Chereads / Roger (Sang Pahlawan Kecil) / Chapter 15 - Episode 15. Roger Hilang

Chapter 15 - Episode 15. Roger Hilang

"Kalau Roger suka, Papi usahain tiap pulang kerja mampir ke sini buat makan malam bareng Roger, ya?" simpul Alvin.

"Beneran, Pi?" tanya Roger, memastikan.

"Iya, Papi janji," jelasnya.

"Asyik, Papi temenin Roger makan malam di rumah," ungkapnya, menampilkan senyum bahagia.

Riana senang melihat buah hatinya bahagia. Setidaknya, untuk beberapa hari ke depan, Riana bisa melihat keluarga kecilnya berkumpul bersama meski hanya sekedar makan malam.

Alvin pamit pulang karena hari sudah malam. Rasa lelah setelah seharian disibukkan dengan banyak pekerjaan, membuatnya ingin segera melepas penat dengan mengistirahatkan diri.

"Dah, Papi. Hati-hati di jalan." Roger memeluk Alvin sebelum pulang. Perasaan mempunyai seorang ayah, cukup sulit bagi Roger untuk mengizinkan sang papi meninggalkan rumah.

"Aku pulang dulu," pamit Alvin pada Riana.

"Iya, hati-hati," balas Riana.

Alvin melenggang di tengah jalanan kota bersama si hitam. Hanya menikmati makan malam bersama keluarga kecil, sudah membuatnya bahagia.

.

"Papi kapan ya bisa tidur bareng Roger?" lirihnya.

"Mami bilang, papi lagi banyak kerjaan. Roger harus bantuin papi biar cepet selesai, biar papi bisa tinggal di sini." Roger memiliki tekad dan harapan besar pada dirinya sendiri. Dia harus membuat kedua orang tuanya bersatu kembali.

Roger memejamkan mata saat pintu dibuka dari luar, itu pasti Riana. Roger sengaja berpura-pura tidur. Kalau maminya tau jam segini, dia belum tidur pasti kena ceramah.

Benar juga, sesaat setelah pintu dibuka. Riana menghampiri malaikat kecilnya lalu mencium keningnya.

"Mami harap kamu selalu bahagia. Mami juga berusaha agar kamu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan," lirih Riana.

Lampu kamar mulai padam, Riana kembali meninggalkan malaikat kecilnya tidur seorang diri di kamar.

Beberapa hari lagi Roger akan berulang tahun, genap 4 tahun usianya.

Riana ingin di hari ulang tahun Roger yang keempat, dia bisa merayakannya bersama kedua orang tua.

Namun, situasi dan keadaan saat ini masih belum memungkinkan. Jika Tuan Rames tau, entah apa yang akan dilakukannya nanti.

Riana hanya ingin hidup tenang dan damai, bersama suami dan anaknya. Meski di rumah yang sederhana dan makan seadanya.

Malam cepat sekali berlalu, Roger sudah bangun dan duduk di samping maminya. Menunggu karena tidak mau mengganggu tidur sang mami.

Riana membuka netra, ditatapnya sang malaikat kecil ternyata tengah duduk memandangi dirinya.

"Mami, udah bangun?" Bibir mungil itu menyapa sang mami.

"Iya, maafin mami ya. Mami keaiangan lagi," balas Riana menyesal.

"Mama Rena udah pergi, Mi. Tadi masakin sarapan buat Roger sama Mami," terangnya.

Riana tersenyum. "Pinter banget sih anak mami," ucapnya, mengelus puncak kepala Roger.

"Mami bangun dulu, terus cuci muka. Roger mau makan bareng mami," ungkapnya.

Riana kembali tersenyum dengan apa yang Roger katakan. Sangat imut. Bahagia sekali memiliki seorang putra yang seimut dan sepintar dirinya.

Riana menuruti perkataan Roger untuk pergi ke kamar mandi. Muncuci muka lalu pergi sarapan bersama.

Seperti biasa, Riana pergi bekerja sebagai pemilik mall. Meski kecil, itu adalah perjuangan awalnya dalam meneruskan apa yang ayahnya lakukan dulu.

Hari ini Roger ikut Riana pergi bekerja. Karena Tante Rena sedang sibuk, tidak memungkinkan untuknya mengajak Roger.

"Mami, Roger main di sana ya!" Tunjujnya pada sebuah tempat permainan anak.

