Andra masih merasa tidak enak pada Clara karena telah menyinggung perasaannya. Ia pun akhirnya menjadi lebih lembut pada Clara. Walaupun Andra tidak mengingat sebagian ingatannya, tetapi Andra sangat menghargai Clara. Sebenarnya Andra masih tidak begitu nyaman dengan keadaannya saat itu karena ia belum sepenuhhnya yakin kalau Clara itu adalah istrinya.
"Hm … aku mau ke ruang baca, kau mau tetap di sini atau mau ikut bersamaku?" ucap Andra yang mengatakan kalau dirinya mau ke ruang baca.
"Aku akan menemanimu, 'kan Mama Amara sudah berpesan padaku untuk menjagamu," jawab Clara yang akan selalu menjaga Andra. Jadi, kemana pun Andra pergi Clara pasti akan ikut dengannya termasuk ke ruang baca.
"Baiklah, tapi aku bisa jalan sendiri. Tidak perlu bantuanmu dan sekali lagi aku meminta maaf kalau tadi aku menyinggung perasaanmu," jawab Andra yang ingin berjalan sendiri tanpa bantuan Clara dan kembali meminta maaf padanya atas ucapannya yang menyinggung Clara.
"Iya, tidak apa-apa. Kau tidak perlu terus meminta maaf padaku."
"Tetap saja aku merasa tidak enak."
"Santai saja, ayo kita ke ruang baca sekarang," ucap Clara yang mengajak Andra untuk menuju ke ruang baca.
"Baiklah," jawab Andra yang lalu mulai melangkahkan kaki dan Clara pun mengikutinya dari belakang.
Di Kediaman Mahardika terdapat berbagai ruangan yang salah satunya adalah ruang baca. Andra suka menghabiskan waktunya untuk membaca di sana dulu saat dirinya masih duduk di bangku sekolah. Setelah sekolah ia mulai jarang mengunjunginya karena dirinya menempuh bangku kuliah di luar negeri. Andra suka sekali membaca buku-buku non fiksi yang menambah wawasannya, terkadang ia juga menyukai buku fiksi seperti cerita-cerita untuk menjadi hiburannya dikala bosan membaca buku nin fiksi.
Sesampainya di ruang baca Andra pun langsung memilih buku yang ingin di bacanya. Di ruang baca terdapat banyak sekali buku-buku fiksi maupun non fiksi. Buku tersebut meruapakan koleksi dari kedua orangtua Andra yang gemar membaca, terutama Mama Amara yang gemar sekali membaca novel. Mama Amara sering meluangkan waktu untuk membaca buku non fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen.
Mama Amara memang sangat hobi membaca jadi wajar saja hobi itu turun pada Andra anaknya. Clara pun melihat beberapa buku novel yang tertata rapih di rak buku. Ia membaca judul-judul novel yang teradapat di sampul buku untuk mencari novel yang menurutnya menarik untuk di baca. Clara pun menemukan sebuah judul novel yang mebuatnya tertarik yaitu judul novel 'Mafia Love Me'. Judul novel tersebut membuat Clara ingin membacanya.
Jari jemarinya pun mulai mengambil buku tersebut dan berseru, "Mafia Love Me karya Ikka T Setyawati. Hm … mungkin buku ini menarik di baca."
Clara pun menoleh pada Andra dan melihatnya yang sedang mulai membaca buku non fiksi di tangannya. Ia pun lalu melangkah menuju Andra dan berkata, "Sebaiknya duduklah di sana. Jangan membaca sembari berdiri."
Andra pun menoleh pada Clara lalu berkata, "Hm … iya nanti. Aku masih ingin memilih buku."
"Oh, baiklah."
Andra pun mengembalikan buku non fiksi yang tadi di bacanya ke rak buku lalu berkata, "Kau saja yang duduk. Kau mau membaca novel itu, bukan?"
"Ahk, iya … daripada aku bosan di sini. Jadi, aku mau membaca novel ini," jawab Clara sembari mengangkat novel yang ada di tangannya.
"Ya, sudah selamat membaca. Seleramu bagus juga," ucap Andra yang memuji selera pilihan novel Clara.
"Maksudmu?"
"Itu novel favorit mamaku. Jadi, aku pikir novel itu bagus."
