Kondisi Andra sudah membaik, ia pun bisa pulang hari ini. Mama Amara mengusulkan ide untuk membawa Andra kembali ke Kediaman Mahardika. Hal itu dilakukannya agar Andra bisa cepat pulih dan kembali mengingat semua peristiwa yang di lupakannya. Mama Amara pun meminta izin terlebih dahulu pada Clara selaku istri Andra.
"Clara, mama tahu kau pasti sedih dengan kondisi Andra saat ini," ucap Mama Amara pada Clara.
Clara pun menoleh pada Mama Amara dan berkata, "Mama juga sedih dengan hal itu bukan?"
"Tentu saja, Sayang. Mama tahu bagaimana perasaanmu saat ini karena mama juga pasti akan sedih sekali jika mama berada di posisimu. Suami sendiri tidak ingat dengan diri kita, pasti itu sangat menyakitka."
'Mungkin jika Mama akan merasakan seperti itu sangat menyakitkan karena Mama mencintai Papa Surya. Tapi, kalau aku … aku sama sekali tidak mencintainya. Lebih tepatnya tidak akan lagi mencintainya, semua rasa cintaku kini sudah berubah menjadi benci.' Batin Clara yang menahan semua rasa sesak itu.
Melihat Clara yang terdiam Mama Amara pun meraih tangannya dan kembali berkata, "Mama sangat tahu, kau sangat sedih. Tapi, kau jangan berkecil hati, ya. Mama akan berusaha membantu Andra mengingat kembali semuanya."
"Iya, Ma. Sebelumnya terima kasih banyak."
"Tidak, Sayang. Kau tidak perlu berterima kasih karena memang mama sebagai orangtuanya harus membantunya."
Clara pun tersenyum dan berkata, "Iya, Ma."
"Clara Sayang … mengingat kondisi Andra saat ini yang sedang amnesia. Mungkin alangkah baiknya jika nanti Andra pulang ke Kediaman Mahardika saja."
Clara terkejut mendengar ucapan Mama Amara dan berkata, "Maksud Mama … Andra akan pulang ke rumah Mama dan papa?"
"Iya, Sayang."
'Jika Andra pulang ke rumah orangtuanya lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan dendamku? Apa semuanya berakhir di sini?' batin Clara.
"Kau tenang saja, Clara … mama akan merawat Andra dengan baik. Mama akan membantumu," ucap Mama Amara lagi karena Clara terdiam.
"Maksud, Mama?" tanya Clara yang tidak mengerti.
"Mama akan membantu merawat Andra, kita merawatnya bersama-sama di Kediaman Mahardika. Kau juga tinggal bersama kami di sana. Sebelum itu mama meminta izin kepadamu dulu. Kau 'kan istri Andra, bagaimana pun keputusan ada di tanganmu. Mama mengusulkan hal ini itu semua demi kesembuhan dan kebaikan Andra. Mama tidak ingin melihat Andra seperti ini, mama juga ingin Andra cepat sembuh dan mengingat semuanya. Terutama mengingat kau istrinya," jelas Mama Amara.
"Jadi … mama ingin Andra dan aku tinggal bersama mama dan papa di Kediaman Mahardika?"
"Iya, Sayang. Kau mau 'kan tinggal bersama Andra di Kediaman Mahardika?"
"Hm … iya, Ma. Aku mau tinggal di Kediaman Mahardika."
Mama Amara pun tersenyum senang sembari berkata, "Syukurlah kalau kau setuju untuk tinggal di Kediaman Mahardika."
"Iya, Ma."
"Kalau begitu, kau bersiap ya. Kita akan pulang ke Kediaman Mahardika hari ini karena Andra sudah bisa pulang hari ini."
Clara pun mengangguk sembari menjawab, "Iya, Ma."
"Kalau begitu, mama temui Andra dulu ya di dalam."
"Iya, Ma. Silakan," jawab Clara sembari tersenyum dan melihat Mama Amara masuk ke dalam kamar rawat Andra.
Clara masih termenung duduk di kursi tunggu depan ruangan rawat Andra. Ia sedang memikirkan tentang kehidupannya selanjutnya. Alasan Clara menikah dengan Andra adalah untuk membalas dendam. Sedangkan Andra kini justru mengalami amnesia, hal itu membuat Clara tidak bisa melakukan pembalasan dendamnya.
Sebelum Andra mengalami amnesia, Clara menggunakan Sheira yang dulunya kekasih Andra. Shiera merupakan sosok yang Andra cintai, dulu Clara mneggunakannya untuk menyakiti Andra. Jika wanita yang di sakitinya terluka maka Andra juga terluka. Maka dari itu Clara menggunakan wanita itu untuk melukai Andra.