Ada banyak anak kecil di sana. Terkadang, Roger selalu ingin bermain bersama anak seumurannya, tapi lingkungam di sekitar rumah Riana, jarang ada anak kecil.

"Iya, hati-hati. Main sama-sama," jawab Riana mengizinkan malaikat kecilnya bermain bersama anak sebayanya.

Riana memperhatikan dari jauh, Roger terlihat senang saat bermain di sana. Mungkin untuk ke depannya, dia akan mengajak Roger ke mall setiap dia pergi bekerja.

Pukul 11.50 siang. Riana berniat memanggil Roger untuk mengajaknya makan siang. Namun, setelah sampai di tempat permainan anak, Riger tidak ada di sana.

Tempat itu sudah kosong, tidak ada anak kecil lagi yang bermain di sana. Mungkin karena sudah waktunya makan siang.

Riana mencari ke seluruh tempat, bertanya pada beberapa pegawai mall. Namun, tidak ada yang melihat anak kecil seperti dalam foto.

Riana mulai panik. Dia langsung menelfon Alvin, untuk meminta bantuannya mencari Roger.

"Apa? Roger hilang? Aku ke sana sekarang," balas Alvin saat Riana menelfonnya.

"Roger, ke mana kamu pergi, Nak? Jangan buat mami khawatir." Riana masih terus mencari, sudah hampir satu jam dia berkeliling mall. Bahkan hingga ke toilet, sudah dijamah, tapi tetap saja tidak ditemukan.

Alvin sampai di sana 15 menit kemudian. Dia bertanya, apa Riana sudah mencari lewat cctv mall? Ternyata tidak. Riana terlalu khawatir hingga tidak memikirkan hal itu.

"Itu Roger," ucap Riana, mengenali sang malaikat kecilnya lewat cctv.

Roger berada di tempat permainan. Kalau dilihat dari waktunya, itu adalah waktu saat Roger baru saja sampai di tempat tersebut, setelah meminta izin.

Suasana masih terlihat biasa. Roger bermain bersama anak yang lain. Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki datang lalu mengajak Roger bicara.

Wajah laki-laki itu tidak tertangkap kamera cctv, karena posisinya yang membelakangi cctv.

Cukup lama laki-laki itu berbincang dengan Roger. Entah apa yang mereka bicarakan, karena di menit setelahnya, laki-laki itu mengajak Roger pergi.

"Kenapa Roger mau diajak bicara sama orang asing? Aku udah bilang buat ngga bicara sembarangan sama orang yang ngga dikenal," gumamnya. Khawatir terjadi sesuatu dengan sang malaikat kecil.

"Kamu tenang dulu, aku akan cari tau siapa laki-laki itu sebenarnya," jelas Alvin.

"Halo, tolong selidiki siapa laki-laki yang ada dalam video yang sudah kukirim. Aku minta hasilnya dipercepat," titahnya.

Alvin khawatir akan keselamatan Roger, tapi dia tetap tenang agar Riana juga tidak semakin khawatir.

Drrrtt.

"Halo, bagaimana?" tanya Alvin pada orang suruhannya.

"Apa? Baik, terima kasih." Alvin terdengar syok saat tau siapa laki-laki yang membawa Roger pergi.

"Gimana? Apa kamu udah tau siapa orang itu?" tanya Riana, penasaran.

"Kamu tunggu di sini saja, biar aku yang menjemput Roger." ujar Alvin.

"Enggak, aku juga ikut jemput Roger. Aku penasaran siapa laki-laki yang membawa Roger pergi tanpa sepengetahuanku," jelas Riana. Bersikeras untuk ikut ke mana Alvin pergi.

"Oke, tapi aku minta sama kamu untuk tetap tenang. Jangan bertindak gegabah," pinta Alvin.

Riana mengangguk menyetujui syarat dari Alvin. Asal bisa bertemu Roger lagi, Riana akan menjadi penurut dan tetap diam.

Alvin mengemudikan mobil ke tempat yang Riana kenal. Dia pernah mendatangi rumah tersebut 4 tahun yang lalu.

"Jadi, orang yang membawa Roger itu ... orang suruhan papa kamu?" tebak Riana.

"Bukan," jawab Alvin.

"Lalu siapa? Bukannya ini rumah orang tua kamu?" Riana kembali menebak.

bersambung...