Aisyah dan juga keluarga nya kini sudah berada di rumah. Rengganis benar-benar merindukan kota kelahirannya, sudah hampir 6 tahun tidak pernah pulang. Terutama makanan khas Pekanbaru juga dia rindukan. Tadi sebelum menjemput Rengganis, umi Masitoh telah memasakkan makanan semua kesukaan Rengganis karena sudah pasti di negeri tempatnya menuntut ilmu. Selama di luar negeri Rengganis jarang sekali makan makanan Indonesia.
"Kak, di sana udah dapat cowok belum?" tanya Aisyah yang sedang mengganggu kakaknya yang lagi mengeluarkan semua pakaian dari dalam koper.
"Kamu itu, kakak nggak ada waktu buat main-main seperti itu," jawab Rengganis kini tangannya beralih menata baju di dalam lemari.
"Ya kali kak di sana pasti banyak cowok ganteng," seru Aisyah dengan hebohnya.
"Kamu sendiri?" tanya Rengganis balik.
"Apasih kak, aku tuh lagi nggak semangat sekarang karena kepulangan kakak aku akan di bawa ke Jawa sama Abi," ucap Aisyah dengan nada yang sedikit sedih.
Rengganis membenarkan hijabnya yang tersingkap sedikit lalu mendekati Aisyah yang sedang duduk di pinggiran ranjang. Setelah itu tangannya terulur menyentuh bahu adiknya yang sangat dia rindukan kejahilannya.
"Kenapa? kan bagus kalau kamu ke jawa. Bisa tinggal di pesantren, di sana kalau kamu mau belajar di pesantren banyak lho yang masih salafiyah bukan yang moderen," terang Rengganis pada Aisyah yang tampak sedih.
"Bedanya apa sih kak, aku aja nggak tahu salafiyah sama pesantren yang modern itu gimana," cetus Aisyah dengan sedikit malas jika sudah membahas pesantren. Karena yang dia suka adalah kuliahnya di jurusan seni musik, namun sebentar lagi harus dia tinggalkan hanya demi keinginan Abi Rozak.
"Kalau pesantren salafiyah itu masih terpaut dengan program ngaji kitab kuning dan biasanya tidak terlalu fokus pada pelajaran umum, sedangkan pesantren modern biasanya lebih fokus terhadap pelajaran umum, bahasa, kedisiplinan, kepemimpinan, dan sedikit kurang dengan ngaji kitab kuning, begitu Aisyah. Jadi kamu harus bangga jika Abi mengirim mu ke pesantren," terang Rengganis pada Aisyah.
"Udah lah aku nggak paham yang begituan, kalau kakak nanya ke aku tentang musik yang aku suka pasti aku langsung paham," sahut Aisyah sambil memutar bola matanya malas.
"Makanya kamu belajar banyak tentang pesantren agar Abi bangga," ucap Rengganis, ia juga ingin jika adiknya memakai hijab dan menutup auratnya.
"Udahlah kak bosen aku dengarnya," jawab Aisyah sambil berlalu keluar dari kamar kakaknya. Bertemu kakaknya yang sudah lama bertemu malah membuat moodnya langsung turun karena pembahasan nya tidak jauh berbeda dengan abinya yaitu tentang pesantren.
Bosan, itulah yang Aisyah rasakan kali ini. Kini Aisyah langsung masuk ke dalam kamarnya agar hatinya merasa tentram. Kemudian Aisyah langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Tangannya terulur mengambil buku diary yang dia letak di atas nakas. Kali ini Aisyah tidak menulis, hanya ingin melihat tulisan di belakang buku itu yang di tulis oleh teman masa kecilnya. Tiba-tiba tangannya meraba tulisan itu sambil mengulas senyum kala melihat tulisan itu.
Hai gadis kecilku, jangan suka menangis lagi ya andai kita dipertemukan lagi saat sudah dewasa nanti. Saat kita bertemu nanti aku ingin bukan hanya sekedar menjadi temanmu. Aku ingin menjadikanmu bidadari surga ku.
By, Mr.H
Aisyah tidak bisa menahan senyum saat membaca tulisan itu.
"Umur berapa sih dia waktu itu, bisa-bisanya nulis kata-kata seperti itu. Seperti orang yang mengerti cinta saja," gumam Aisyah bermonolog. Dalam hati Aisyah merasa penasaran dengan teman masa kecilnya tersebut.
