Chereads / The Revenge wedding / Chapter 3 - MEMERIKSA IDENTITAS ASLI

Chapter 3 - MEMERIKSA IDENTITAS ASLI

Saat Andra akan di bawa ke kantor polisi, tiba-tiba saja komplotan polisi pun datang dan terkejut saat melihat sosok Andra. Komandan polisi pun membulatkan matanya sembari memikirkan sesuatu. Terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka mulutnya dan berkata, "Tuan Muda Andra?"

"Pak Komandan, tangkap dia! Dia pria yang mengaku sebagai Andra untuk menipu keluarga kami," ucap Papa Surya yang memberi perintah pada komandan polisi.

"Tunggu, kau bilang apa tadi, Tuan Besar? Kau mengatakan Tuan Muda ini penipu?" tanya komandan polisi.

"Kenapa kau memanggilnya dengan Tuan Muda? Dia ini penipu, mengaku sebagai Andra!"

Komandan polisi itu pun terdiam sembari berpikir kembali. Papa Surya yang menatapnya pun berkata, "Tunggu apa lagi, Komandan? Tanggap dia! Bawa dia ke sel penjara!"

Mama Amara pun berseru, "Jangan! Jangan bawa anakku!"

"Ma …," seru Andra yang menatap Mama Amara.

"Tunggu, Tuan Besar."

"Kenapa lagi? Cepat bawa dia!"

"Sepertinya ada yang salah paham di sini."

"Apa yang salah paham?

Komandan polisi pun mengatakan bahwa seharusnya ada dua korban yang di temukan di dalam jurang. Namun, hanya satu korban yang di temukan yang di duga adalah jasad Andra. Saat itu tim penyidik mengira kalau hanya ada satu korban dalam kecelakaan itu yaitu hanya Andra yang berada dalam mobil yang mengendarainya.

Sehingga setelah di temukan sosok jasad di jurang semua beranggapan bahwa jasad itu adalah Andra. Namun, setelag kepolisian yang baru-baru ini mendapat kabar bahwa ada dua korban pun mendatangi Kediaman Mahardia untuk membawa kembali jasad yang di duga adalah Andra untuk di otopsi. Sebelumnya karena permintaan pihak keluarga jasad itu tidak di otopsi karena itulah polisi ingin melakukan otopsi agar jasadnya benar terbukti jasad Andra.

Saat komandan polisi melihat sosok yang mirip dengan Andra di Kediaman Mahardika. Dia semakin curiga kalau yang ada dalam peti mati bukanlah Andra melainkan korban yang tertabrak pada saat kecelakan itu. Komandan polisi pun meminta sosok yang mirip dengan Andra untuk di periksa di rumah sakit untuk memastikan identitasnya apakah benar pengakuannya itu.

"Tuan Besar, sebelumnya saya meminta maaf pada Anda dan sekeluarga. Kami sebelumnya memang sudah mengatakan kalau jasad yang kemarin kami temukan itu adalah jasad Tuan Muda Andra. Tapi … setelah mendengar pengakuan dari supir truk yang menabrak mobil Tuan Muda. Dia mengatakan kalau dirinya juga menabrak seorang pejalan kaki yang ikut terseret ke jurang bersama denga mobil Tuan Muda. Jadi, kedatangan kami ingin melakukan otopsi terhadap jasad Tuan Muda. Kemarin Tuan Besar dan sekeluarga memang meminta untuk tidak di lakukan otopsi karena ingin mempercepat pemakamannya. Akan tetapi, setelah mendengar pengakuan dari pelaku saya kira pelu di lakukan otopsi untuk kejelasan identiasnya," jelas komandan polisi.

Papa Surya pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bagaimana bisa? Kenapa kau tidak mengatakan hal itu kemarin? Dan kau baru mengatakan hari ini tentang dua korban itu."

"Maaf, Tuan Besar. Kemarin supir truk itu belum sadarkan diri tadi pagi barulah dia sadar dan mengatakan semua itu setelah tim penyidik meminta keterangan darinya."

"Kenapa bisa seperti itu?"

"Maaf, seharusnya memang di lakukan otopsi terlebih dahulu sebelum menyerahkannya kemarin. Ini memang kesalahan dari kami."

"Pa … itu artinya memang benar dia Andra anak kita," ucap Mama Amara yang semakin yakin.

