"Diguna?"
"Ya, dia kakak sepupumu, kan?" ucap Riana.
"Jadi, kalian berdua pergi ke rumah itu? Apa yang dia katakan?" tanya Alvin, menyelidik.
"Iya, Alan bilang Diguna pasti tau keberadaan kamu dan Roger, tapi saat aku tanya soal Roger, laki-laki itu justru ngga mau kasih tau. Dia malah meminta imbalan," ungkap Riana.
"Imbalan?"
"Iya. Alvin, kamu bisa kan ceritain semua yang terjadi hari ini? Siapa Diguna, siapa tante Kristin, semuanya yang aku belum tau," pinta Riana.
"Oke, aku akan ceritain semuanya. Sekarang, kita harus turun dari sini. Setelah itu, kita harus mencari Roger sebelum melanjutkan cerita," papar Alvin.
Riana mengangguk setuju. Cerita apa pun itu, entah masa lalu seperti apa, tapi yang terpenting sekarang adalah mencari putra mereka.
"Iya, tapi aku lelah. Kita istirahat sebentar ya?," pinta Riana.
"Kamu ngga mau cari Roger?"
"Mau. Ya udah kamu gendong aku, ya?"
"Ri"
"Iya?"
"Kamu ... kenapa jadi manja gini?" ujar Alvin merasa aneh.
"Mungkin ini efek khawatir saat kamu hilang selama satu hari," jawab Riana, asal.
"Kalo emang efek khawatir, aku bisa menghilang lagi selama beberapa hari," balas Alvin.
"Apa maksudnya menghilang beberapa hari? Aku mencarimu kesana-kemari, bahkan sampai lapor ke polisi. Terus kamu dengan entengnya mau menghilang beberapa hari lagi? Apa yang kamu pikirkan?" sentak Riana.
Alvin memegang tangan sang istri. "Karena aku suka liat kamu khawatir, aku suka liat kamu mencemaskanku. Itu artinya aku sangat berarti di hidupmu," paparnya.
"Kamu emang sangat berarti. Setelah ayah, ibu dan Roger ... kamu adalah orang selanjutnya yang paling berarti di hidupku," tukas Riana.
Alvin tersenyum. "Ngga apa-apa berada di urutan keempat, seenggaknya ... aku masih berada dalam 5 besar, itu cukup baik," ujarnya.
"Kak Alvin, Riana," panggil Alan dari luar pondok. Dia bisa melihat jelas pasangan kekasih itu saling melepas rindu.
Keduanya melihat ke arah sumber suara. Itu Alan, dia membawa tante Kristin keluar dari pondok.
"Alan," ucap keduanya. Bergegas membantu Alan.
"Ada apa sama Tante Kristin?" tanya Alvin.
"Aku kasih obat penenang. Kita bawa tante Kritin turun dulu, nanti aku ceritain lagi," ujar Alan.
..
"Apa yang kalian lakukan sama dia?" Selidik Diguna.
Alvin, Alan dan Riana membawa tante Kristin ke rumah Diguna. Bukan terima kasih yang dia ucapkan, melainkan kata selidik seakan mereka bertiga telah melakukan hal jahat pada wanita itu.
"Pertanyaan itu seharusnya untuk kamu. Apa yang kamu lakukan selama ini? Kenapa wanita tua itu sampai mengurung Alvin?" geram Riana.
"Wanita tua? Siapa yang kamu sebut wanita tua, hah?" pekik Diguna.
"Kenapa? Ngga terima?" Tantang Riana, berkacak pinggang.
"Riana, udah ya," bisik Alvin.
"Enggak. Aku harus minta penjelasan orang ini atas perbuatan ibunya. Kalo ibunya memang sakit, kenapa ngga dikurung dalam kamar? Dengan berkeliaran seperti sekarang, wanita itu bisa membahayakan banyak orang," papar Riana.
Alvin mengerti kemarahan dan kekesalan Riana. Dia seperti itu karena khawatir. Namun, posisi tante Kristin juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan.
"Kak Diguna, aku minta maaf atas sikap dan perkataan Riana. Dia ngga tau apa-apa," mohonnya.
"Stop. Kenapa kalian berdua harus memohon seperti itu sama dia?" Tunjuk Riana. Semakin kesal dengan sikap dua kakak beradik itu.
