Clara pun kembali ke ruang baca karena penasaran dengan hal yang membuat Andra menjadi histeris. Pastinya penyebab semua itu ada di ruang baca karena saat itu dia merasakan sakit kepala di sana. Setelah Andra menyuruhnya keluar dari kamar, Clara pun langsung menuju ke ruang baca dan mencaritahu itu semua.
'Aku harus mencari tahu semua itu. Apa penyebab Samuel sampai seperti itu? Memangnya dia baru mengingat hal apa?' batin Clara sembari melangkah menuju ruang baca.
Di tengah perjalanan Leona pun bertemu dengan pelayan, ia pun memerintahkan pelayan tersebut untuk berjaga di depan kamar Andra. Clara tidak mau kalau nanti Andra membutuhkan sesuatu, tetapi tidak ada yang membantunya karena tidak ada seorang pun yang berjaga di depan kamar. Maka dari itu Clara memerintah pelayan tersebut dengan berkata, "Hei, apa kau tidak sibuk?"
"Iya, Nyonya Muda. Saya tidak sibuk, apa Nyonya Muda membutuhkan bantuanku?" jawab pelayan tersebut.
"Iya, aku membutuhkan bantuanmu. Andra sedang di kamar sendirian, aku mau kau berjaga di depan kamarnya agar nanti jika dia membutuhkan sesuatu bisa segera mendapatkan bantuan."
"Apa kau mengerti?" ucap Clara lagi pada pelayan tersebut.
Pelayan tersebut pun mengangguk dan menjawab, "Iya, saya mengerti, Nyonya Muda."
"Kalau begitu, pergilah sekarang."
"Hm … kalau nanti Andra mencariku katakan saja kalau aku sedang merapihkan buku di ruang baca karena tadi aku belum sempat mengembalikan novel yang kubaca pad arak buku," ucap Clara lagi yang menjelaskan pada pelayan tersebut.
"Baiklah, Nyonya Muda. Saya mengerti."
"Baguslah, kalau begitu kau bisa pergi sekarang."
"Baik, Nyonya Muda. Saya permisi," ucap pelayan lalu meninggalkan Clara dan beranjak menuju ke depan kamar Andra untuk berjaga di sana.
'Untung aku bertemu dia di sini, kalau tidak aku lupa untuk memerintahkan pelayan untuk berjaga di depan kamar Andra.' Batin Clara yang kembali melanjutkan langkah kakinya.
Sesampainya di ruang baca kembali Clara pun langsung menuju ke sisi Andra saat dirinya merasakan sakit kepala. Ia pun melihat sebuah buku yang tergeletak di lantai, buku tersebut adalah buku yang terakhir Andra pegang sebelum dirinya histeris. Clara pun mengambil buku tersebut dan melihat cover bukunya sembari membacanya.
"Pendidikan Dasar Fisika?" seru Clara yang membaca judul buku tersebut.
"Andra baru saja membaca buku ini … tapi untuk apa dia membaca buku ini?" ucap Clara lagi yang bertanya-tanya mengapa Andra membaca buku fisikia.
'Aneh … kenapa Andra membaca buku Fisika ini? Ini 'kan buku materi pelajaran saat sekolah menengah.' Batin Clara yang berpikir.
Clara merangkai kejadian sebelumnya dan menyambungkan hubungan antara Andra dan buku fisika tersebut. Clara pun mengingat sesuatu dalam buku fisikia yang di pegangnya itu. Ia menatap kembali buku tersebut sembari berkata, "Aku ingat, dulu dia meminjamkan buku ini pada ...." Clara pun menghentikan ucapannya.
"Apa yang aku katakakan tadi?" ucap Clara lagi lalu meletakkan buku fisika tersebut kembali ke dalam rak buku.
Setelah mengembalikan buku fisikia itu, Clara pun menuju ke sofa dan mengambil buku novel 'Mafia Love Me' yang tadi i abaca. Clara pun membawa buku novel tersebut karena ingin lanjut membacanya nanti. Dalam perjalanan Clara teringat terus dengan buku fisika tersebut karena buku fisika itu membuat bekas kenangan di ingatan Clara teringat kembali. Di mana saat buku itu menjadi saksi saat Andra dan Clara pernah dekat dulu saat duduk bersama di bangku sekolah menengah.
'Andra merasa sakit kepala setelah membaca buku fisikia itu. Apa artinya Andra sedang mengingat masa lalu saat-saat dirinya sekolah?' batin Clara yang berpikir.
"Kalau iya … apa itu artinya Andra sedang mengingatku?" seru Clara yang berasumsi demikian.
'Tidak! Mana mungkin Andra memikirkanku, bisa saja Andra teringat dengan Ibu Jelly guru fisikia kita dulu.' batin Clara yang menepis asumsinya tadi sembari menggelengkan kepalanya.
