"Anne, kamu paling suka bermain apa?" Hera tiba-tiba bertanya.
"Hmm, aku suka bermain bersama kakakku di taman, sambil menikmati harumnya bunga yang bermekaran. Aku juga bisa berlari dengan bebas di taman, karena tidak perlu takut tersandung atau terjatuh."
Anne sangat senang berlarian di ladang yang ada di taman. Rumput di ladang sangat empuk bahkan ketika Anne terjatuh ia tidak merasa sakit. Ladang di tamannya juga tidak ada batu dan sangat luas.
"Taman di istana juga sangat indah! Terutama ketika malam hari tertimpa cahaya bulan. Taman bunga Moon Peony saat ini sedang bermekaran dan akan memantulkan cahaya bulan. Ayo kamu harus melihatnya!"
"Wah, itu terdengar sangat indah!"
"Iya aku selalu merasa berada dilangit, diantara lautan bintang! Ayo!"
Hera segera bangkit dan menggandeng Anne keluar. Mereka melaju menuju taman yang Hera maksud. Bahkan dari jauh Anne sudah bisa melihat betapa indahnya taman itu, terutama karena malam sedang bulan purnama.
Mereka berjalan-jalan sambil mengobrol dengan santai dan menikmati pemandangan. Walau Anne tidak bisa melihat dengan jelas bentuk dari bunga tersebut, ia benar-benar merasa seperti berjalan diantara bintang-bintang.
"Ah, lihat itu Anne! Ada kelinci!" Hera segera menarik Anne ketika melihat seekor kelinci. Anne yang terkejut hampir kembali terjatuh karena ditarik Hera dengan tiba-tiba.
"Oh maaf Anne! Tunggu disini sebentar ya, aku akan menangkap kelinci itu!"
"Putri tunggu!! Jangan masuk ke dalam hutan di malam hari!" Pelayan yang dari tadi mengikuti mereka panik melihat Hera yang memasuki hutan untuk mengejar kelinci itu.
"Nona, tunggu disini sebentar ya, saya akan mengejar Putri Hera." Pelayan itu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Anne dan mengejar Hera.
"Ahh tunggu Hera!" Jantung Anne berdetak sangat kencang, tangannya yang baru saja dilepaskan oleh Hera bergetar hebat. Ia memeluk tangannya yang bergetar, berharap dapat meredakan getarannya.
--
"Jadi kakak adalah penyihir di Crotta?"
"Iya, aku masih penyihir junior. Kamu tertarik dengan sihir?"
"Iya tentu saja! Aku sedang mempelajari sihir. Apa kakak memiliki elemen tertentu? Elemen sihirku adalah air."
"Elemenku adalah angin. Ibuku juga adalah penyihir elemen air. Aku tidak pernah mendengar ada anggota keluarga Kekaisaran Terra yang penyihir. Apa kamu mempelajarinya sendiri?"
"Ibuku sebenarnya berasal dari Crotta, walaupun bukan penyihir. Kakekku dari keluarga ibu adalah seorang penyihir es. Sebenarnya aku sangat ingin memiliki elemen es. Ah, sayang sekali."
"Elemen air bila terus dilatih tentu akan sangat berguna. Tenang saja Pangeran Reinhardt. Ibuku adalah salah satu penyihir air terkuat di Crotta."
"Benarkah? Aku sudah latihan satu tahun, tetapi masih belum bisa melakukan serangan yang berdampak besar. Bisakah kakak merekomendasikan guru sihir yang baik?"
"Tentu saja pangeran. Saya bisa merekomendasikan beberapa kolega ibuku."
"Kakak bisa beristirahat di kamar ini. Kapan-kapan ayo kita berduel sihir." Rein pun berjalan kembali ke kamarnya.
Lebih baik aku menyelesaikan buku Sihir Dasar malam ini. Ah, bukuku! Sepertinya tertinggal di pinggir sungai tadi siang.
Belum sampai kamarnya, ia sudah berbalik arah menuju hutan tempat biasa ia menyendiri. Rein sangat suka membaca buku, dan sensasi membaca di alam terbuka sangat menyenangkan. Walaupun disebut hutan, sebenarnya itu hanya hutan buatan, jadi tidak perlu khawatir akan bertemu dengan hewan atau serangga.
--
Tidak apa-apa Anne, mereka akan segera kembali. Anne berusaha menenangkan dirinya. Rasanya sudah sangat lama ia berdiri. Semakin lama menunggu badannya pun merinding, ditambah lagi angin malam yang berhembus. Terlebih lagi karena sudah mulai memasuki musim gugur.
Lutut Anne bergetar hebat karena kedinginan. Anne pun berjongkok dan memeluk kakinya. Tubuhnya masih juga tidak bisa berhenti bergetar. Ia tidak berani bergerak sedikitpun. Nafasnya pun semakin lama semakin tidak teratur.
Anne tidak pernah sendirian di malam hari. Oh Tuhan, tolong aku .... Anne memejamkan matanya dengan erat dan terus berdoa, berharap seseorang datang menolongnya.
Pluk
"AH!" Anne bisa merasakan ada hewan yang melompat ke lengannya dari depan.
