Chereads / HELLO, MY DESTINY / Chapter 1 - BAB 1

HELLO, MY DESTINY

Ineke_J
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB 1

Atrion Cafe cukup lengang malam ini. Makanannya enak enak, banyak makanan western maupun asian food ditambah harga yang cukup terjangkau oleh segala kalangan membuat Atrion Cafe cukup terkenal dan jarang sekali sepi pengunjung.

Suasana nya pun sangat cozy, sehingga banyak yang betah untuk berlama lama di sana.

"Sudah lah hentikan lelucon ini David. Sungguh gak lucu lo tangisin Aprilia sampai kaya gini." David menatap Irene galak.

"Bisa bisanya lo ngomong gitu Irene"

"Gue ama April tuh bukan baru sebulan dua bulan pacaran. Kita udah hampir 3 tahun pacaran dari gue lulus kuliah"

Sahut David dengan kesal.

Irene jengah melihat drama dadakan David. Ia kira David hanya ingin mentraktirnya makan saja, jika tahu bakal begini menjadi tempat berkeluh kesahnya David. Lebih baik ia di kamarnya saja mengerjakan pekerjaaan pekerjaan yang belum usai sambil bersantai menonton drama korea kesayangannya.

"Dengar David, kenapa lo harus kesal kalau Irene mutusin lo? Ini semua kan akibat ulah lo sendiri."

"Jangan ngarep gue bakal kasihan ke lo." Irene ingin sekali memukul kepala David. Sungguh sangat menyebalkan pria di hadapannya ini. Wajahnya lusuh, rambut pun acak acakan, berantakan sekali penampilannya.

Hari ini di kantor pun sudah cukup menguras emosi nya, dateline padat, atasan marah marah terus, banyak miss pekerjaan anak buahnya, kepalanya sudah hampir meledak akibat stress berat.

Irene pikir dia bisa menenangkan pikirannya yang sedang bercabang di sana sini dengan pergi makan santai bersama David. Tapi malah David disini menambah beban pikirannya saja dengan berkeluh kesah tentang drama percintaannya.

"Tapi kan loe temen gw, mau ke siapa lagi gw curhat dong. Please deh kali ini jangan ngehakimin gw dulu, besok besok silahkan lo maki maki gw. Hari ini gw galau banget gabut dirumah, kerjaan kantor banyak, bos gue marah marah terus dari tadi"

"Mau ajak temen temen cowo gw hangout dah pasti mereka ajak gw ke club, yang ada nanti April makin marah nyangka gw malah happy happy ama anak anak dikala dia mutusin gw."

Irene menepuk nepuk bahu David sayang, meski menyebalkan sekali, tapi David salah satu kawan baik kesayangannya. Padahal David adalah rivalnya dalam pekerjaan.

Mereka berdua bekerja di kantor berbeda dan sering kali bersaing dalam mendapatkan tender. Jika dalam urusan pekerjaan, mereka memang bersebrangan demi kelancaran karir masing masing.

Diluar kantor, mereka sahabat sejak mereka masih di bangku kuliah namun tetap lah profesionalisme pekerjaan harus di jaga.

Setiap ada waktu luang, jika tidak sedang sibuk dengan urusan masing masing, mereka suka menyempatkan hangout, terkadang bersama kawan kawan akrab mereka lainnya terkadang double date dengan pasangan masing masing, atau hanya berdua saja.

Irene berusaha menyabar nyabarkan diri, meminum minumannya dan menarik nafas lelah.

"David dengar, seharusnya lo bisa berfikir panjang sebelum lo tebar pesona kesana sini. Lo bilang lo cinta April, tapi lo selingkuh sana sini. Terus Lo ngarep April mau maaafin lo? Kalo gw jadi April sih gw ogah maafin cowok kaya lo" David semakin kesal dengan Irene.

"Tapi kan gw ga pernah serius sama mereka, mereka goda gw. Ya gw sebagai lelaki lemah iman dong, ya emang gw salah, tapi please dong ren bujuk april biar mau maafin gw" rengek David.

