Chapter 16 - 16.

Sang kaisar sepertinya belum hadir di ruang makan ketika mereka tiba. Permaisuri terlihat sedang duduk sambil bercakap-cakap dengan anak perempuannya. Permaisuri Larra terlihat sangat anggun dengan gaun putih dan rambut coklatnya yang bergelombang.

"Nona Annette de Voinn dan Tuan Christopher Verlant telah hadir."

Panglima tersebut mengumumkan kedatangan mereka. Sejenak mereka berhenti berbincang dan memperhatikan Anne datang menghampiri meja makan.

"Perkenalkan saya adalah Annette de Voinn, Terima kasih atas undangannya Yang Mulia."

"Saya adalah Christopher Verlant, Yang Mulia."

Mereka membungkuk memberi salam kepada Permaisuri Larra. Permaisuri membalas dengan anggukkan singkat dan mempersilahkan mereka untuk duduk.

"Hallo Anne, mohon memaklumi anak-anakku yang berisik ini ya. Sepertinya memiliki lima anak memang sedikit berlebihan."

"Hanya Hera yang berisik sebenarnya." Parlo tidak mau Anne menganggapnya berisik seperti Hera. Setelah akhirnya bisa melihat wajah Anne, Parlo tidak bisa berhenti memandangnya.

"Apa kamu baik-baik saja sayang? Apa kamu butuh bantuan untuk makan? Aku sudah banyak mendengar cerita tentang dirimu dari duchess," Permaisuri bertanya dengan lembut kepada Anne.

"Dia belum bisa makan sendiri bu?" Hera yang dari tadi memandangi Anne, kaget mendengar yang ibunya katakan.

"Tidak perlu yang mulia, saya bisa makan sendiri dengan pencahayaan yang cukup."

"Hera, jaga perkataanmu. Maaf Anne, Hera memang tidak berpikir sebelum berbicara, tetapi ia tidak bermaksud jahat."

"Iya saya mengerti, yang mulia. Saya memiliki penglihatan yang kurang baik, jadi mohon maaf bila saya merepotkan."

"Tidak sama sekali sayang, jangan segan-segan dengan kami. Kaisar dan saya sudah berteman dekat dengan duke sejak lama. Saya harap mereka baik-baik saja. Kaisar juga sudah mengirimkan pasukan untuk memantau keadaan Verdant dan mencari keluargamu yang lain."

"Kaisar mengirimkan pasukan?" Chris tanpa sadar mengeluarkan isi pikirannya karena terkejut. Sepertinya ia telah salah menilai Kaisar Pitrus.

"Oh kalian tidak tahu? Ayah juga sudah membangun perkemahan untuk para pengungsi. Saya baru kembali dari sana." Putra mahkota, Arthur La Morrete yang dari tadi diam akhirnya berbicara.

Anne tidak menyadari bahwa kaisar ternyata sangat memperhatikan kerajaannya. Ia harus menyampaikan rasa terima kasihnya dengan baik nanti.

"HAH, benar-benar mereka itu!" Kaisar Pitrus masuk ke dalam ruangan sambil mengeluh kepada asisten pribadinya.

Mereka semua berdiri dan membungkuk memberi salam kepada sang kaisar.

"Tumben kalian sangat formal? Oh lihat siapa yang ada disini."

Kaisar berjalan menuju kursinya di tengah meja dan duduk, mereka semua pun kembali duduk kecuali Anne.

"Saya mengundang mereka untuk makan malam bersama," kata permaisuri menjelaskan.

"Ah, tentu saja. Bagaimana saya bisa lupa untuk mengundang mereka? Hahaha."

"Terima kasih banyak yang mulia, atas kemurahan hati anda karena telah menolong warga Verdant." Anne membungkuk sedalam-dalamnya kepada sang kaisar.

"Hmm? bagaimana kamu bisa tahu?" Kaisar terlihat bingung dan memandang keluarganya.

"HAH! Kakak yang memberitahunya!" Hera berdiri dan menunjuk kakaknya, Arthur. Berharap Arthur akan dimarahi karena membocorkan rahasia.

"Pitrus, kamu harus merubah cara bicaramu! Lihat yang kamu perbuat kepada Hera!" Permaisuri kaget mendengar Hera berseru menunjuk kakaknya.

"Hahahaha" Kaisar Pitrus tidak bisa menahan tawanya.

"Ayah tidak akan menghukum kakak?" Hera tidak percaya melihat ayahnya yang tertawa.

"Kamu masih belum memaafkanku karena kejadian kemarin? Wah, Hera benar-benar seperti ayah." Arthur pasrah melihat adiknya yang masih kekanak-kanakan.

"Hei, ada apa bila mirip denganku?" Kaisar Pitrus sekilas terlihat serius.

"Ehm. Pitrus. Kita. Sedang. Ada. Tamu." Permaisuri Larra sudah tidak bisa menahan rasa malunya.

"Bagaimana mungkin Annette bisa lebih dewasa dibandingkan dirimu Hera?" Reinhardt bingung melihat tingkah adiknya yang lebih tua dari Anne.

