"Ini adalah tamu kaisar, tolong bukakan pintunya."
Anne bisa melihat siluet dari para penjaga ruang kerja kaisar, mereka terlihat sangat besar. Melihat mereka, membuat Anne memikirkan Hans. Sudah beberapa hari sejak terakhir mereka bertemu. Ah, aku harus fokus memikirkan mengenai kaisar dulu.
Kaisar sedang berdiri membaca beberapa berkas di samping jendela besar. Walaupun sudah lama Kekaisaran Terra tidak berperang, Kaisar Pitrus terlihat sangat kekar. Terlihat jelas bahwa ia selalu melatih tubuhnya. Kaisar terlihat memiliki tubuh yang sedikit gelap dan rambut berwarna hitam kelam.
"Hm, siapakah nona muda ini yang berani menghadap kaisar?"
"Selamat siang yang mulia, saya Annette de Voinn putri terakhir keluarga Voinn. Terima kasih telah bersedia bertemu dengan saya." Anne mengucapkan salam dengan canggung. Ia bisa merasakan dadanya yang panas seperti terbakar. Wah, aura yang dikeluarkan seorang kaisar memang sangat berbeda.
"Tidak perlu basa-basi, apa yang kamu inginkan?"
"Tolong bantu Verdant, yang mulia."
"HAH, dan bila menang pun, apakah Verdant sanggup membangun kembali kerajaannya?"
"Saya yakin masih banyak bangsawan Verdant yang selamat dan ayahku masih berjuang mempertahankan Verdant. Verdant belum kalah."
"Sayang sekali Verdant sudah tidak ada, nona. Wart sudah berhasil mengambil alih pemerintahan Verdant."
Ruangan itu sunyi selama beberapa saat. Mereka semua terkejut dengan hal yang baru mereka dengar.
"Verdant kalah …?" Chris tidak percaya Verdant bisa dikalahkan hanya dalam beberapa hari. Apa yang mereka telah siapkan langsung hilang dari benaknya. Sekarang bagaimana mereka bisa menyelamatkan Verdant?
"Saya baru mendapat kabar tersebut tadi pagi. Terra bisa saja merebut kembali Verdant, tetapi tentu saja untuk menjadi bagian dari Terra, bagaimana nona Voinn?"
"Tidak! aku akan merebut kembali Verdant! dengan atau tanpa bantuan Terra!"
"HAHAHA, semoga beruntung nona. Nah, saya sedang sibuk,"
"Yang mulia, mohon dipertimbangkan lagi. Keluarga Voinn sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Terra." Chris mencoba membujuk sang kaisar.
"Hahaha, kamu sekarang akan tinggal di Terra, bukan? Voinn adalah rakyatku sekarang. Melihat kontribusi dan harta Voinn, aku bisa memberi gelar Marquis."
"Saya tidak akan menyerah! saya akan merebut Verdant kembali, bagaimanapun caranya."
"Hmm …."
"Ah, maaf yang mulia. Ayah saya menitipkan surat ini." Chris mengingat surat yang dititipkan ayahnya, dan segera menyerahkannya kepada kaisar.
Kaisar membacanya cepat dan langsung melemparkannya ke meja kerjanya.
"Ini tidak penting, yang terpenting adalah keputusan nona Voinn. Baiklah, Terra akan membantu, tapi dengan syarat kamu harus menikah dengan anakku dan menjadi Raja dan Ratu Verdant."
MENIKAH?! Aku bahkan masih belum cukup umur! Ah, mungkin maksudnya ketika berhasil merebut Verdant? Wah, kaisar ini benar-benar serakah. Apa yang harus kulakukan? Tolak, terima?
"Tidak mungkin Yang Mulia! Anne bahkan baru saja berusia sebelas tahun!"
"Hahaha, tentu saja ketika mereka sudah cukup umur. Lagi pula kamu tidak mungkin bisa memimpin pasukan untuk melawan Wart sekarang kan? Kamu ingin Terra yang memimpin?"
Semua akan terlambat bila harus menungguku cukup umur! Apakah tidak ada jalan keluar lain? Apakah memang Verdant sudah tidak ada harapan? Anne bisa merasakan matanya yang panas dan air mata yang sudah hampir jatuh. Ia hanya bisa menunduk meratapi Kerajaan Verdant yang sudah tidak ada.
"Bertindak secepat mungkin memang perlu, tetapi harus tetap merencanakannya dengan matang. Pikirkanlah baik-baik. Saya harus menghadiri rapat."
Kaisar mengambil beberapa berkas dari mejanya dan berjalan keluar ruangan.
"Aku turut berduka atas apa yang terjadi kepada keluargamu." Kaisar menepuk pundak Anne pelan ketika melewati nya.
Mereka tidak bisa berkata-kata saat sang kaisar melewati mereka dan keluar ruangan. Para penjaga juga tidak bereaksi apa pun, mereka hanya berdiri menunggu Anne, Chris, dan Collin untuk keluar ruangan.
"Ah, nona, lebih baik kita kembali dan menunggu keluarga nona sebelum mengambil keputusan lebih lanjut." Collin merasa memang tidak ada harapan untuk melawan Wart bila hanya ada Anne sendiri.