Diguna berdiri lalu berjalan perlahan mendekati jendela. "Alvin, Alan. Sejak dulu saya selalu menganggap kalian berdua seperti adik sendiri. Saya bisa melakukan apa pun untuk kalian, tapi dia-" Tunjuknya pada Riana, berbalik badan.
"Dia bukan siapa-siapa. Dia orang asing yang menyelinap masuk, lalu dengan entengnya mengomentari keadaan Kristin. Saya tidak mau melihatnya lagi, bawa dia pergi dari sini. Cepat," bentak Diguna.
Alvin sudah beberapa kali datang ke rumah itu, tapi dia tidak pernah melihat Diguna marah seperti sekarang. Apa yang terjadi pada mereka berdua sebelum Alvin kembali?
"Tunggu." Cegahnya, saat ketiganya hendak melangkah keluar.
"Alvin, siapa yang memintamu untuk pergi? Kamu harus bertanggung jawab. Lihat! Kristin menjadi seperti itu karena siapa? Kamu harus tetap tinggal di sini," ujar Diguna.
"Siapa yang kamu bilang harus bertanggung jawab, hah? Wanita tua itu menjadi gila karena ulahnya sendiri," timpal Riana. Dia tidak bisa tinggal diam jika Alvin diancam untuk tetap tinggal di rumah mengerikan itu.
Alvin merasa bingung, mana yang harus dia lakukan? Satu sisi dia merindukan Riana dan ingin pulang bersamanya ke apartemen.
Sedang di sisi lain, Alvin tidak bisa lari dari tanggung jawab. Dia harus membantu Diguna untuk menyembuhkan ibunya.
Mungkin, cara Diguna memang salah. Pertama, dia membawa Alvin secara paksa seakan itu adalah kasus penculikan. Kedua, Diguna mengancam Alvin tetap tinggal dengan alasan tanggung jawab.
"Diam, pergi dari sini atau-"
"Atau apa? Bukan hanya Alvin, kamu juga mau mengancamku?"
"Alan, kamu anter Riana pulang ke rumah. Aku harus tetap di sini selema beberapa hari," perintahnya.
"Apa? Alvin, apa maksud kamu tetap tinggal?"
"Maafin aku, Ri. Nanti aku jelasin, tapi sekarang ... kamu harus kembali ke rumah bareng Alan," ucap Alvin.
"Aku ngga bisa pergi, Vin. Terus gimana sama Roger? Kita kan harus cari dia," debat Riana.
"Kak Diguna udah bilang kalo dia tau di mana Roger. Dia pasti bantu, sekarang kamu pulang. Setelah Roger ditemukan, aku bakal anterin dia ke apartemen," bujuk Alvin.
Riana menatap lekat netra Alvin. Riana tidak percaya dengan apa yang baru saja Alvin katakan.
"Aku minta sama kamu, dengerin aku saat ini. Aku janji ... besok, Roger pasti udah sampe rumah." Alvin membuat janji untuk meyakinkan sang istri.
"Tapi, Vin. Aku-"
"Percaya sama aku. Aku pasti nemuin Roger, sekarang kamu pulang ya?" bujuk Alvin, lebih lembut.
Riana tampak menarik napas pelan, kemudian mengangguk setuju. " Oke, aku pulang, tapi ... kamu harus inget janji kamu ya? Setelah beberapa hari, kamu juga harus pulang ke rumah."
"Iya, aku janji." Alvin mengecup puncak kepala Riana kemudian memeluknya.
"Aku tunggu di rumah," ucap Riana.
"Iya, hati-hati. Alan, tolong anter Riana ke apartemen dan pastikan dia selamat," ucapnya.
"Baik, Kak. Aku pasti anter Riana pulang dengan selamat," jawab Alan.
Meski rindu masih terasa, berat rasanya meminta Riana untuk pergi. Alvin terpaksa melakukannya.
"Kak Diguna, sekarang kasih tau aku, di mana Roger dan orang tuaku?" tanya Alvin, setelah Riana dan Alan pergi.
"Saya pasti kasih tau, tapi ... kamu harus rawat ibu saya dulu," terang Diguna, mencoba bernegosiasi.
"Aku udah turuti permintaan Kak Diguna untuk tetap tinggal di sini. Yang artinya, aku pasti bakal rawat tante Kristin dengan baik"
"Kak Diguna udah denger apa yang aku bilang supaya Riana mau pulang, kan? Jadi, aku minta Kak Diguna kasih tau yang sebenernya." Desak Alvin.
"Oke, saya kasih tau kamu"
next...