"Apa aku perlu menanyakan ini pada Andra nanti?" ucap Clara lagi yang sembari berjalan menuju ke kamar.
"Apa nanti tidak membuat Andra sakit kepala la—"
"Clara," ucap Mama Amara yang memanggil Clara dan memotong ucapannya.
Clara pun menoleh ke belakang dan melihat Mama Amara yang melihat ke arahnya. I apun tersenyum lalu berkata, "Mama … Mama sudah pulang? Cepat sekali? Bukannya kata Mama, Mama mau pulang sore?"
"Iya, tadinya mama memang mau pulang sore. Tapi, perasaan mama tidak enak. Jadi, mama memutuskan untuk kembali ke kediaman saja." jawab Mama Amara yang tenyata memiliki ikatan batin dengan Andra.
'Pantas saja Mama Amara merasakan hal itu karena Andra saja tadi histeris karena sakit kepalanya.' Batin Clara yang terdiam.
"Andra baik-baik saja, 'kan?" ucap Mama Amara lagi karena melihat Leona yang terdiam.
"Ahk, iya Ma … Andra baik-baik saja."
"Kau sendiri kenapa di sini? Di mana, Andra? Bukankah tadi sebelum pergi mama memintamu untuk menjaga Andra agar kau tetap bersama di sisinya."
"Hm … iya, Andra sedang beristirahat di kamar, Ma. Tadi Andra memintaku untuk keluar karena dia ingin sendiri."
"Dan kau menurutinya? Sehingga kau ada di sini sekarang?"
"Iya, Ma."
"Seharusnya kau mengabaikannya saja, jangan meninggalkannya sendiri. Mama khawatir dia kenapa-kenapa."
"Maaf, Ma. Tapi, tadi Andra meminta pengertianku karena itu aku mengalah dan keluar. Mama tenang saja, ada pelayan yang menjaga di luar karena tadi aku pergi ke ruang baca sebentar untuk merapihkan buku."
Mama Amara pun menyerkitkan dahinya dan bertanya, "Kau ke ruang baca untuk merapihkan buku? Untuk apa kau melakukan semua itu? 'Kan ada pelayan yang membersikannya."
"Hm … sebenarnya tadi. Aku dan Andra sedang bersantai sejenak di ruang baca karena keinginan Andra yang ingin menghilangkan kebosanannya di sana dengan membaca buku-buku. Tapi, entah mengapa tiba-tiba Andra histeris karena sakit kepala," ucap Clara yang menjelaskan kejadian tadi saat Andra histeris pada Mama Amara.
"Apa? Bagaimana bisa Andra seperti itu?" seru Mama Amara yang terkejut.
"Mama tenang dulu, sekarang Andra sudah baik-baik saja karena sudah meminum obat dari dokter," ucap Clara yang mencoba menenangkan Clara.
"Tapi kenapa Andra seperti?"
"Mungkin Andra mengingat sesuatu yang membuat kepalanya sakit," ucap Clara yang berpikir demikian.
"Lalu bagaimana sekarang kondisinya? Mama mau menemuinya," ucap Mama Amara yang tetap masih panik.
"Andra ada di kamar, Ma. Dia su—"
"Mama mau ke sana sekarang!" seru Mama Amara yang memotong ucapan Clara.
Clara pun melihat ke arah Mama Amara yang melangkah menuju kamar dengan cepat. "Astaga, aku tahu dia seorang ibu. Tapi, tidak seperti itu juga … aku bahkan tadi sudah mengatakan berulang kali kalau anaknya sudah tidak apa-apa. Tapi, ya sudahlah … namanya juga orangtua."
Clara melangkah menyusul Mama Amara dan mereka pun memasuki kamar Andra. Mama Amara langsung menuju pada Andra yang tengah berbaring di ranjang. Mama Amara pun berseru, "Andra … bagaimana keadaanmu, Sayang?"
"Mama?" seru Andra yang terkejut dengan kedatangan Mama Amara di kamarnya.
"Mama kenapa di sini?" ucap Andra lagi yang bertanya pada Mama Amara karena heran.
"Mama di sini karena ingin mengetahui keadaanmu. Apa kau baik-baik saja, Nak?"
"Iya, Ma. Aku baik-baik saja."
"Tadi Clara memberitahu mama kalau kau sakit. Mana yang sakit kepalanya, Sayang?" ucap Mama Amara sembari memegang kepala Andra dengan halus.
"Apa yang membuatmu seperti ini, Sayang? Kau baru saja mengingat apa? Kenapa membuatmu histeris?" ucap Mama Amara yang bertanya pada Andra tentang apa penyebab dirinya histeris.