Keesokan harinya, pagi terlihat ceria dibandingkan sebelumnya. Seorang pria tampan berdiri di depan cermin kamarnya yang berada di grand royal house. Memandang cermin sebelum bepergian keluar merupakan ciri khas Devano.
Pria itu tersenyum saat merasa dirinya sudah sempurna. Dia tak menyangka bisa pergi ke kantor bersama sang ayah. Terakhir kali ia ke sana ketika umurnya masih berusia belasan tahun.
Suara ketukan pintu terdengar cukup lembut, Devano membuka pintu, menampilkan senyumannya yang manis. Wajah asisten rumah tangga itu memerah melihat senyuman maut serta ketampanannya. Memang, senyuman Devano yang terbaik dibandingkan saudara-saudara lainnya dan Xyever.
"Papa sudah menungguku di bawah ya?" tanya Devano ramah.
"Iya, Tuan muda. Beliau masih menyelesaikan sarapannya pagi ini."
"Terima kasih, ya atas kerja kerasmu," ucap Devano sembari mengedipkan mata.