Chereads / HELLO, MY DESTINY / Chapter 5 - BAB 5

Chapter 5 - BAB 5

Tiga hari berlalu dan Irene masih belum mau bertemu lagi dengan Fabian. Fabian juga tetap menghubunginya berkali kali namun Irene tetap enggan mengangkatnya. Fabian menjelaskan panjang lebar tentang ketidak siapannya berumah tangga.

Irene semakin kesal, selalu saja wacana pembahasan hanya berputar putar seperti itu. Fabian bahkan enggan berusaha untuk memperjuangkan hubungan mereka, begitu yang Irene rasa.

Bayangan indah tentang pernikahan, ah kandas sudah. Sekarang tinggal berfikir panjang saja, apakah ia siap melepas Fabian. Fabian merasa Irene tak akan memutuskannya karena masalah ini. Irene jadi merasa sebal bukan main.

Pekerjaan di kantor benar benar membantunya dalam melupakan sesaat masalah percintaannya. Ia makin giat bekerja, biasanya jika lembur Irene akan mengeluh, sekarang ia malah senang. Selain dapat uang gaji double plus bonus, ia jadi tak cepat cepat pulang ke apartment dan meratapi nasibnya.

Seandainya saja Ia tinggal bersama keluarganya, pasti tidak sepi seperti di apartmentnya. Hampa rasanya seorang diri tanpa teman bicara. Bosan sudah pasti sering melanda.

"Gue duluan ya Ren,"

"Udah malem Ren, lanjut di rumah aja sih Ren," pamit Anggi kawan kantornya.

"Iya duluan aja Gi, nanti abis ini gue nyusul balik. Nanggung nih." Ujar Irene.

Irene bahkan tak sadar sekarang sudah cukup larut. Jarum jam di arlojinya sudah menunjukkan pukul 19.47. Banyak sekali pekerjaan yang belum usai. Tapi kantor memang sudah mulai sepi. Ah lebih baik ia lanjutkan nanti malam saja pekerjaannya.

Irene membereskan berkas berkas, mematikan komputernya, dan bersiap siap pulang. Perutnya sudah lapar sekali. Ingin mampir makan, tetapi dia sudah sangat lelah, jadi ia memutuskan ingin memesan makanan online saja.

Dering panggilan handphonenya berbunyi berkali kali. Ternyata David yang menghubunginya. Irene mengangkatnya.

"Ren, dimana ?" tanya David.

"Baru mau balik nih, kenapa dav?" Irene balik bertanya.

"Belum sampe apartment Lo dong ya berati, kumpul sini yuk, gue lagi sama anak anak nih. Lagi senggang kan Lo? Ada acara gak malem ini?" Tanya David.

"Ada siapa aja Dav?" Sahut Irene.

"Kita lagi pada di rumah Kimmy nih, suaminya lagi ada project sama gue, jadi gue lagi di rumah dia nih. Sekalian aja gue panggil anak anak kesini, lama kita ga kumpul. Andreas, Tobias, Raka, udah disini. Lo dateng ya." Pinta David.

"Ren dateng yaaaa, gue dah masak banyak nih," terdengar teriakan Kimmy dari jauh. Irene tersenyum, ahh Kimmy, Irene selalu senang bertemu dengannya, selalu menaikkan mood jika berbicara dengannya.

"Iya Dav, gue kesana deh sekarang. Nih bentar lagi gue otw kesana, moga moga ga macet banget." Irene mengiyakan ajakan David dan Kimmy.

"Ajak aja Fabian, Ren"

"Gue aja belum ketemu dia lagi Dav seminggu ini."

"Gue kira udah baikan lagi. Lo baik baik aja kan?" Tanya David terdengar khawatir.

"Iya gue baik baik aja ko. Tunggu aja disana, mau dibawain apa?"

"Ga usah bawa apa apa Ren, dah cepet kesini, mumpung belum terlalu malam. Hati hati di jalan Ren."

"Iya, bye Dav." Irene terkekeh, David memang selalu seperti ini. Selalu care terhadapnya, meski sering juga bertingkah menyebalkan.