Clara ingin Andra merasakan apa yang dulu ia rasakan. Merasakan sakit hati yang mendalam bahkan melebihi dari sakit hati. Apa yang dilakukan Andra di masa lalu pada Clara tidak bisa dilupakan. Clara membawa luka lama itu dalam benaknya, jadi Clara akan selalu ingat bagaiamana dulu Andra memperlakukannya.
'Sekarang dia mengalami amnesia. Lalu bagaimana aku membalaskan dendamku?' batin Clara.
'Dulu aku menggunakan Sheira untuk menyakitinya, tapi sekarang dia amnesia. Tentu saja tidak ingat dengan Sheira. Lalu aku harus menggunakan cara apa untuk membalas dendamku pada Andra?' batin Clara yang bimbang.
***
Sesuai dengan keinginan Mama Amara, Andra pun pulang ke Kediaman Mahardika. Mengingat kondisi Andra yang belum pulih dan juga karena amnesia-nya. Mama Amara tidak ingin Andra merasa tidak nyaman jika pulang ke kediamannya hanya bersama Clara saja. Apalagi Andra juga tidak mengingat Clara pasti nanti semuanya akan terlihat cangung. Karena itulah Mama Amara berinisiatif untuk mengajak Andra dan Clara pulang ke rumah Kediaman Mahardika.
Mama Amara meminta semua pelayan dan penjaga bersiap untuk menyambut kepulangan Andra. Mengingat Andra dan Clara akan pulang ke Kediaman Mahardika. Jadi, Mama Amara meminta Nina ketua pelayan di Kediaman Andra untuk datang ke Kediaman Mahardika membawakan pakaian Andra dan Clara.
Sebelumnya Nina adalah pelayan khusus dari Mama Amara, tetapi semenjak Andra sudah menikah dengan Clara. Mama Amara meminta Nina untuk bekerja pada Andra dan Clara, ia memintanya untuk menjadi ketua pelayan di Kediaman Andra. Nina sangat dekat dengan Mama Amara karena dulu setiap hari selalu bersama dengannya.
Semua keluarga seperti Mama Amara, Papa Surya dan juga Clara berada dalam ruangan Andra. Mereka bersiap dengan kepulangan Andra, Papa Surya yang sebelumnya tidak percaya dengan Andra. Dia pun meminta maaf pada Andra sebelum mereka semua pulang dari rumah sakit.
"Andra," panggil Papa Surya sembari mendekat pada Andra.
"Iya, Pa."
"Maafkan papa, ya? Papa … tidak percaya denganmu. Papa seperti itu karena papa khawatir kalau terjadi sesuatu pada mamamu. Jika saja kau bukan Andra melainkan penjahat maka nyawa semua keluarga sangat di pertaruhkan."
"Pa … aku tahu, Papa pasti sangat waspada terhadapku. Tapi, Papa tidak usah meminta maaf karena Papa tidak salah."
"Tapi, Nak. Papa salah, papa tidak mempercayaimu."
Andra pun tersenyum sembari berkata, "Pa, aku mengerti dirimu. Jika aku dalam situasi itu pun pasti aku tidak percaya kalau ada seseorang yang mengaku sebagai anggota keluarga. Walaupun dirinya sangat mirip, aku juga tidak akan langsung percaya. Pasti aku juga melakukan hal yang sama seperti Papa. Melakukan penyelidikan lebih lanjut terlebih dahulu sebelum mempercayainya."
Papa Surya sangat terharu dengan ucapan Andra, ia pun memeluk Andra sembari berkata, "Kau memang anakku. Andra …."
"Iya, Pa. Aku ini anakmu."
"Iya, Sayang. Benar, tidak di ragukan lagi. Kau memang Andra anakku.."
Mama Amara yang melihat keharuan anak dan ayah itu pun tersenyum. "Mama sangat senang melihat kalian berdua seperti ini."
"Ma … maafkan papa, ya? Papa salah," ucap Papa Surya yang juga meminta maaf pada Mama Amara.
"Kau tidak usah meminta maaf, Pa. Benar apa kata Andra, kau tidak salah."
"Hm … tetap saja aku merasa bersalah."
"Sudahah, Ma … Pa. Lupakan saja hal itu yang penting sekarang kalian sudah yakin kalau aku ini memang Andra anak kalian."
"Iya, Sayang," jawab Mama Amara sembari mengelus rambut Andra.
'Melihat sebuah keluarga yang harmonis seperti itu. Aku jadi merasa tidak enak hati dengan keberadaanku di sini. Terlebih lagi aku di sini hanya untuk balas dendam.' Batin Clara yang melihat keharmonisan keluarga mertuanya itu.
"Ya, sudah sebaiknya kita pulang sekarang, ya," ucap Papa Surya.
"Iya, Pa. Ayo," jawab Andra yang senang karena akan segera pulang.
"Hati-hati, Sayang," ucap Mama Amara yang sembari membantu Andra melangkah. Mereka pun kembali ke Kediaman Mahardika bersama-sama.