Alvin berubah pikiran. Dia tidak pergi ke rumah orang tuanya. Apa yang dia rencanakan tadi malam, dibatalkan.
Daripada harus repot-repot bertengkar dengan sang papa, Alvin memilih melindungi keluarga kecilnya secara langsung.
Alvin sudah memikirkannya matang-matang. Sepanjang hari, dia memikirkan rencana agar Roger bisa segera mendapatkan kedua orang tua secara utuh.
Alvin meminta pendapat Alan, jika dia akan menikahi Riana agar status putranya lebih jelas.
"Jadi, Kak Alvin mau menikahi Riana? Gimana Papa sama Mama? Mereka pasti ngga akan setuju," papar Alan.
"Mereka setuju atau tidak, itu tidak penting. Aku harus membuat status jelas untuk Roger, jika dia adalah putra Alvin Ravendra," tegasnya.
"Roger? Jadi nama anak itu Roger," lirih Alan.
Meski sudah mengucap kata menyerah, tapi saat mendengar kalau Riana sudah mempunyai anak dari Alvin, hatinya masih terasa sakit.
"Iya, Roger Anugrah Ramadhan," jelas Alvin memberitahu nama lengkap putra kecilnya.
"Nama yang bagus, pasti dia anak yang lucu dan tampan," timpal Alan, tersenyum getir.
"Ya, kamu benar. Itu sebabnya aku ingin segera menikahi ibunya," jawab Alvin, semakin menambah luka di hati Alan.
Alvin tidak tau jika Alan masih menyimpan rasa, karena saat itu, Alan mengatakan jika dia sudah menghapus perasaannya untuk sang kakak ipar.
"Apa Papa udah tau mengenai Roger? Gimana kalau Papa membahayakan nyawanya?" tanya Alan, jika semua itu benar terjadi.
"Itu sebabnya aku ingin segera menjadikan mereka keluarga kecilku, agar Papa tidak lagi berani berulah. Dengan adanya aku di samping mereka, Papa pasti tidak akan berani," terang Alvin.
"Iya, semoga saja." Alan hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Alvin, Riana dan si kecil Roger.
Sepulang dari kantor, Alvin langsung menuju rumah Riana. Dia ingin mengutarakan rencana baiknya kepada sang kekasih.
Tok-tok-tok.
"Biar Roger aja, Mi." Terdengar suara Roger dari dalam rumah. Membuat Alvin semakin tidak sabar untuk mengutarakan maksud kedatangannya.
Klek.
"Papi," seru Roger, langsung memeluk Alvin.
Dua orang yang tengah duduk di ruang tengah langsung melihat ke arah pintu.
"Alvin, sini masuk," ucap Tante Rena.
"Kamu pulang dari kantor langsung ke sini?" tanya Tante Rena.
"Iya, Tante. Kok tante bisa tau?" balas Alvin, meringis.
"Tas, sampai di bawa masuk ke sini," jawab Tante Rena lagi.
"Oh, iya. Maaf, aku taro tas di mobil dulu," ucap Alvin.
"Udah, ngga usah. Taro aja di situ, kayak yang gede aja tasnya, sampai mengganggu pemandangan segala." Sahut Riana.
"Ada apa ke sini?" tanyanya.
"Ya ampun, Ri. Gitu amat sih nanyanya. Ya mau ketemu kalian dong," timpal sang tante.
"Bukan gitu, tadi malem kan abis ketemu," jelas Riana.
"Kayak ngga suka banget ketemu calon suami," lirih Alvin.
"Apa? Calon suami?" ulang Riana. Merasa aneh saat mendengar Alvin membicarakan hal tersebut.
"Iya. Takutnya kalian akan ketemu aku setiap hari, bahkan setiap jam," balas Alvin.
"Maksudnya?"
"Aku akan menikahimu," jelasnya.
"Menikah? Ta-tapi ... orang tua kamu?" Riana senang saat mendengar Alvin akan menikahinya, tapi saat mengingat betapa tidak setujunya kedua orang tua mereka membuat Riana menundukkan kepala.
Terungkapnya hubungan Riana dan Alvin, membuat ayah Riana terkena serangan jantung hingga meninggal dunia.
Bagaimana jika mereka mengungkapkan pernikahan? Apa yang akan terjadi kali ini?
Sakitnya Nyonya Rini Wijayanti, atau depresinya Tuan Rames Ravendra? Begitu tidak beruntungnyakah Riana dan Alvin?
