"Vania tuh udah gede kan? Udah bisa bedain mana yang bener mana yang salah kan?!" Jerit Rizal dengan suara yang semakin parau, pelukan Rizal semakin erat bahkan membuat Vania susah bergerak.
Kepala Vania yang hanya dapat mengintip sekitar dari bahu Rizal, bahkan nafas yang ia hirup hanya bau parfume Rizal.
"Tolong sekali aja kamu dengerin ucapan aku Vaniaa!"
"Aku harus ngapain sih buat kamu percaya sama ucapan aku!" Jerit Rizal melepaskan pelukan namun menggoyangkan kedua lengan Vania dengan hebat.
Dan untuk pertama kali nya Vania dapat melihat wajah Rizal yang menahan air mata, pupil mata nya sudah di isi penuh dengan air mata yang hendak jatuh, di tambah wajah yang sudah memerah. Jangan lupa kulit Rizal itu berwarna putih susu, jadi apapun reaksi di dalam tubuh nya akan berefek ke wajah dan badan nya yang berkulit putih.
"Aku harus ngapain Vania! Apa lagi yang harus aku lakuin!"
"Se-ga-cukup nya gitu waktu yang kita habisin berhari hari?!"