Clara keluar dari kamar setelah berbincang dengan Andra, ia pun menghubungi sahabatnya yang bernama Nathan. Dia adalah sosok sahabat yang menemani Clara saat dirinya mengalami kesulitan. Kesusahan Clara bukan karena financial melainkan masalah pribadi dirinya dengan Andra yang membuatnya pergi menjauh dari Andra.
Clara sendiri menghabiskan waktunya beberapa tahun ini bersama Nathan di Los Angeles. Nathan adalah patnernya dalam melakukan pembalasan dendam dengan Andra seperti mitra dalam kehjahatan. Selain menjadi sahabat Clara Nathan juga merupakan rekan kerja Andra karena sebelumnya Clara meminta Nathan untuk bekerja sama dengan Andra.
"Halo, Nathan!" seru Clara saat sambungan teleponnya terhubung pada Nathan.
"Ya, Clara. Bagaimana kabarmu sekarang? Aku bahkan sulit sekali untuk menghubungimu setelah aku mendengar berita bahwa Andra masih hidup," ucap Nathan yang langsung menanyakan kabar tentang hidupnya Andra.
"Iya, Nathan. Andra memang masih hidup."
"Apa? Jadi, dia tidak mati? Kabar itu benar adanya?"
"Iya, kabar itu benar. Bahkan sekarang dia sedang berada di Kediaman Mahardika."
"Di Kediaman Mahardika itu artinya di kediaman orangtuanya?"
"Iya, aku pun berada di sini."
"Tapi kenapa kalian di sana? Kenapa tidak pulang ke kediaman kalian saja?"
"Ceritanya panjang, aku tidak bisa menceritakannya padamu sekarang karena ini bukan waktu yang tepat untuk menceritakannya. Intinya aku dan Andra tinggal sementara di kediaman Mahardika sampai Andra nyaman denganku."
"Apa maksudmu nyaman denganmu? Memangnya dia kenapa?"
"Dia amnesia sebagian. Jadi, sebagian ingatannya hilang. Dia hanya mengingat kejadian di masa lalunya dan melupakan kejadian baru yang telah terjadi."
"Tunggu … jadi maksudmu, dia hanya mengingat masa lalunya saja. Itu artinya dia tidak mengingat kalau kau istrinya?"
"Iya, benar sekali karena itu mamanya meminta aku dan Andra tinggal di sini karena Andra belum nyaman denganku dan masih merasa kalau aku ini orang asing."
"Oh, begitu ya …."
"Tapi tadi kau bilang Andra hanya hilang ingatan sebagian dan dia mengingat masa lalunya. Itu artinya dia ingat kalau kau teman sekolah menengahnya dulu?" ucap Nathan lagi sembari berpikir.
"Awalnya dia tidak ingat, tapi aku memberitahunya."
"Tidak ingat bagaimana? Bukankah kau itu teman masa lalunya?"
"Iya, tapi dia tidak mengingatku karena aku yang dulu berbeda dengan aku yang sekarang."
"Ya, memang kau sedikit berubah. Tapi, harusnya dia mengingatmu."
"Dia hanya merasa familiar dengan wajahku."
"Oh, begitu ya …."
"Iya."
"Aku jadi ingin menjengukanya. Apa aku bisa menjenguknya?" ucap Nathan yang meminta izin terlebih dahulu pada Clara sebelum datang menjenguk Andra.
"Kau mau menjenguk Andra?"
"Iya, bagaimana pun juga aku ini rekan kerjanya. Jadi, wajar bukan kalau aku menjenguknya?"
"Hm … iya, terserah kau saja. Tapi, dia pasti tidak akan mengingatmu."
"Tidak masalah bagiku, aku hanya ingin melihatnya saja."
"Ya, silakan saja kalau kau mau menjenguknya. Kau datang saja ke Kediaman Mahardika."
"Baiklah, besok atau lusa akan menjenguknya."
"Ya, aku tunggu kedatanganmu."
"Oh, iya … apa dia ingat Sheira?" tanya Nathan yang menyebut nama seorang wanita yang merupakan mantan kekasih Andra.
Sebelum menikah dengan Clara, Andra memiliki kekasih bernama Sheira. Jadi, lebih tepatnya Clara merebut Andra dari Sheira dengan menjebaknya agar bisa menikah dengan Andra. Sheira dulunya merupakan teman kuliah Andra di New York dan mereka mulai menjalin hubungan di bangku kuliah. Mereka sebelumnya memutuskan untuk menikah, tetapi sebelum itu terjadi Clara merebut Andra dan menikah dengannya.
