Keenan menopang dagu, otaknya berputar dengan cerdas. Senyuman terlukis pada bibirnya. "Aku punya rencana. Aku akan menggunakan telepon hotel untuk terhubung ke green house. Setelah itu, aku akan menyuruh salah satu bodyguard yang ada disana untuk mengantarkan mobil yang tidak dipakai untuk dibawa kemari."
"Ide yang bagus. Lalu, bagaimana denganku? Apa aku bersama tuan muda atau kita bergerak terpisah?"
"Kita pergi bersama. Kita tidak boleh gegabah. Semakin kita bergerak dengan langkah tergesa-gesa, orang itu akan bertindak lebih kejam. Perasaanku mengatakan David tidak apa-apa," ujar Keenan.
Selama ini, instingnya 80 persen mendekati benar. Dia yakin orang itu tidak akan mencelakai David. Setidaknya, dia dapat bernafas lega. Tak lama, dia menghubungi greenhouse. Dia suka menghafal nomor-nomor yang dianggapnya penting.
Tak heran, ia dapat menghubungi Regina menggunakan handphone barunya saat itu. Shana, seorang asisten rumah tangga di green house mengangkat telepon.