Chereads / HELLO, MY DESTINY / Chapter 6 - BAB 6

Chapter 6 - BAB 6

Kimmy memandang Irene, Ia paham akan maunya Irene. Hampir semua wanita akan berkeinginan seperti itu, apalagi jika umur sudah cukup, karir sukses dan keuangan pun mapan. Apalagi yang di cari? Pasti berumah tangga ya kan.

Kimmy memang sangat bersyukur mendapatkan Aldio sebagai suaminya. Aldio berwajah cukup tampan, Mereka berpacaran semenjak Kimmy masih duduk di bangku SMA. Sering ikut di organisasi yang sama,membuat mereka cinta lokasi dan mulai menjalin hubungan.

Cinta monyet memang, tetapi berlanjut lama hingga mereka kuliah. Meski mereka mengambil kampus yang berbeda tetapi hubungan mereka berjalan lancar. Acap kali mereka bertengkar, tetapi selalu berbaikan kembali. Aldio termasuk orang yang lembut, namun sangat bekerja keras. Kimmy sangat mencintai Aldio, bahkan tak pernah Kimmy tergoda dengan lelaki lain yang kadang mendekatinya. Tipikal setia sekali memang Kimmy.

Aldio bukan berasal dari orang berada. Bahkan Aldio harus bekerja paruh waktu agar bisa membiayai kuliahnya. Itu yang Kimmy sangat suka dari Aldio. Kimmy pun bukan wanita matre yang memandang orang dari uang atau keluarganya bahkan status sosial.

Buat apa kaya jika mempunyai tabiat dan moral tak baik. Kesederhanaan Aldio banyak memberinya pelajaran juga, bahwa uang tak selalu membawa kebahagiaan. Dari hal kecil ataupun sederhana, jika tulus pun sangat memberi kebahagiaan tersendiri untuk Kimmy. Tak perlu barang barang mewah atau branded untuk selalu membuat bahagia bukan.

Hasil kerja keras Aldio tak sia sia. Lulus lebih cepat dengan nilai Cum Claude. Aldio pun mendapatkan Beasiswa S2 ke Belanda dan mendapatkan banyak tawaran pekerjaan yang bagus.

Aldio langsung melamar Kimmy, karena sudah tak ingin berlama lama berpacaran. Tak akan ada habisnya jika menunggu mapan. Itu pikir Aldio. Lebih baik kemapanan di kejar bersamaan dengan berumah tangga. Kimmy dan keluarganya pun menyambut baik keingin Aldio.

Kini mereka sudah memiliki dua anak yang sangat lucu dan menggemaskan. Aldio masih menginkan anak lagi, tetapi Kimmy sudah merasa cukup. Dua anak saja sudah membuat kepalanya sangat pusing.

Semenjak jadi Ibu. Kimmy menjadi sering berteriak, padahal dulunya ia sangat jarang berteriak emosi. Jangan salah sangka, namanya juga seorang ibu, emosi terkadang pernah lah apalagi jika anak anaknya berbuat nakal, tetapi hanya sesaat saja. Mana tega ia berlama lama kesal terhadap anaknya jika sudah melihat wajah menggemaskan anak anaknya.

Irene benar, Kimmy beruntung dan sangat menikmati kehidupannya sekarang. Kimmy melihat Irene merenung sedih.

"Ren, kadang yang kita pikir itu indah belum tentu seindah yang terlihat. Gue paham mau lo Ren. Iya sih umur 25 ya memang umur yang cukup matang buat menikah. Tapi, lo pikir lagi deh. Kalau memang Fabian belum siap, yang gue takutin malah nanti bisa jadi bencana di rumah tangga lo Ren." jelas Kimmy.

"Umur ga bisa lo jadikan patokan siap atau tidaknya menuju jenjang pernikahan. Asli Ren, ga sesimple yang lo pikir. Tunangan, nikah, punya anak dan karir bagus. Happy ending."

"Aldio sama gue nikah di umur kita masih muda, ya itu karena memang Aldio udah niat banget buat berumah tangga Ren, bahkan dari dia masih kuliah dan belum kerja."