"Ga mau David, gw ga mau bujuk April buat balik sama lo. Inget ga sekali dua kali lu kaya giniin dia. Gue sering ingetin lo ya buat ga main api, tapi omongan gue selalu lo anggep angin lalu kan, masuk kuping kiri keluar kuping kanan."

"Gue aja yakin nih April juga bakal ngambek ke gue karena selalu nutupin kelakuan Lo. Ah males kan gue jadinya, lo yang pacaran, gue yang ribet." Eluh Irene.

"Udah lah David, biar aja April dapat pengganti Lo yang lebih baik. Lo sadar diri deh, kalo Lo bukan pacar yang baik. Kali aja dia bahagia sama nanti pacar baru nya." David melotot horor mendengar omongan Irene.

Opsi macam apa ini, tentu saja dia tak akan rela April putus dengannya, ditambah lagi membayangkan April dengan lelaki lain. Tidak tidak, itu tak boleh terjadi.

"Enak aja kalo ngomong sembarangan,

mereka semua cewe cewe itu hanya main main Ren. Yang gue cinta cuma April aja, dari dulu cuma dia seorang Ren. Gue emang salah bener ga bisa nahan godaan. Namanya juga masih muda umur kita, masih banyak mau coba ini itu. Tapi serius, cuma April yang gue seriusin."

"Gue kerja keras juga buat dia Ren, biar gue cepet mapan dan bisa ngelamar dia lah dua tahun lagi. Beli rumah idaman yang dia mau, nabung biar bisa ajak dia honeymoon kemanapun dia mau." Ujarnya sedih penuh penyesalan.

"Nah, lo banyak rencana ke depan, tapi lo sendiri ga bisa jaga komitmen. Percuma mapan kalau lo selingkuh terus, dari cewek yang satu ke cewek yang lain. Kalo lo emang cinta, ya lo harusnya setia, apapun godaannya." Lanjut Irene sambil memilih menu untuk dia makan. Sudah sangat meronta ronta cacing cacing di perutnya ingin di isi makanan.

Dia ingin lekas pulang dan beristirahat, yang penting sekarang dia makan enak dan tentu saja David yang bayar, anggap saja kompensasi karena David sudah menyita waktunya yang berharga.

"Please Ren, bantu gue ya. Kali ini gue janji bakal berubah bener bener Ren. Gue dah coba hubungin April, tapi dia blokir gue. Gue ke apartmentnya, dia ga mau bukain pintu. Gue jamin dia bakal ngehindar dari gue nih."

"Iya iya please berhenti merengek David. Nanti gue bantu lo buat nyoba ngobrol sama April, tapi gue ga bisa janji ya dia bakal maafin lo. Dia patah hati dude atas tingkah laku lo ke dia."

Makanan sudah sampai di meja mereka, Irene lekas menghabisskan makanannya. David hanya memesan minuman saja, ia sedang tak nafsu makan. Padahal Semua makanannya lezat, cita rasa masakan Atrion Cafe patut di beri bintang 5.

Musik mengalun membuat suasana semakin syahdu saja. David sibuk melamun, mungkin masih memikirkan cara dan beribu alasan agar April bisa memaafkannya lagi. Penyesalan selalu datang terlambat. Memang ia brengsek sudah menyakiti orang yang selama ini selalu mensupportnya.

Setelah makan, mereka berbincang ringan sebentar sebelum kembali ke tempat tinggal masing masing. Tak sabar rasanya Irene ingin segera menyegarkan diri setelah menjalani hari panjang yang melelahkan.

Jalanan macet sekali meski malam sudah semakin larut, begitulah potret ibukota sehari hari. Tiada hari tanpa macet, sangat menyebalkan. Perut yang sudah kenyang bisa lapar lagi ketika sampai apartmentnya. Sangat menguras emosi jika meyetir sendiri.