirinya yang penuh perban. Sepertinya memang para pelayan terlalu berlebihan.
"Anne, kamu tidak apa-apa sayang? Aku sudah mendengar mengenai kejadian kemarin. Lukamu terlihat sangat banyak, aku akan mengutus salah satu dokter istana untuk tinggal di kediaman Voinn sampai kamu sembuh." Permaisuri datang menghampiri Anne dan mengamati luka-lukanya.
"Anne …, pasti sakit sekali yaa …. I-ini untukmu Anne. Maafkan aku …." Hera memberikan salah satu boneka lagi untuk Anne.
"Tidak apa-apa Hera, kamu tidak perlu memberikanku hadiah."
"Terima saja Anne, kamu tidak perlu sungkan. Kamu mau kan menjadi teman Hera?" Permaisuri mengambil boneka itu dan memberikannya kepada Anne. Berbeda dengan boneka yang kemarin, boneka sangat besar. Walau tidak bisa melihat dengan jelas wujudnya, ia bisa melihat berwarna merah, dan sangat lembut.
"Terima kasih Hera, aku akan menjaganya dengan baik." Anne memeluk boneka itu dan meminta pelayan untuk mengantarkannya ke kamarnya.
"Hera, kamu sudah meminta maaf kepada Anne?" Kaisar datang dan menghampiri Anne dan Hera.
"Sudah …." Hera terlihat sedikit takut kepada ayahnya. Sepertinya ia akan dihukum kali ini.
"Baguslah, jangan ulangi lagi kesalahanmu. Anne, bila Hera berulah lagi, marahi saja dia, oke?"
"Ayah!" muka Hera memerah dan ia memukul ayahnya pelan.
"Baiklah, lebih baik kita segera sarapan, masih banyak yang harus dikerjakan hari ini. Dimana Arthur?" Kaisar bertanya sambil berjalan menuju tempat duduknya.
"Ah, Kayak sudah pergi duluan, karena harus pergi ke perbatasan." Rein menjawab singkat.
"Hmm, baiklah." Kaisar menjawab sambil menyantap sarapannya. Mereka pun mulai menyantap sarapan dengan tenang.
Selama sarapan Anne terus memperhatikan setiap anggota keluarga kaisar dengan seksama, ia tidak boleh sampai salah lagi mengenali mereka. Sangat sulit membedakan karakteristik keluarga kaisar karena mereka semua memiliki warna rambut yang hampir sama.
Permaisuri, Arthur, dan Hera memiliki warna rambut coklat, sedangkan kaisar, Luna, Parlo, dan Rein berwarna hitam. Ah, lebih baik aku mengingat dari suara mereka saja.
--
"Anne, maukah kamu bermain denganku sebelum kembali ke rumahmu?" Hera masih ingin bermain dengan Anne, jarang sekali ada anak seumurannya yang bermain ke istana. Kakak perempuannya, Luna juga tidak pernah mau menemaninya bermain.
"Iya tentu saja Hera."
"Tapi kali ini aku akan menemani kalian." Parlo berinisiatif untuk menjaga mereka, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Parlo, jangan beralasan untuk bisa bolos latihanmu." Permaisuri memperingati anaknya.
"Biar aku saja yang memperhatikan mereka, aku tidak ada kelas atau latihan pagi ini. Kakak berlatihlah dengan giat." Rein tersenyum meledek Parlo.
"Terima kasih Rein, tolong jaga mereka ya."
Parlo tidak bisa lagi membantah dan bolos latihannya. Ah, aku sangat tidak suka latihan fisik. Parlo memakan sarapannya dengan murung.
"Kak Luna, ayo ikut kita bermain."
"Tidak Hera, aku tidak suka bermain dengan anak-anak." Luna segera pergi keluar ruang makan.
"Ah, haha lagipula kak Luna tidak asik untuk diajak bermain. Ayo Anne, kita bermain di ruang istirahat saja."
Hera menggandeng Anne dan berjalan dengan girang.
"Pelan-pelan Hera. Anne tidak bisa berjalan secepat dirimu." Rein menggenggam tangan Hera yang satunya, untuk menahannya agar lebih pelan.
--
"Anne, bolehkah aku berkunjung ke rumahmu? Aku juga akan mengirimkanmu banyak surat!"
"Tentu saja, Hera adalah teman pertamaku di Terra!"
Chris dan Rein juga berbincang-bincang sambil memperhatikan mereka.
"Baguslah Anne sudah mulai terlihat ceria lagi. Beberapa hari ini sangat berat bagi Anne. Semoga keluarganya baik-baik saja."
"Kami sudah memastikan bahwa duke benar sudah tertangkap, tetapi anggota keluarga yang lainnya masih belum diketahui kepastiannya."
"Anne mengatakan bahwa ia dan kakaknya Fricsia berangkat bersamaan menuju Terra, tetapi berpisah di tengah jalan. Aku khawatir terjadi sesuatu di jalan, karena ia belum sampai hingga sekarang."
"Kami tidak bisa mengirimkan tim pencari dalam jumlah besar, pasukan Wart akan segera menyadarinya. Mereka tidak akan segan-segan untuk langsung membunuh ksatria Terra yang masuk wilayah Verdant."
"Apakah ada bangsawan Verdant lain yang berhasil kabur ke Terra?"
"Hmm, mungkin ada sekitar lima. Ada satu bangsawan yang bahkan membawa seluruh pasukan keluarganya, walau tidak banyak, sekitar 200 orang. Itu sempat ramai dibicarakan."
"Baguslah, mereka pasti akan membantu merebut kembali Verd-"
Tiba-tiba Hera datang menghampiri mereka dan menarik-narik baju Rein.
"Anne, Kak Rein juga sedang mempelajari sihir! Ayo kak tunjukkan!"
"Ya ampun, aku sudah bilang jangan memaksaku ikut bermain dengan kalian."
"Hm? Tidak tuh. Ayo kak, tunjukkan! Buatkan hewan-hewan!" Hera kembali menarik baju Rein. Usia mereka tidak jauh berbeda, bagaimana bisa mereka sangat berbeda.
--