45 menit kemudian Irene sudah sampai di rumah Kimmy. Dari luar sudah terdengar teriakan para sahabatnya,

Irene segera masuk, terlihat para sahabatnya sedang asyik menonton bola, pantas saja sangat berisik.

"Hi Ren, udah sampai lo?" Tanya David.

Irene geleng geleng dengan pertanyaan bodoh David.

"Astaga, ya udah lah, kalo gue belum sampai, terus yang di depan lo ini siapa?" Sahabat sahabatnya yang lain langsung terbahak mendengar jawaban Irene.

"Ga bisa basa basi yang lain apa Lo Dav?" Tambah Tobias.

"Gak bawa apa apaan gitu Lo Ren?" Tanya Raka.

"Ih tadi gue tanya ke David, katanya ga usah bawa apa apa, jadinya gue ga bawa apa apa hahahah." Irene menjawab pertanyaan Raka sambil tertawa.

"Ya aturan Lo ga usah nanya lah, inisiatif aja sendiri" sambung David tak mau disalahkan.

"Males ah, capek gue. Males mampir mampir, males antri antri, mana macet di jalan, kapan sih gak macet ya ampun." Eluh Irene.

Irene mendudukkan tubuh lelah nya ke sofa di samping Andreas. Letih sekali sebenarnya dia.

"Jangan mimpi Jakarta bakal ga macet Ren, gak bakal kejadian." Tambah Raka lagi.

"Habis lembur atau habis darimana Ren, ko malem amat baru balik?" Tanya Andreas.

"Abis lembur gue nih. Banyak banget kerjaan, Kimmy mana?"

"Aturan bilang kalo capek, gue bisa jemput. Kimmy di belakang, ga tau lagi ngapain. Nyiapin makanan katanya, biar pas Lo dateng kita makan bareng katanya." Irene tersenyum, Andreas memang paling dewasa di antara kawan kawan lainnya.

"Gak lah, masa minta jemput. Nanti mobil gue gimana?"

"Taroh di kantor ga bakal hilang lah Ren."

"Makasih banyak, next deh kalo gue lagi cape bener nanti gue minta tolong jemput hahhaa. Gue ke belakang dulu ah, mau ke Kimmy."

Irene ke belakang dan melihat Kimmy sedang berkutat menyiapkan makanan.

"Lama banget sih sampenya Ren," Kimmy antusias sekali melihat Irene.

"Lama ga ketemu Lo deh, sibuk banget sih Lo." Eluh Kimmy.

"Ah lebay deh Lo Kim. Perasaan baru 3 Minggu lalu kita hangout. Kesannya kaya udah berbulan bulan aja kita ga ketemu." Kimmy tertawa. Irene turut membantu Kimmy.

"Eh udah ga usah Lo bantuin. Di depan aja sana sama anak anak. Lo aja cape kan baru balik kerja."

"Engga papa," jawab Irene.

"Ngomong ngomong mana Jess dan Josh?" Tanya Irene.

"Lagi di temenin tidur sama papanya. Kalau gue yang nemenin tidur, ah susah. Ga bakal cepet mereka tidur."

"David bilang Lo lagi ada masalah sama Fabian, cerita dong. Tega deh ga ngasih tau gue."

"Bingung gue Kimmy, mau cerita juga, masih ngegantung masalah gue sama Fabian." ujar Irene lirih.

"Oh sayangku, kan biasanya juga Lo cerita apa apa ke gue." Irene merasa terberkati sekali, banyak kawan yang sangat peduli dengannya.

"Gue minta kejelasan hubungan gue sama Fabian. Ya maunya sih dia cepet nikahin gue, tapi dia nya ga mau. Gue tadinya gertak mau putus sama dia kalau dia tetep ga mau mikirin panjang tentang hal ini terus."

"Asli deh Kim, gue iri bener sama Lo. Kita sepantaran, tapi anak Lo udah dua. Punya suami yang family man banget, tanggung jawab banget sama keluarga. Gue maunya kaya gitu juga. Apa salah ya Kim, apa muluk muluk mau gue?" Irene mengutarakan isi hatinya sedih.

"Galau banget asli gue Kim. Sedih juga sih, mau putus tapi masih cinta. Tapi gue ga mau di gantung gini Kim." lanjutnya.