Chereads / Melodi Cinta Aisyah / Chapter 13 - Dua Orang Pengkhianat

Chapter 13 - Dua Orang Pengkhianat

Suasana rumah makan tampak begitu ramai, semua makanan sudah tampak berjejer dengan tapi di etalase dengan berbagai menu masakan. Dan semua makanan yang sudah berada di etalase tersebut membuat perut Aisyah meronta minta diisi. Terlebih saat aroma rempah-rempah mulai menusuk indra penciumannya, semakin membuat perut Aisyah terasa lapar.

Menu yang ada di situ adalah menu kesukaannya. Kali ini Aisyah telah memesan semua yang ingin dia makan malam ini, karena sedih akan butuh energi menurutnya. Dia sedih karena selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang sukses mengenyam pendidikan di Kairo, universitas yang terkenal akan sastra Arab.

Bagi Abi Rozak semua yang dilakukan Aisyah tidak ada gunanya oleh sebab itu Abi Rozak selalu menginginkan Aisyah menjadi seperti kakaknya yang mahir di bidang agama.

Di saat Aisyah melamun, makanan yang dia pesan sudah ada di atas mejanya. Kemudian Aisyah langsung mengambil sendok yang tersedia, saat akan menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Tiba-tiba ada dua orang yang dia benci langsung duduk ikut gabung di depan Aisyah, satu meja. Mereka adalah Reza dan juga Salsa, mereka habis bermain dari kota Tembilahan dan malam ini baru tiba di Pekanbaru. Tak sengaja Reza melihat ada Aisyah yang duduk seorang diri, kemudian dia mengajak Salsa untuk menghampiri Aisyah.

Tentu saja Aisyah kaget, mengapa mereka bisa berada di tempat yang jauh dari tempat mereka tinggal saat ini. Aisyah hanya bungkam tidak ingin menyapa ataupun sekedar basa basi. Ia tetap fokus pada makanannya dan tetap mengunyah makanan yang ada dimulutnya. Tidak ingin meladeni dua lalat pengganggu yang tengah menatapnya saat ini.

"Aisyah, bagaimana kabarmu?" tanya Reza pelan. Sedangkan Salsa menautkan jarinya pada jari Reza, ingin menunjukkan pada Aisyah bahwa dialah pemilik hati Reza saat ini. Sungguh pemandangan yang membuat Aisyah muak. Namun kali ini dirinya harus tetap tenang dan tetap makan agar tidak kehabisan energi karena banyak menguras emosi.

Melihat Aisyah diam membuat Salsa semakin geram dengan kelakuan Aisyah yang tidak tersulut api cemburu. Yang Salsa inginkan saat ini adalah Aisyah menangis meraung-raung meratapi hubungannya dengan Reza yang telah kandas karena telah dia ambil. Namun kenyataannya Aisyah malah santai dengan makanannya dan hal itu membuat Salsa meradang.

"Kamu budeg ya Aisyah," bentak Salsa dan membaut Reza kaget karena Salsa berani membentak Aisyah.

Mendengar Salsa membentak dirinya, Aisyah lalu meminum air putih di depannya. Kemudian mengelap sudut bibirnya dengan tisu yang telah disediakan. Aisyah tampak menghela napas panjang.

"Aku yang budeg atau kamu yang nggak punya etika. Kalau ada orang yang sedang makan jangan diajak bicara," sahut Aisyah dengan santainya. Bahkan kini dia akan melanjutkan makannya lagi karena tidak ingin meladeni Reza dan juga Salsa yang telah mengoyak kalbunya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Bang Reza nanya kamu, harusnya dijawab," sahut Salsa dengan wajah juteknya. Reza lalu melepas tautan jari jemari Salsa, merasa tidak enak terhadap Aisyah yang telah menjadi kekasihnya selama hampir tiga tahun lamanya.

"Aku nggak mau jawab kenapa kamu yang marah, aku nggak ada waktu buat ngeladeni kalian jadi jangan ganggu aku yang sedang makan," ucap Aisyah dengan tegas sambil menatap tajam pada Salsa.

"Bilang aja kamu iri kan karena bang Reza lebih memilih ku?" sarkas Salsa.

"Salsa, cukup. Jangan membahas itu," sahut Reza merasa tak enak pada Aisyah. Niatnya hanya ingin menanyakan kabar Aisyah yang telah memblokir nomornya namun berujung bertengkar karena Salsa.

"Kamu bela dia bang? dia nggak mau jawab loh. Dia itu iri dengan hubungan kita karena Abang lebih memilih aku," cetus Salsa merasa kesal karena Reza tampak tidak membelanya.