Memperjuangkan cinta, harus berakhir dengan menyakiti keluarga masing-masing. Apa mereka berdua tidak berjodoh? Jika memang tidak berjodoh, kenapa harus ada Roger?
Pemikiran itu salah. Kehadiran Roger, justru akan memperbaiki hubungan dua keluarga yang sudah lama saling bermusuhan.
Ya, itu yang benar.
"Aku ngga peduli sama pendapat mereka. Aku hanya ingin, keluarga kecil kita hidup bahagia dan Roger mendapatkan status ayah kandungnya," ungkap Alvin.
"Dia sudah mendapatkannya sejak masih kecil," jawab Riana.
"Jadi, kamu udah tulis namaku sebagai ayah kandung Roger di akta kelahirannya?" tanya Alvin, antusias.
"Ya," jawab Riana, singkat.
"Jadi, Papi bisa dong tidur bareng Roger di sini?" tanyanya, menguping pembicaraan orang tuanya yang memang terdengar sangat jelas.
"Belum bisa. Masih ada lagi yang harus Papi urus, tapi, nanti kalau Papi sama Mami udah sama-sama lagi, Roger tinggal di rumah Papi, ya?" ucap Alvin.
"Ngga di sini?" tanya Roger, polos.
"Enggak, ini kan rumah Mama Rena," jelas Alvin.
"Oh, gitu ya. Oke deh, Roger mau." Imut sekali, sangat penurut. Roger menyetujui permintaan Alvin tanpa banyak komentar.
Alvin mengucapkan terima kasih lalu memeluk putra kecilnya. Alvin sangat bahagia, tapi akan bahagia lagi jika sejak dulu dia mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.
"Roger main sama Mama Rena dulu ya, Mami mau ngomong bentar sama Papi," titah Riana.
Riana kembali menarik tangan Alvin, mengajaknya berbicara di luar.
"Ada apa?" tanyanya saat tiba di teras rumah.
"Maksud kamu?" Alvin tidak mengerti dengan pertanyaan yang Riana ajukan.
"Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu tiba-tiba ingin menikahiku?" tanya Riana.
Alvin cukup terkejut dengan pertanyaan yang Riana layangkan. Mengapa dia harus menanyakan hal tersebut? Bukankah seharusnya senang, kenapa justru seperti ini?
"Apa harus ada alasan? Bukankah kita memang sepakat untuk menikah?" balas Alvin, balik bertanya.
"Iya, tapi itu dulu sebelum kedua orang tua kita melayangkan protes atas hubungan ini," terang Riana.
"Apa yang salah dengan hubungan kita? Kenapa kita harus batal menikah?"
"Tidakkah kamu ingat kejadian yang menimpa ayahku? Apa kamu ingin kejadian dulu juga menimpa orang tuamu?" Sahut Riana.
"Kenapa harus mengungkit masa lalu? Kita hidup di zaman sekarang," jawab Alvin.
Riana menarik napas pelan, berusaha meredam emosi.
"Aku bersedia melanjutkan rencana pernikahan kita dulu, tapi, harus ada izin dari Tuan dan Nyonya Ravendra," papar Riana. Menjelaskan keinginannya.
"Kenapa harus seperti itu?"
"Karena aku ngga mau ada hal buruk yang terjadi setelah kita menikah nanti," jelas Riana.
Alvin tampak memikirkannnya. Benar yang Riana katakan, jika setelah mereka menikah nanti, lalu terjadi masalah yang tidak terduga. Akan bagaimana mereka mengatasinya?
"Oke, aku setuju, tapi gimana sama Roger? Dia ingin aku tidur bersamanya,"
"Roger anak yang pintar. Dia kan paham, jika kita menjelaskannya secara perlahan." Riana berhasil meyakinkan Alvin, jika pernikahan mereka harus mendapat restu dari orang tua.
"Kalau gitu, masalah Roger aku serahin sama kamu. Sedangkan Tuan dan Nyonya Ravendra biar menjadi tanggung jawabku," tukas Alvin.
"Iya, aku setuju."
Kesepatakan sebelum menikah selesai dibahas. Hanya perlu tindakan agar pernikahan tersebut bisa segera dilaksanakan.
Riana mengajak Alvin masuk ke rumah, memintanya untuk makan malam bersama.
"Asyik, Papi makan di sini sama Roger," serunya, antusias sekali.
"Roger suka kalau Papi makan di sini?" tanya Alvin.
"Suka dong, Papi kan ayahnya Roger," jelasnya.
bersambung...