Sheira pun bekerja di kantor Andra, dia memang bukan anak konglomerat dulunya ia berkuliah di universitas ternama di New York karena beasiswa. Andra begitu mencintai Sheira, bahkanwalaupun sudah menikah dengan Clara dia masih mencintai sang mantan kekasih. Namun, Andra menyembunyikann status hubungannya dengan Sheira pada Clara karena tidak ingin membuatnya salah paham. Andra sendiri tidak tahu kalau sebenarnya Clara sudah tahu dan diam-diam berpura-pura tidak tahu mengenai hubungan itu.
"Sheira? Kau menanyakannya?" seru Clara sembari tersenyum.
"Iya, bagaimana pun dia mantan kekasih Andra. Jika Andra mengingatnya maka posisimu sebagai istrinya terancam," ucap Nathan yang memberiwaspada.
"Apa yang terancam? Andra saja tidak mengingatnya. Tentu saja posisiku masih aman dan aku rasa Andra tidak akan mengingatnya karena aku tidak akan membiarkan Andra mengingat Sheira," ucap Clara dengan sinis.
"Tapi kalau Andra suatu saat mengingatnya bagaimana?"
"Aku akan mengatakan padanya kalau itu hanya ingatan palsu saja."
"Apa semudah itu dia akan percaya padamu?"
"Sebelum dia mengingat hal itu … aku akan membuatnya jatuh cinta padaku dan melupakan kekasihnya itu Sheira!"
"Kau mau membuatnya jatuh cinta atau kau ingin membuat kalian saling jatuh cinta?" tanya Nathan yang menggoda Clara.
"Nathan … kau tahu sendiri bukan? Apa tujuanku?"
"Aku tahu … kau mau membalas dendam pada Andra atas apa yang dia lakukan dulu padamu."
"Kalau kau sudah tahu itu, maka jangan pernah membicarakan tentang saling mencintai! Karena yang ada di sini hanya cinta sepihak saja!" ucap Nathan yang menekankan hal itu pada Nathan.
"Hm … iya, terserah padamu saja. Semoga kau berhasil."
"Ya, aku pasti akan berhasil."
"Satu hal yang pasti, aku akan selalu mendukungmu."
"Ya, terima kasih."
"Sama-sama, Clara. Aku ini 'kan sahabat baikmu."
"Ya, kau memang selalu ada untukku. Aku banyak berhutang budi padamu."
"Jangan sungkan seperti itu, aku tidak pernah menganggapmu berhutang budi. Setiap apa yang aku lakukan untukmu itu karena aku tulus membantumu."
"Sekali lagi terima kasih, Nathan."
"Ayolah, Clara! Jangan berulang kali berterima kasih padaku."
"Hm … iya."
Nathan pun menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan dan berkata, "Ya, sudah. Kita sudah lama bertelfonan. Aku tidak mau menganggumu terlalu lama atau nanti ada orang yang curiga denganmu dan menganggapmu berselingkuh denganku."
"Kau ini ya!" seru Clara sembari menggelengkan kepalanya.
"Aku hanya bercanda, Clara," ucap Nathan yang tak hent-henti terkekeh.
"Ya, sudahlah. Sampai jumpa."
"Ya, sampai jumpa. Aku pasti akan sangat merindukanmu lagi!" seru Nathan sembari terkekeh dan Clara pun kembali menggelengkan kepalanya dan terkekeh.
"Kau ini ya, masih sama saja seperti dulu. Sudah ya … dah!" ucap Clara lalu mematikan sambungan teleponnya.
'Nathan … Nathan … kau tidak pernah berubah, ya! Ada-ada saja dia mengajakku minum kopi di saat kondisi seperti ini. Waktunya sudah berbeda, Nathan. Aku tidak sebebas dulu, kalau aku masih ebbas jangankan minum kopi. Minum wine di club pun aku tidak masalah,' batin Clara sembari terkekeh melihat layar ponselnya dan membaca pesan dari Nathan yang mengajaknya minum kopi bersama di waktu luang. Mereka memang sering menghabiskan waktu bersama bahkan banyak yang mengira kalau mereka menjalin hubungan kekasih. Namun, mereka hanya sebatas sahabat saja tanpa ada rasa cinta di antara keduanya. Nathan sendiri sering memang tak memiliki pasangan, tetapi ia sering bermain bersama dengan beberapa wanita di club malam.