Reza merasa bersalah dengan Aisyah kali ini, sebenarnya melihat wajah Aisyah yang begitu mempesona membuat Reza masih merasakan cinta dalam hatinya. Entah mengapa Reza lebih memilih Salsa yang jauh dari kata menarik. Salsa berambut blonde, hanya tubuhnya yang bak gitar spanyol saja yang menjadi kelebihannya sehingga membuat Reza merasa tergoda.

Aisyah sudah tidak minat mendengarkan dua pengganggu berbicara dihadapannya saat ini. Ingin sekali rasanya Aisyah memukul kepala mereka satu persatu dengan sendok yang dia pegang. Tetapi dia bukan tipe wanita yang akan marah-marah tanpa ada manfaat seperti itu. Entah kenapa putus dengan Reza tidak membuat dirinya merasa terpuruk ataupun patah hati karena akhir-akhir ini pikirannya terlalu sibuk memikirkan nasibnya yang tidak bisa meneruskan kuliah atas permintaan abinya.

"Aisyah, aku hanya ingin bertanya. Bagaimana kabarmu sekarang, kamu baik-baik aja kan?" tanya Reza yang tidak menghiraukan amarah Salsa.

Aisyah tertawa hambar mendengar pertanyaan mantan kekasihnya itu. Yang benar saja dia bertanya seperti itu, apakah dia tidak punya otak? setelah mengkhianati bertanya apakah baik-baik saja, sungguh lelaki tak punya hati.

Aisyah menyandarkan tubuhnya di kursi lalu melipat tangannya di depan dada. Menatap dua manusia yang ada di depannya tanpa ada rasa gugup ataupun takut.

"Seperti yang kamu lihat, aku masih diberi kenikmatan untuk makan, diberi kesehatan dan juga akal pikiran yang sehat." Aisyah menjawab dengan nada yang tegas sehingga membuat Reza speechless tak mampu menjawab ucapan Aisyah barusan.

"Aisyah, dari dulu kamu nggak berubah ya. Tetap sombong sama seperti dulu," cetus Salsa yang merasa kesal dengan jawaban Aisyah barusan.

"Kalau kamu berpikir aku seperti, ya berarti emang iya aku sombong. Kenapa? aku menyombongkan milikku sendiri bukan milik orang lain," sergah Aisyah tak mau kalah.

Karena makanan yang dia pesan sudah hampir habis dan dia juga sudah kenyang. Kali ini Aisyah tidak ingin lagi berhadapan dengan dua manusia penghianat. Berada di situasi seperti itu membuat hatinya merasa sakit namun tak berdarah. Tapi setidaknya Aisyah harus bersyukur karena mengetahui kebusukan Reza sebelum resmi menjadi pasangan suami istri.

Melihat Aisyah yang beranjak dari hadapannya, membuat Reza merasa sakit. Ingin sekali dia menjalin hubungan persahabatan pada Aisyah namun sepertinya Aisyah memberi jarak yang sangat jauh dan sulit untuk dijangkau.

Aisyah telah membayar makanannya kemudian berjalan menuju rumahnya yang tidak jauh. Aisyah tidak tahu saja jika di rumah Abi dan juga uminya mengkhawatirkan dirinya. Dari belakang Aisyah mendengar suara Reza yang memanggil namanya. Namun Aisyah semakin mempercepat langkahnya dan tidak ingin menghiraukan Reza.

Saat Reza memanggil lagi Salsa emosi terhadap Reza yang masih memanggil Asiyah. Ia cemburu karena Reza masih terlihat perhatian pada Aisyah. Tidak bisakah sehari saja tidak ada bayangan Aisyah di antara hubungannya dengan Reza. Ya setiap hari Reza menceritakan kebaikan Aisyah dan juga kelebihan yang dimiliki Aisyah, semua itu membuat Salsa memendam kesal.

"Jangan menghalangi ku Sa," bentak Reza pada Salsa.

"Kamu masih suka sama dia kan?" sergah Salsa yang merasa sakit hati. Saat ini Aisyah sudah hilang dari pandangan mereka.

"Dia sudah lama mengenalku jadi apa salahnya jika aku masih ingin bersahabat dengan dia," sahut Reza dengan wajah datar.

"Nggak bisa, sekarang hanya ada kita berdua tanpa Aisyah. Aku nggak mau," celetuk Salsa dengan wajah yang dipenuhi kilatan emosi.

"Egois ya kamu lama-lama, ini nggak boleh itu nggak boleh. Kamu

jangan terlalu mengaturku Sa," ucap Reza merasa kesal.

Kini mereka berdua bertengkar hanya karena Aisyah, membuat Aisyah merasa muak dan segera pergi dari hadapan mereka berdua dan tidak ingin melihat drama dua pengkhianat barusan.