Chris merangkul Anne yang masih menunduk untuk berjalan keluar. Sekilas ia bisa melihat air mata Anne yang jatuh ke karpet. Tidak melakukan apa-apa di saat seperti ini memang adalah tugas yang sangat sulit.
"Permisi nona, kaisar mengizinkan nona untuk beristirahat di ruang tamu. Bila berkenan, mari saya antarkan."
"Terima kasih." Chris mengangguk kepada panglima tersebut. Melihat kondisi Anne, memang lebih baik mereka beristirahat terlebih dahulu.
--
"Lihat disana kak! Sepertinya itu putri duke yang dibicarakan!" Putri kedua kaisar, Hera, langsung bersembunyi di balik patung ksatria yang ada di dekatnya. Hera juga menarik kakaknya Parlo untuk bersembunyi.
Mereka sedang berjalan-jalan bersama ketika mendengar bahwa seorang bangsawan dari Verdant datang untuk menemui kaisar.
"Shh, kecilkan suaramu Hera. Mereka akan mendengarmu."
"Hei, sedang apa kalian?" Reinhardt yang kebetulan lewat merasa heran melihat kelakuan saudaranya.
"SHHHH!!" Hera berusaha mendiamkan Reinhardt agar mereka tidak ketahuan sedang mengintip.
"Ada apa?? Masalah apa lagi yang kalian perbuat?!" Reinhardt berbisik sambil ikut bersembunyi.
"Lihat itu disana! Mereka baru saja keluar dari ruang kerja ayah!" Hera berbisik kembali sambil memperhatikan sosok yang berjalan menjauh.
"Siapa itu?" Reinhardt masih terlihat bingung.
"Hera bilang mereka adalah bangsawan dari Kerajaan Verdant." Parlo berusaha menjelaskan.
"Lalu? Apakah itu sesuatu yang menarik? Sudahlah aku pergi. Aku tidak tertarik dengan urusan ayah." Reinhardt pergi meninggalkan mereka.
"Lihat anak itu Kak! Sepertinya ia lebih muda dariku, ayo kita ikuti mereka!" Tanpa menunggu persetujuan Parlo, Hera langsung menarik tangannya.
"Hei! pelan-pelan! Kamu ini sangat tidak sabar."
"Lihat kak, anak itu sangat cantik! Bukan kah itu tipe kakak? Hihihi." Hera akhirnya bisa melihat wajah Anne, ketika Anne mengangkat kepalanya.
"Hei, jangan bicara sembarangan!" Parlo menjadi penasaran dengan wajah Anne, setelah mendengar perkataan Hera.
"Ah! Mereka masuk ke ruang tamu …." Hera terlihat kecewa karena tidak bisa melihat Anne lagi.
"Ah, sudahlah. Ayo kembali saja." Parlo memang sedikit kecewa tidak sempat melihat Anne, tetapi mau bagaimana lagi. Mereka tidak mungkin mengganggu tamu kaisar.
--
Tok tok
"Permisi. Permaisuri mengundang Nona Annette dan Tuan Chris untuk makan malam bersama setelah pertemuan dengan para bangsawan selesai."
"Pe- Permaisuri?"
Anne tidak pernah melihat Chris sekaget ini. Makan malam dengan keluarga kerajaan sepertinya adalah hal yang sangat langka, walau Anne sendiri sudah sering makan malam bersama Raja Verdant.
"Saya akan mengantarkan anda bila sudah waktunya. Silahkan beristirahat di ruangan ini untuk sementara. Bila kalian membutuhkan sesuatu, katakan saja kepada pelayan yang berjaga di sini." Setelah menyampaikan pesan, panglima tersebut kembali keluar ruangan.
"Permisi nona. Saya akan mengganti tehnya, karena sudah dingin."
"Terima kasih. Bisakah kamu membawakan beberapa cemilan juga?" Chris berfikir mungkin makanan manis bisa membuat Anne sedikit lebih ceria.
Anne masih saja duduk dalam diam sambil sesekali memakan cemilan dan coklat yang dibawakan oleh para pelayan. Chris dan Collin sedang berbincang mencari cara dan strategi untuk bisa merebut kembali Kerajaan Verdant.
"Mungkin ada baiknya kita mencari seorang guru untuk Anne. Anne setidaknya harus bisa menunjukkan bahwa ia mampu memimpin keluarga Voinn."
"Baik saya akan segera mencari guru."
"Saya harus kembali ke Crotta beberapa hari lagi. Semoga saja kita sudah bisa mendapat kabar dari tim pencari. Oh iya, tolong urus masalah yang ada di Kastil Porta. Para pegawai yang- "
Tok tok
Ketukan di pintu memutus pembicaraan mereka. Panglima yang tadi sudah kembali lagi.
"Bila kalian sudah siap, saya akan mengantarkan kalian menuju ruang makan."
"Bagaimana Anne, kamu bersedia untuk menerima undangan permaisuri?"
"Iya Kak. Aku sudah tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah."
"Baiklah, katakan saja bila kamu sudah ingin pulang."
"Hmm …."
"Saya akan menunggu di sini nona." Collin membungkuk dan mereka pun pergi mengikuti panglima tersebut.
--