"Tapi itu pun karena kita juga udah kenal lama dari kita SMA. Kalo baru kenal, gue juga mikir panjang pasti. Soalnya kadang sesudah nikah, baru bakal keliatan sisi sisi lain pasangan kita, sisi aslinya. Bukan sisi yang di perlihatkan waktu pacaran. Belum lagi juga sama sama harus saling masuk ke keluarga besar masing masing." jelas Kimmy.

Irene tertegun mendengar kata kata Kimmy. Benar juga yang diucapkan Kimmy. Ia jadi menyesal sekali terlalu memaksakan keinginannya terhadap Fabian. Apalagi dia sudah mendiami Fabian selama ini, terlalu kekanak kanakan sekali rasanya.

Irene mendekat dan memeluk Kimmy hangat.

"Terimakasih banyak ya Kim,"

"Makasih banget udah kasih masukan ke gue. Gue ngerasa salah banget jadinya sama Fabian. Moga dia ga marah balik deh ke gue."

"Nah lo coba deh hubungin balik dia, jangan nunggu apa apa lagi. Gak kangen memangnya??" ledek Kimmy. Irene terkekeh, ia pun sangat merindukan Fabian.

Irene lekas mengirim pesan singkat kepada Fabian, tapi Fabian tak membalasnya. Irene mencoba menghubunginya berkali kali pun sama, Fabian tak kunjung mengangkatnya. Irene mendesah, apa Fabian marah terhadapnya dan membalas perlakuan Irene kemarin kemarin. Jika Fabian masih belum membalas pesannya, Irene memutuskan akan mendatangi apartment Fabian saja besok untuk meminta maaf secara langsung.

"Ren, panggil anak anak gih. Makan yuk" pinta Kimmy.

Irene pun melupakan sejenak tentang Fabian, pergi memanggil para sahabatnya untuk makan. Setelah itu mereka bercengkerama dan saling bertukar cerita. Irene sangat rindu kebersamaan ini. Rindu dengan segala candaan mereka.

Ingin rasanya berlama lama tetapi waktu sudah beranjak sangat malam. Irene pamit dan kembali pulang. Terasa sekali lelah badannya. Belum lagi besok pagi pun ia masih harus kerja pula. Teringat kembali jadinya akan pekerjaan pekerjaan yang belum selesai membuatnya sudah menjadi bertambah lelah lebih dulu.

David memandang kepergian Irene dengan kegelisahan tak menentu. Dari tadi sebenarnya Ia ingin berbicara dengan Irene penting. Tetapi, ketika melihat Irene bermuram seperti itu, mulutnya mendadak kelu tak bisa menyampaikan apa yang ingin ia beri tahu.

Dua hari lalu ketika sedang mengantar adiknya ke mal, David melihat Fabian sedang makan dengan seorang wanita. Dari gesture tubuhnya sepertinya mereka berdua ada hubungan. Fabian dan sang wanita bahkan acapkali bermesraan.

Ia pun cowok dan Ia pun tak sekali dua kali berpacaran. David tak bodoh dan tahu dengan pasti jika Fabian pasti berhubungan dengan wanita itu. Ingin sekali rasanya memukul Fabian karena telah mengkhianati Irene. Tetapi Ia pun takut bersalah sangka, meski hati kecilnya sangat yakin akan praduganya.

Semakin merasa bersalah Ia terhadap April. Pasti sangat sakit jika orang yang kita sayang mengkhianati kita. Apalagi Fabian selama ini terkenal sebagai bucin nya Irene. Jujur saja David tak menyangka sekali kalau Fabian tega melakukan hal ini terhadap Irene.

Ingin memberi tahu Irene tak tega, tetapi tak di beri tahu rasanya sangat mengganjal di hati dan David pun semakin merasa bersalah terhadap Irene.

Irene kawan tersayangnya, sangat geram David terhadap Fabian. Apalagi selama ini Fabian selalu bersikap layaknya pria baik selama ini. Ternyata hanya pencitraan saja dari seorang playboy. Apa jadinya nanti jika Irene tahu akan hal ini, kalau ternyata pasangannya itu seorang yang brengsek, sama seperti layaknya David sendiri.

Mungkin ada baiknya David meminta masukan terhadap para sahabatnya. Setidaknya David jadi lebih yakin akan bersikap bagaimana. Jangan sampai salah ambil tindakan.