Alvin mencari keberadaan Roger beserta tuan dan nyonya Ravendra. Diguna sudah mengatakannya. Menghilangnya keluarga Alvin disebabkan oleh Diguna.
Semua itu dia lakukan agar Alvin mau tinggal di rumah itu untuk merawat tante Krsitin yang masih sakit.
"Roger"
"Papi." Anak kecil itu langsung lari ke pelukan Alvin saat mendengar namanya dipanggil.
Sesuai dengan dugaan, Diguna hanya mengurung mereka di dalam vila. Tidak ada yang dia lakukan pada mereka. Bahkan, Diguna menyediakan semua yang mereka butuhkan.
"Alvin. Laki-laki itu sudah gila. Dia mengurung kami bertiga tanpa alasan yang jelas," ungkap tuan Rames.
"Bukankah papa sangat hebat, kenapa ngga keluar dari sini sendiri?" Sindir Alvin.
"Apa maksud kamu?"
"Enggak. Alvin ngga ada maksud apa-apa. Kita keluar dari sini, aku udah telfon Alan untuk jemput kalian," ujarnya.
"Roger, nanti pulang sama om Alan ya? Mami udah nunggu di rumah," ucapnya saat menggendong Roger.
Letak vila Diguna tidak terlalu jauh dari rumah. Namun, baru kali ini Alvin mengunjungi tempat itu.
Tidak ada hal aneh di dalamnya, sama seperti vila pada umumnya. Alvin kembali membawa Roger dan orang tuanya ke rumah Diguna.
"Alan? Kapan kamu sampai?" tanyanya, saat tiba di depan rumah Diguna, ternyata Alan sudah ada di sana.
"Baru aja, kebetulan lagi ada di dekat sini, jadi lebih cepet sampenya," jawab Alan.
"Oke, papa sama mama pulang sama Alan atau-"
"Biar papa bawa mobil sendiri. Di mana Diguna simpan mobil papa?"
"Ada di garasi, biar Alvin ambil kuncinya dulu," ucapnya.
Alvin masuk ke rumah Diguna untuk mengambil kunci mobil. Cukup lama, mungkin ... Diguna kembali menginterogasi Alvin.
"Om Alan, kok papi lama?" tanya Roger, menarik-narik baju Alan.
"Sabar ya, sebentar lagi papi Alvin juga keluar," jelas Alan.
Hampir 30 menit, akhirnya Alvin keluar dari rumah itu. Dia berhasil meminta kembali kunci mobil milik ayahnya.
"Papi, papi tadi ngapain sih di rumah itu? Kok lama banget," tanya Roger, menunjuk rumah Diguna.
Saat ini hanya tersisa Alvin, Roger dan Alan yang masih berada di sana. Tuan dan nyonya Ravendra sudah lebih dulu kembali ke rumah.
"Maaf ya.. Papi tadi harus nyari kuncinya dulu. Soalnya om Diguna lupa naro kunci mobil kakek di mana," jawab Alvin diiringi senyum.
"Oh, gitu. Roger ngga suka sama om itu. Mukanya serem, pasti jahat." Akunya.
"Roger ngga boleh ngomong kayak gitu, kan kasian om Diguna, nanti kalo dia denger pasti sedih." Roger baru melihat Diguna sekali, tapi anak itu sudah bisa menyimpulkan karakter laki-laki dewasa yang baru dia lihat.
Alvin membawa Roger masuk ke dalam mobil Alan. Hari sudah sore, jangan sampai pulang terlalu malam.
"Papi ngga ikut Roger pulang?" tanyanya saat Alvin hendak menutup pintu mobil.
Alvin tersenyum, mengusap pelan rambut Roger. "Papi masih ada kerjaan, nanti kalo kerjaannya udah selesai, papi pasti pulang. Roger sama mami dulu ya di rumah?"
"Pasti om itu yang nyuruh papi ngerjain banyak kerjaan. Om itu jahat, Roger ngga mau pulang kalo papi ngga ikut pulang," ancamnya.
"Sayang, liat papi. Roger udah gede belum?"
"Udah. Roger kan udah bisa mandi sendiri, makan sendiri, berarti Roger udah gede." Akunya.
"Kalo udah gede, Roger pasti tau ... kalo jelek-jelekin orang itu ngga baik. Roger anak baik, kan?" Pertanyaan itu langsung dijawab anggukan oleh Roger.
