Sesampainya di kamar Clara pun menidurkan Andra di ranjang untuk beristirahat. Clara pun meminta pelayan untuk mencarikan obat Andra, sebelumnya dokter sudah memberikan obat sakit kepala jika tiba-tiba saja Andra merasakan sakit kepala yang luar biasa. Obat itu memang hanya di minum khusus jika Andra merasakan sakit kepala jika setelah berusaha mengingat, tetapi justru kepalanya menjadi sakit.
"Bagaimana? Kau sudah menemukan obatnya?" tanya Clara pada pelayan yang sedang mencari obat Andra.
"Iya, Nyonya Muda. Saya sudah menemukan obatnya," jawab pelayan lalu memberikan obatnya pada Clara.
"Baguslah, kau ambilkan airnya, ya!" ucap Clara sembari menerima obat dari pelayan.
Pelayan langsung mengambil air minum dan Clara pun membuka obatnya lalu memberikannya pada Andra. Ia meminta Andra untuk meminum obatnya dengan berkata, "Minumlah obatnya, ini akan mengurangi rasa sakit kepalamu."
"Ahk," seru Andra yang merasa kesakitan sembari bersiap menenggak obatnya.
"Ayo, cepat mana minumnya?!" ucap Clara dengan meninggikan nada suaranya pada pelayan yang mengambilkan air.
Pelayan pun bergegas memberikannya pada Clara dengan berkata, "Ini, Nyonya Muda."
Clara pun menerima gelas yang berisi air mineral tersebut lalu menatap Andra dan berkata, "Ayo, sekarang minumlah obatnya."
Andra pun menenggak obat tersebut lalu meminu air mineralnya. Clara berharap rasa sakit Andra berkurang setelah minum obat tersebut karena semua orang yang berada di ruangan tersebut sangat panik melihat Andra kesakitan. Andra menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan, terlihat dirinya yang lebih rileks.
"Bagaimana? Apa kepalamu masih terasa lebih sakit?" tanya Clara yang menatap Andra dengan raut wajah cemasnya.
"Hm … sudah tidak terlalu, tapi ya masih sakit," jawab Andra dengan nada lirih.
"Kalau begitu, kau istirahat saja ya sekarang," ucap Clara lalu membantu Andra membaringkan tubuhnya kembali ke ranjang.
"Terima kasih, ya."
"Kau tidak perlu berterima kasih padaku."
"Tapi, ak—"
"Sudahlah sebaiknya kau istirahat dan jangan banyak bicara," ucap Clara yang memotong ucapan Andra.
"Oh, iya sebaiknya kalian semua keluar dari sini agar Andra bisa beristirahat dengan tenang," ucap Clara lagi yang meminta para pelayan untuk keluar.
"Baik, Nyonya Muda. Kalau begitu, kami permisi Nyonya Muda dan Tuan Muda," ucap pelayan yang berpamitan.
"Oh, iya … Nyonya Muda, kalau ada apa-apa panggil saja kami dan semoga Tuan Muda Andra bisa segera pulih," ucap salah satu pelayan lagi.
"Hm … iya, terima kasih atas doanya."
"Iya, Nyonya Muda," jawab pelayan lalu mereka semua pun pergi meninggalkan kamar.
Selepas kepergian pelayan Clara pun duduk di samping Andra menunggunya untuk beristirahat. Clara terus berpikir memikirkan tentang penyebab Andra merasakan sakit kepala karena tadi ia tidak di sampingnya jadi tidak tahu yang baru saja Andra lakukan. Sebenarnya Clara ingin bertanya pada Andra, tetapi melihat kondisi Andra yang sepertinya masih merasakan sakit kepala jadi Clara pun mengurungkan niatnya.
'Sebenarnya apa yang membuat Andra mermasakan sakit kepala? Dia baru saja mengingat apa?' batin Clara yang berpikir keras.
'Salahku tadi aku tidak berada di sampingnya. Jadi, aku tidak tahu apa yang tadi Andra lakukan sebelum merasakan sakit. Pasti Andra berusaha mengingat masa lalunya. Secara menurut dokter memang jika memaksakan untuk mengingat akan membuatnya merasakan sakit kepala yang laur biasa.' Batin Clara lagi.
Andra yang melihat Clara terdiam, ia pun berkata padanya meminta di ambilkan ponselnya. "Bisakah aku minta tolong padamu? Tolong ambilkan ponselku, ya?"
"Ponselmu?" seru Clara.
"Iya, aku sudah lama tidak mengecek ponselku."