Takut dan terkejut, Anne segera berdiri dan lari ke arah Hera berlari. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia berlari dan terus terjatuh, karena tersandung berbagai hal. Anne akhirnya berhenti karena terjatuh. Kelelahan berlari, ia tidak bisa mendorong dirinya untuk bangkit kembali. Ia bisa merasakan perih di sekujur tubuhnya dari sayatan ranting dan semak-semak.
"Hiks, hiks …."
Anne terbaring sambil menangis di tanah, menyesali keputusannya untuk berlari. Sekarang ia benar-benar sendirian dalam kegelapan. Malam semakin larut dan mulai terdengar berbagai suara dari hutan di sekitarnya.
Anne mencoba membuat bola-bola cahaya dengan sihirnya, tetapi tidak bisa fokus sama sekali.
"Ugh, tolonglah, hiks ... tolong aku …" Anne terus mengepal dan membuka tangannya tetapi selalu gagal.
Merasa putus asa dan luar biasa ketakutan, ia meringkuk memeluk dirinya dan menangis semakin kencang.
--
Setelah menemukan bukunya, Rein malah kembali terlarut dalam bacaannya. Suara burung hantu, jangkrik, dan gemericik air sungai yang mengalir, terasa begitu menenangkan. Ia tidak mau melewatkan momen ini begitu saja. Ia berbaring di atas batu besar di samping sungai sambil membaca dengan tenang.
Tanpa terasa malam sudah semakin larut, dan angin malam mulai semakin dingin. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan melanjutkan membaca di sana.
Hmm? Sepertinya aku mendengar suara seseorang? Rein memutuskan untuk mencari sumber suara tersebut. Walaupun sedikit takut, ia memberanikan diri untuk menghampiri asal suara itu.
"ANNE! Kamu tidak apa-apa?" Rein sangat terkejut menemukan Anne di tengah hutan malam-malam.
"Huhu …. Tolong aku … tuan, hiks hiks …." Mendengar namanya dipanggil ia berusaha untuk bangkit berdiri dan menggapai-gapai udara, mencari orang yang menemukannya.
"Anne, Anne …. Tenanglah aku akan mengantarkanmu kembali." Rein segera berlari menghampiri Anne dan memapahnya untuk berjalan.
"Apa kamu terluka?" Melihat Anne yang kesulitan berjalan, ia memeriksa kaki dan tangan Anne yang terluka.
"Uh, ti-tidak apa-apa …."
Anne tidak bisa menjawab dengan baik dan hanya terus menangis, walaupun sudah mulai bisa mengatur nafasnya.
"Maaf Anne, aku akan menggendongmu agar lebih cepat sampai," kata Rein melihat Anne yang kesulitan berjalan, dan lukanya yang perlu segera diobati.
"Ah, iya. Tidak apa-apa."
Akhirnya Rein menggendong Anne dan berlari masuk ke dalam istana. Ia membawa Anne ke salah satu ruang tamu dan menyuruh seseorang untuk memanggil dokter istana. Anne sudah berhenti menangis dan lebih tenang ketika masuk ke dalam istana.
Ia menurunkan Anne dengan perlahan untuk duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Anne pasti sudah menahan rasa sakit dari berbagai lukanya.
"Te-terima kasih banyak tuan. Dengan apakah aku bisa membalas kebaikan anda?" Anne memegang lengan Rein.
"Tidak perlu Anne. Sebentar lagi dokter akan tiba." Walaupun sudah tiba di kamar, Anne masih belum melepaskan genggamannya. Rein bisa merasakan tangan Anne yang masih bergetar.
"Kamu tidak apa-apa Anne?" Ia mengambil tangan Anne dan menggenggamnya untuk meredakan getarannya. Sepertinya Anne tidak bisa ditinggal sendiri, semoga ia tidak mendapatkan trauma dari kejadian ini.
Anne mencoba mengatur nafasnya dan menghapus air matanya. Ia pasti terlihat sangat berantakan saat ini. Tuan ini mengetahui namaku, berarti ia adalah anggota keluarga kaisar. Anne yakin belum pernah memperkenalkan dirinya kepada orang lain atau bangsawan Terra.
"Ehm, terima kasih banyak Kak … Arthur." Ia hanya menebak, semoga saja benar. Ia tidak memperhatikan dengan baik para pangeran ketika makan malam, sehingga ia tidak yakin.
"Hahaha, aku Reinhardt. Maaf ya bila pengalamanmu di istana tidak menyenangkan. Apa yang sebenarnya terjadi hingga kamu bisa berakhir di tengah hutan seperti itu?"
Anne langsung menunduk untuk menutupi rasa malunya. Ah, seharusnya aku memperhatikan tinggi dan warna rambut mereka. Semoga Kak Reinhardt tidak tersinggung.
"Terima kasih Kak Reinhardt. Aku tadi sedang berkeliling taman dengan Hera dan terpisah."
"Hhhh …. Tentu saja ini karena Hera. Aku akan memarahinya, kalau dia sudah kembali." Ia baru ingat Anne pergi bersama Hera tadi.
--