"Oh, jadi novel 'Mafia Love Me' ini novel favorit Mama Amara?"
"Iya, mamaku sering sekali membaca novel itu. Seolah dirinya tidak pernah bosan, aku pikir dia sebenarnya sudah hafal dengan semua plot alurnya. Tapi, dia tetap saja meluangkan waktu untuk membacanya kembali."
"Hm … mendengar apa yang kau katakan tadi, aku pikir pasti novel ini sangat bagus, ya?"
"Ya, mungkin. Mamaku pernah berkata kalau novel itu sangat bagus."
"Aku jadi tidak sabar untuk membacanya dan ingin tahu seberapa bagus plot ceritanya."
"Ya, baca saja."
"Iya, kalau begitu aku mau membaca novel ini di sana. Nanti kalau kau sudah menembukan buku yang cocok untuk di baca, kau langsung duduk ya. Jangan terlalu lama berdiri, kau pasti masih lemah."
"Hm … iya nanti."
Clara pun lalu melangkah menuju ke sofa dan mulai membaca novel 'Mafia Love Me' yang merupakan novel favorit Mama Amara. Novel tersebut menceritakan tentang seorang gadis yang membalas dendam pada seorang mafia yang telah membunuh ayahnya. Namun, dirinya justru terjebak oleh rasa cinta dengannya karena rencana balas dendamnya adalah dengan menikahi sang mafia dengan identitas palsunya.
"Wah … dari synopsis ceritanya memang novel ini sepertinya sangat menarik sekali," ucap Clara yang telah selesai membaca synopsis novel tersebut.
"Aurora Eliizabeth Jackson dan Brayan John Carllos. Dua nama tokohnya begitu menarik," ucap Clara lagi yang membaca nama kedua tokoh dari novel tersebut.
Clara pun lalu memulai membaca chapter pertama dari novel 'Mafia Love Me' dan setelah membaca beberapa chaper ia pun berhenti sejenak. Clara menyerkitkan dahinya membuat kerutan di wajahnya dan berkata, "Oh … jadi, tokoh utama wanitanya mengganti identitasnya agar bisa balas dendam. Namanya berganti menjadi Noura Elizabeth Willson. Dia di bantu oleh pamannya yang bernama Dark Jakson yang berpura-pura menjadi ayahnya dengan berganti nama Zhack Willson."
"Hm … benar-benar novel yang menarik. Tidak heran jika Mama Amara menyukai novel ini dan menjadikannya menjadi novel favorit. Ceritanya saja sangat menarik," ucap Clara lagi yang lalu kembali membaca novelnya.
Di sisi lain Andra pun masih memilih buku yang akan di bacanya dan dirinya pun teringat dengan sebuah buku yang dulu ia baca saat di bangku sekolah. Buku itu adalah buku pelajaran mata pelajaran fisika, Andra pun mengambil buku tersebut lalu memperhatikan buku tersebut dan mengingat masa lalunya.
Andra mengingat saat dulu ada teman sekolahnya yang meminjam buku fisikia tersebut. Teman itu adalah teman wanita yang kelasnya bersebelahan dengan kelas Andra. Dulu wanita itu mengagumi Andra dan ia pun teringat dengan sebuah kejadian yang membuat raut wajahnya menjadi berubah drastis. Andra menampangkan raut wajah yang merasa bersalah sembari menyerkitkan dahinya.
Tangannya pun lalu menjatuhkan buku fisika yang dipegangnya lalu memgang kepalanya yang terasa sakit. Ingatan masa lalu Andra itu membuat dirinya merasa kesakitan yang amat luar biasa membuatnya berteriak. Clara yang sedang membaca novel yang terduduk di sofa pun terkejut dengan teriakan Andra. Clara pun langsung meletakkan novelnya di atas meja dan lalu melangkah menghampiri Andra.
"Andra kau kenapa?" tanya Clara dengan panik karena Andra memegangi kepalanya sembari kesakitan.
"Ayo, Andra kita ke kamar sekarang, ya!" ucap Clara lagi lalu membawa Andra ke kamar.
'Apa yang terjadi dengan Andra? Kenapa dia tiba-tiba berteriak dan kesakitan seperti ini? Apa dia sedang mengingat sesuatu dan kepalanya lalu menjadi sakit.' Batin Clara sembari melangkah memapah Andra ke kamar.