Papa Surya pun menatap Andra dan berkata, "Tidak, Ma. Kita tidak bisa percaya dengannya begitu saja."

"Tuan Besar, bisa saja memang benar dia Tuan Muda Andra," sahut komandan polisi.

"Apa yang kau katakan ini? Jelas-jelas dia ini penipu!"

"Bagaimana bisa Tuan Besar mengatakan seperti itu?"

"Jelas-jelas dia tidak mengenal istrinya sendiri. Mungkin dia memang menipu sebagai Andra, tapi tidak tau dengan jelas lingkungan keluarganya. Maka dari itu dia tidak mengenal istrinya Andra."

Komandan polisi pun menghampiri Andra yang masih dalam genggaman para penjaga. "Tuan Muda, apa benar kau tidak mengingat istrimu sendiri?"

Andra pun menoleh pada Clara sosok yang disebut semua orang sebagai istrinya. "A-aku … memang tidak mengenalnya. Tapi, aku ini Andra. Aku tidak penipu kalian semua, aku ini Andra Mahardika."

"Cukup omong kosongmu, Anak Muda!" ucap papa Surya.

"Tuan Muda tidak ingat dengan Nyonya Muda? Kalau begitu tentang kecelakan kemarin, apa Tuan Muda masih mengingat kejadian itu?"

'Andra benar-benar tidak mengingatku? Apa dia sengaja melakukan itu karena dia ingin lepas dariku dan kembali pada Sheira? Atau justru benar apa kata Papa Surya kalau … dia bukan Andra, melainkan orang jahat yang ingin menipu kita semua.' Batin Clara yang terus berpikir.

Andra pun berusaha mengingatnya, tetapi justru kepalanya terasa sakit. "Ahk, aku tidak mengingat saat kecelakaan itu."

"Andra kau kenapa, Sayang?" tanya Mama Amara yang panik karena melihat Andra kesakitan.

"Aku tidak apa-apa, Ma. Hanya saja kepalaku sakit."

"Dia hanya berpura-pura saja untuk mengelabuhi kita. Jangan ada yang percaya dengannya!" sahut Papa Surya yang memang tidak percaya dengan Andra.

"Pa … kenapa Papa mengatakan hal seperti itu. Apa Papa tidak percaya dengan anak kita?"

"Ma, dia bukan anak kita!"

"Dia anak kita, Pa!"

"Kau begitu yakin dengannya Amara karena kau sudah termakan omongannya!"

"Karena aku memiliki ikatan yang kuat bahwa dia memang anakku!"

Mama Amara pun menoleh pada Clara dan berkata, "Clara … kau juga percaya dengan Mama, 'kan? Kau percaya bahwa ini adalah Andra suamimu."

Clara pun terdiam sejenak sebelum menatap sosk yang mirip dengan Andra lalu berkata, "Aku … aku tidak tahu, Ma. Aku harus percaya atau tidak dengannya yang jelas aku kecewa karena bagaimana mungkin seorang suami melupakan istrinya sendiri."

"Clara ka—"

"Ma, dengar apa Clara. Dia bahkan tidak percaya dengannya."

"Pa, Clara bukan tidak percaya dia hanya kecewa saja."

"Itu sama saja, Ma."

"Sebelumnya mohon maaf, jika saya lancang berbicara dalam perbincangan kalian. Tapi, saya di sini ingin memperjelas semuanya. Melihat sosok pria ini mirip sekali dengan Tuan Muda bisa jadi memang benar dia Tuan Muda. Untuk itu sebaiknya kita cek identitasnya di rumah sakit saja. Biar dokter memeriksanya dan mendiaknosa dirinya dengan begitu kita bisa tau identitas dirinya yang sebenarnya," ucap komandan polisi yang mengutarakan idenya.

"Kau benar, sebaiknya kita ke rumah sakit untuk memeriksakannya. Agar kita juga cepat tahu siapa identitasnya sebenarnya," jawab Papa Surya yang setuju.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi ke rumah sakit kepolisan saja. Sekalian membawa jasad itu untuk di otopsi."

"Ya, tidak masalah."

***

Semua tengah menunggu hasli pemeriksaan dari Andra, dia melalui semua pemeriksaan dari CT scan, pemeriksaan sidik jari, hingga pemeriksaan manual seperti denyut nadi, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah dan lainnya. Tim medis memeriksa semuanya dengan sangat baik agar haslinya pun memuaskan untuk semuanya.