"Anak baik harus nurut dan dengerin apa kata papi. Katanya udah gede, sekarang pulangnya sama om Alan dulu ya. Besok papi nyusul kalo kerjaannya udah selesai," bujuk Alvin.
Meski wajah masih menampilkan mimik cemberut, tapi Roger setuju untuk pulang bersama Alan. Karena dia harus mendengarkan apa kata papinya.
"Roger sayang papi. Papi harus cepet pulang," pintanya saat memeluk Alvin.
"Iya, papi pasti akan usahain cepet," balas Alvin.
Setelah selesai membujuk Roger, Alvin beralih pada Alan yang sudah duduk di kursi kemudi. "Alan, langsung anter Roger ke apartemen ya. Kalian hati-hati," ucapnya.
"Iya, kakak juga hati-hati. Kami pulang dulu"
"Iya." Alvin melambaikan tangan saat mobil yang Alan kendarai mulai meninggalkan halaman rumah.
"Dah, papi. Jangan lupa makan ya, nanti telfon Roger," teriaknya dari kaca mobil sambil membentuk tanda telfon menggunakan ibu jari dan kelingkingnya.
Alvin hanya mengangguk dan terus melambaikan tangan hingga mereka menghilang di kejauhan.
..
Pukul 7 malam, Roger sampai di gedung apartemen. Alan menghubungi Riana jika Roger sudah ditemukan dan memintanya untuk turun.
"Om Alan, makasih ya om udah anterin Roger pulang," ujarnya.
"Iya, sama-sama. Roger seneng kan ketemu terus tinggal bareng mami lagi?"
"Iya, Om. Roger seneng banget, tapi ... " Roger menunduk, nada sedih keluar dari bibirnya yang mungil.
Alan berjongkok agar bisa melihat wajah keponakannya. "Ada apa?" tanyanya.
"Roger pengin papi pulang. Kenapa om jahat itu larang papi, Om?" Curhatnya.
Alan bingung bagaimana harus menjelaskannya. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada anak itu.
"Roger," panggil Riana.
Roger mengangat pandangan, mencari sosok wanita dengan suara khas maminya. "Mami?"
"Roger, syukurlah kamu baik-baik aja. Mami cemas, mami kangen banget sama kamu." Riana meraih Roger ke dalam pelukannya, putra satu-satunya yang beberapa hari ini sempat terpisah.
Alan senang melihat ibu dan anak itu kembali bertemu. Setelah dipisahkan karena beberapa hal, semoga keduanya tidak lagi terpisahkan.
"Mami, tadi Roger ketemu papi, tapi papi ngga mau pulang bareng Roger," ungkapnya.
"Ngga apa-apa, nanti papi juga pulang. Roger tunggu di rumah aja sama mami," bujuk Riana.
"Alan. Makasih ya, kamu udah anterin Roger pulang." Tambahnya.
"Sama-sama, bukan masalah besar. Kalo gitu, aku pamit pulang dulu," ucap Alan.
"Iya, makasih"
"Dah, om Alan. Hati-hati di jalan," ucap Roger, melambaikan tangan.
Riana mengajak Roger ke apartemen. Barang-barang yang masih di rumah tante Rena sudah dipindahkan semua.
"Roger pasti laper, mami buatin makanan ya. Sekarang Roger mandi, sambil nunggu makanannya mateng, oke?" ucap Riana.
"Oke, mami masak yang enak ya," ucap Roger seraya berlari menuju kamar mandi.
Tidak terasa waktu berlalu sangat cepat, tapi penantian Roger akan kepulangan Alvin terasa begitu lama.
Hampir dua minggu Roger menunggu dengan sabar. Namun, Alvin tak kunjung pulang. Meskipun Riana selalu mengatakan hal baik tentang Diguna, tapi Roger tidak percaya.
Roger tau jika maminya juga tidak menyukai Diguna, tapi selalu mengatakan hal baik hanya untuk membuat Roger tenang.
"Baik, Om. Roger tunggu di rumah ya," ucapnya pada seseorang lewat telfon.
Roger tengah bersiap untuk menjemput Alvin. Bagaimanapun caranya, pasti akan Roger lakukan.
"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Riana, melihat putranya sudah rapih.
"Mami tenang aja. Roger janji, Roger akan bawa papi pulang," ujarnya, penuh keyakinan.
next...