Clara pun terdiam sejenak setelah berpikir bahwa dirinya tidak tahu di mana ponsel Andra. Clara teringat sesuatu dan berkata, "Bukannya ponselmu hilang, ya? Kau 'kan mengalami kecelakaan saat itu. Tentu saja ponselmu ada bersamamu di mobil yang kau kendarai."
"Astaga, aku bahkan melupakannya."
"Hm … kalau kau mau menghubungi seseorang. Biar aku yang menghubunginya, ak—"
"Tidak perlu, aku hanya ingin mengecek ponselku saja tadi. Aku lupa kalau ponselku hilang," ucap Andra yang memotong ucapan Clara.
"Hm … kalau begitu, aku nanti akan menyuruh orang untuk membelikan ponsel baru untuk mengganti ponselmu."
"Baiklah, terima kasih."
"Iya, sebaiknya sekarang kau istirahat saja. Kau masih merasakan sakit, bukan?"
"Tidak, sakitnya usdah berkurang," jawab Andra lalu terduduk.
"Hei, sebaiknya kau berbaring saja. Kepalamu masih terasa sakit, bukan?"
"Sudah tidak terlalu, kau jangan terlalu mengkhawatirkanku."
"Tapi, aku takut kalau nanti ka—"
"Aku tidak apa-apa, kau tenang saja. Jangan berlebihan mengkhawatirkanku," ucap Andra yang memotong ucapan Clara.
"Baiklah, terserah kau saja."
"Iya."
'Apa aku tanyakan saja, ya? Biar aku tidak penasaran, sepertinya juga Andra sudah terlihat baik-baik saja. Jadi, mungkin tidak masalah jika aku menanyakan kenapa dirinya bisa tiba-tiba merasakan sakit kepala.' Batin Clara yang berniat ingin menanyakan penyebab Andra merasakan sakit kepala.
"Hm … Andra," ucap Clara yang memanggil Andra membuatnya menoleh.
"Ada apa?"
"Kau itu kenapa? Kenapa kau tiba-tiba sakit kepala? Apa kau baru saja mengingat sesuatu?" ucap Clara yang menanyakan berbagai pertanyaan pada Andra.
Andra pun terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Clara. Ia menjadi teringat saat dirinya tadi di ruang baca yang tengah memegang buku fisikia masa sekolah menengahnya. Andra pun menunduk lalu berkata, "Iya, aku mengingat masa laluku dulu."
"Memangnya apa yang kau ingat? Kenapa membuatmu merasakan sakit kepala?" tanya Clara yang penasaran.
"Itu bukan urusanmu, lagi pula itu juga hanya ingatan masa laluku."
"Bagaimana pun aku istrimu, jadi setiap urusan mengenai dirimu itu juga urusanku."
"Kau ingin mencampuri urusanku?"
"Kenapa kau menjadi sensitif seperti ini, Andra?"
"Hm … maaf, sekarang aku tidak ingin membahas mengenai apapun."
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri di kamar ini?" ucap Andra lagi yang mengusir Clara dengan halus memintanya untuk keluar dari kamar.
"Kau mengusirku?"
"Apa aku terlihat mengusirmu? Aku hanya memintamu keluar untuk meninggalkanku sendiri di kamar ini. Aku ingin menghabiskan waktu bersama diriku sendiri, aku ingin sebuah ketenanagan untuk diriku."
"Samuel, aku tidak mungkin meninggalkanmu. Apa lagi meninggalkanmu di kamar sendiri. Aku tidak mau, nanti kalau kau ke—"
"Kenapa kau sepertinya tidak bisa memahamiku?" ucap Samuel yang memotong ucapan Clara.
"Aku hanya khawatir jika meninggalkanmu di kamar ini sendiri. Jika nanti kau membutuhkan sesuatu bagaimana?"
"Nanti aku akan menghubungi pelayan untuk membantuku."
"Tapi, Andra ka—"
"Sudahlah, tolong berikan aku waktu untuk merenung!" ucap Samuel yang memotong ucapan Clara yang memang enggan keluar dari kamar dan sedang memberikan berbagai alasan agar tidak keluar dari kamar dan tetap berada di dalam kamar lebih tepatnya di sisi Andra.
"Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu."
"Iya, bisa … tapi hanya sebentar saja ya karena sudah mulai kelabaklan dan gerasa-gerusu.
aku ingin menghabiskan waktuku dengan diriku sendiri. Tolong mengertilah diriku," ucap Clara yang memohon.
"Tapi, ak—"
"Apa kau sama sekali tidak bisa mengerti akan diriku?" ucap Andra yang memotong ucapan Clara dan membuatnya menunduk.