Perawat dan dokter pun keluar dari ruang pemeriksaan. Ia pun mengatakan bahwa pemeriksaan berjalan dengan lancar. Adanya beberapa luka pada Andra membuatnya di sarankan untuk menginap agar bisa melakuakan pemeriksaan lebih lanjut. Pasalnya jika ingin mengetahui secara detail kesehatannya harus melakukan serangkaian pemeriksaan yang banyak itu pun memerlukan waktu untuk segera mendapatkan haslinya.

"Bagaiamna, Dok? Kondisi anak saya, apa dia baik-baik saja?" tanya Mama Amara.

Dokter itu pun tersenyum dan berkata, "Sepertinya tidak ada masalah yang serius hanya saja pa—"

"Hanya saja apa, Dok? Kenapa anakku?" tanya Mama Amara yang memotong ucapan sang dokter.

"Hanya saja dia memiliki banyak luka lebab dan beberapa cidera lainnya. Saya sarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan lebih lanjut. Tapi, memang untuk haslinya memakan waktu beberapa hari."

"Tidak masalah, Dok. Lakukan yang terbaik untuk anak saya."

"Dokter … lalu soal identitasnya bagaiamna? Apa bisa keluar hari ini pemeriksaan sidik jarinya?" tanya komandan polisi.

"Iya, Pak. Nanti sore hasil pemeriksaan bisa keluar bersamaan dengan hasli rontgen."

"Baiklah, kalau begitu apa kami bisaa menemuinya?"

"Silakan saja, tapi satu-satu."

"Kalau begitu, silakan siapa yang mau masuk pertama menemuinya?" tanya komandan pada semua keluarga.

'Apa sebaiknya aku orang pertama yang menemuinya? Agar aku bisa memastikan kalau itu Andra atau bukan. Selain itu juga aku sangat penasaran dengan Andra yang berpura-pura melupakanku.' Batin Clara.

"Ma … apa boleh aku yang pertama kali masuk menemui Andra?" tanya Clara yang ingin masuk terlebih dahulu karena ingin bicara dengan Andra.

"Clara, tapi dia bukan Andra. Identitasnya belum jelas," sahut Papa Surya.

"Pa … aku tahu itu, tapi aku ingin bicara dengannya. Aku ingin memastikan apa benar dia lupa denganku atau justru dia hanya berpura-pura meluapkan aku."

"Untuk apa Andra melakukan itu? Sudah jelas dia memang bukan Andra."

'Karena dia ingin kembali menyatu dengan Sheira.' Batin Clara.

"Mungkin Andra memiliki alasan tersendiri untuk itu. Jadi, tolong izinkan aku menemuinya terlebih dahulu."

Mama Amara pun mendekat pada Clara dan berkata, "Baiklah, Sayang. Kau boleh yang pertama menemuinya, kau jaga Andra dengan baik, ya?"

"Iya, terima kasih. Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu, ya."

"Iya, Sayang. pergilah …."

Clara pun masuk ke dalam ruang pemeriksaan, ia mendapati Andra yang terbaring. Langkah kakinya mendekat menuju ranjang, Andra pun terus menatapnya tanpa kata. Hingga Clara sampai tepat di hadapannya mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Mau apa kau ke sini?" tanya Andra yang membuka pembicaraan.

Clara pun tersenyum lalu berkata, "Tentu saja untuk melihat suamiku."

"Suamimu? Aku bahkan tidak mengenalmu dan kau justru menganggapku suamimu?"

'Kenapa Andra pura-pura melupakanku? Atau benar dia bukan Andra? Baiklah, aku punya cara untuk membuktikannya.' Batin Clara yang terpikir sebuah ide.

Clara pun terduduk di ranjang Andra dan berkata, "Kau memang suamiku."

"Jangan mendekat padaku?"

Clara pun mendekakan wajahnya dengan Andra, tangannya pun meraih dadanya dan berkata, "Memangnya kenapa? Kita ini suami istri bahkan kita sudah terbiasa melakuan lebih dari ini."

"Kau pastinya tau apa maksudku," ucap Clara lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Andra secara perlahan. Kini bibir mereka pun menyatu sebuah ciuman mendarat pada bibir Andra.

'Astaga … Andra tidak menahanku.' Batin Clara yang sembari melebarkan matanya menatap Andra dengan sangat dekat.