Hera yang merasa malu akhirnya diam sambil memarahi kakaknya Reinhardt dalam hati. Kaisar kemudian mengangkat tangannya, sebagai tanda agar para pelayan mulai membawa masuk hidangan makan malam mereka.

"Baiklah, setelah lelah bertengkar, lebih baik kita segera mengisi energi kita kembali." Kaisar mempersilahkan mereka untuk mulai makan.

Walaupun wangi semua hidangan ini sangat enak, Anne tidak memiliki nafsu makan. Apakah sekarang kakak bisa makan dengan baik? Sambil menunduk lesu Anne mulai makan perlahan.

"Pitrus, kita harus membantu Anne. Apakah sebaiknya kita membiarkannya tinggal di sini dulu?" Permaisuri berbisik pelan kepada kaisar di sebelahnya.

"Memang akan mengkhawatirkan bila hanya membiarkannya tinggal sendiri, lebih baik biarkan dia yang memutuskannya."

"Annette sayang, kamu bisa tinggal disini untuk sementara, hingga keluargamu datang. Bagaimana?" Permaisuri bertanya setelah mereka sudah selesai makan.

"Ah, Sa-saya …. Terima kasih atas tawarannya yang mulia, tetapi saya lebih baik tinggal di kediaman Voinn. Mereka membutuhkan saya disana, dan saya lebih nyaman tinggal disana." Anne sedikit kaget karena tiba-tiba permaisuri mengajaknya berbicara.

"Baiklah Annette, istana ini akan selalu terbuka dengan kehadiranmu. Jangan segan-segan untuk datang berkunjung."

"Iya Anne! Ayo kita main bersama!" Hera terlihat ceria bisa mendapatkan teman baru.

"Malam ini kamu tinggal disini saja, besok baru kembali ke kediaman duke," kata Kaisar menyarankan. Anne mengangguk pelan, menerima tawaran kaisar. Tidak baik menolak niat baik dari kaisar.

"Anne, ayo main ke kamarku!" Hera segera bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Anne, yang duduk di seberangnya.

"Ayo!" Hera menjulurkan tangannya kepada Anne.

Walaupun awalnya ragu, Anne akhirnya menerima uluran tangannya. Ada baiknya bila ia bisa mendapat teman di Terra. Hera segera membawanya keluar ruangan.

"Hera, hati-hati ya!" Permaisuri mengingatkan Hera sebelum keluar ruang makan.

"Tolong perhatikan mereka." Permaisuri memerintahkan beberapa pelayan untuk mengikuti mereka.

"Tidak apa-apa Kak Chris, mereka akan baik-baik saja. Ayo aku antarkan ke kamar tamu, ada yang ingin kutanyakan." Reinhardt bisa melihat Chris yang khawatir meninggalkan Anne dengan Hera.

--

"Anne, kamu bisa memanggil aku Hera, oke? Umur kita juga tidak terlalu jauh." Hera berjalan dengan bersemangat sambil terus memegang erat tangan Anne.

Anne tidak pernah berjalan secepat ini, tetapi ia tidak ingin terlihat lemah didepan orang lain. Walaupun ia tersandung beberapa kali ia tetap tidak berani mengatakannya kepada Hera, sampai akhirnya ia benar-benar terjatuh.

"Anne! Kamu tidak apa-apa?" Hera terkejut melihat Anne terjatuh.

"Aku baik-baik saja ka, eh Hera. Aku hanya tidak bisa berjalan secepat dirimu. Maaf Hera." Anne takut Hera kesal dengan dirinya yang lambat. Walaupun Anne adalah anak yang selalu bersemangat dan ceria, Anne jarang sekali bergaul dengan orang asing. Ia takut orang lain akan menganggapnya aneh dan tidak mau berteman dengannya.

"Maaf Anne aku tidak tahu. Baiklah aku akan berjalan dengan lebih pelan!" Hera sudah tidak sabar untuk memperlihatkan semua mainannya tetapi ia berusaha berjalan lebih pelan. Ah, rasanya ia ingin menggendong Anne saja!

"Kita sudah sampai!!" Hera dengan bersemangat menunjukkan kamarnya dan berbagai mainan serta boneka yang dimilikinya.

Awalnya Anne masih canggung dan tidak banyak berbicara, tetapi ternyata Hera sangat ramah. Anne pun mulai memberanikan diri untuk lebih terbuka.

"Anne lihat boneka ini sangat halus bukan?"

"Wah iya! Aku belum pernah merasakan boneka sehalus ini! Apakah ini dari bulu beruang?"

"Ini dari bulu serigala salju, oleh karena itu warnanya putih. Ayah menangkapnya ketika berburu di pegunungan Yull." Hera menjelaskan dengan bangga.

"Sayang sekali aku tidak sempat membawa bonekaku ke sini." Anne mengingat boneka beruang dari ayahnya yang tertinggal di kereta.

"Ah, kamu bisa memilikinya! Ayah memberikan ku cukup banyak."

"Sungguh?! Terima kasih banyak Hera!" Anne dengan senang memeluk boneka barunya.

--