Saat Aisyah ingin meletakkan buku itu, tiba-tiba dari luar kamar ummi Masitoh sedang mengetuk pintu memanggil Aisyah untuk makan malam bersama.
"Sebentar Ummi," teriak Aisyah dari dalam kamar sambil melangkah keluar untuk membuka pintu.
"Ayo makan, Abi sama kak Anis udah nunggu kamu," ucap ummi saat Aisyah sudah muncul dari balik pintu.
Kemudian Aisyah langsung mengikuti langkah uminya. Saat ini Aisyah sedang menggunakan baju piyama lengan pendek dan juga celana pendek. Berbeda sekali dengan Rengganis, memakai najt gamis daily dan hijab bergo jumbo. Melihatnya saja sudah membuat Aisyah merasa gerah.
"Aisyah, kamu nggak punya celana panjang?" tanya Abi Rozak saat melihat Aisyah menggunakan setelan piyama celana pendek.
"Ada bi, malam ini gerah Bi." Aisyah menjawab sambil menarik kursi kemudian duduk di samping kakaknya. Semua makanan sudah tersaji dengan penuh di atas meja. Semua makanan itu adalah makanan kesukaan Rengganis yang tidak disukai Aisyah sama sekali.
"Seharusnya kamu mencontoh kak Anis Syah, berhijab dan pakai baju panjang meskipun di dalam rumah," terang Abi Rozak. Aisyah merasakan sesak untuk kali ini, sudah berulangkali dia dibandingkan dengan kakaknya Rengganis. Namun baru kali ini hatinya merasakan sakit, tidak biasanya Aisyah merasa seperti itu.
"Udah bi, makan dulu," sahut Rengganis.
Kemudian mereka semua mengambil makanan yang tersaji di atas meja. Namun Aisyah hanya menatap tak selera pada makanan itu semua.
Ummi Masitoh menyadari jika Aisyah belum mengambil makanan sama sekali. Sedangkan Rengganis makan dengan begitu lahap karena semua yang ada di meja makan adalah kesukaannya. Semua terhidang dengan menu seafood dengan bumbu khas Melayu. Namun Aisyah tidak suka itu semua, yang dia suka adalah ayam goreng namun tidak ada sama sekali. Oleh sebab itu Aisyah hanya diam saja.
"Kenapa nggak dimakan Syah?" tanya ummi Masitoh yang lupa jika Aisyah tidak suka dengan makanan seafood.
"Udah kenyang ummi," sahut Aisyah seraya bangkit dari tempat duduknya. Karena jika makan makanan seafood yang hanya di sup dan berkuah Aisyah tidak suka. Lebih baik dirinya ke luar rumah mencari makanan yang dia suka.
"Kenapa dia bi?" tanya ummi yang melihat Aisyah masuk ke kamarnya kembali. Sepulangnya Rengganis, Aisyah tersingkir dan merasa tidak diperhatikan lagi. Selalu dibanding-bandingkan yang membuat dirinya bosan. Kemudian Aisyah mengambil jaket dan mengganti celana pendeknya dengan rok. Setelah itu Aisyah pun meraih dompet dan juga ponselnya yang ada di atas.
Malam ini dirinya ingin keluar di perempatan dekat dengan rumahnya. Di sana banyak rumah makan ataupun restoran yang masih jualan karena di pinggir jalan raya.
"Abi, Ummi, Aisyah mau ke rumah makan uni Zainab," ucap Aisyah sambil berlalu keluar.
"Ini banyak makanan kenapa makan di luar?" tanya Abi Rozak yang masih belum sadar jika itu bukan makanan kesukaan Aisyah. Mereka terlalu sibuk memikirkan Rengganis dan memanjakannya.
"Astaghfirullah Ummi, inikan bukan makanan yang di suka Aisyah," seru Rengganis. Kali ini mereka semua sudah selesai makan.
Mendengar ucapan Rengganis, membuat ummi Masitoh merasa bersalah. Sedangkan Abi hanya diam saja karena melihat Aisyah sudah keluar rumah dengan berjalan kaki.
Sementara itu Aisyah berjalan kaki dengan diliputi rasa sesak. Belum sembuh hatinya dikhianati oleh Reza, kini di rumah dia harus menuruti apa yang abinya katakan. Dan sebentar lagi dirinya sudah tidak bisa kuliah lagi.