Suasana tampak tenang dengan ulangan yang tengah berlangsung. Semua itu tak terlepas dari sorotan mata Ratna yang tajam. Tasya terlalu fokus menulis rumus nomor lima di kertas yang tak ia pakai, sehingga ujung pensil yang ia gunakan untuk menulis patah seketika.
"Baron, kamu punya pensil lain enggak?"
"Cuma satu aja." Baron sibuk melihat buku paket dengan membalikkan halaman.
"Kalian kerjakan soal ulangan yang tertib tanpa kegaduhan, ya." Ibu akan segera kembali," kata Ratna seraya meninggalkan kelas. Dia sudah tak bisa menahan keinginannya untuk buang air kecil.
Banyak murid-murid kelas satu yang saling melirik, mereka tampak senang dengan kepergian Ratna. Walau waktu yang sedikit, mereka gunakan untuk menyontek atau berdiskusi pada yang lain. Tasya diam-diam melirik Devano. Dia memberanikan diri menghampirinya.
"H-hai!" Tasya tampak gugup, ia menggigit bibir bawahnya. Devano menoleh sambil menampakkan senyuman.
"Hai juga!"