"Saga akan segera menikah, M."
Sosok yang disebut M berbalik membelakangi jendela. "Bajingan itu… Bersumpah dihadapan kita akan menghancurkan keluarganya sendiri namun sekarang ingin lari begitu saja?"
Semua orang dalam ruangan kerja M terdiam. M menumpuk kedua siku diatas meja kerjanya. Memasang ekspresi tanpa emosi, M menatap wajah tiap orang terbaik yang bekerja dibawahnya. "Kita takkan berurusan lagi dengannya mulai sekarang."
Semua orang saling berpandangan. Sudah bukan rahasia umum sejak lama Saga memiliki koneksi baik dengan kelompok mereka bahkan sebagian besar sumbangan Saga turut memajukan usaha mereka. Namun semua orang tahu M sangat membenci pengkhianat. Pengampunan tak pernah berlaku dalam kamusnya.
"Tapi kita harus membalasnya, M."
M mengangguk setuju. Sambil menyandar, pandangan M mengarah ke langit-langit. "Selesaikan saja seperti biasa."
"Apa kita harus membunuh semua orang di acara pernikahan itu?"
M bereaksi dengan pertanyaan itu, mata gelapnya menatap bawahannya dengan tajam. "Pengkhianatnya saja."
"Baik. Beri kami perintah biar sekarang juga kami habisi bajingan itu."
M mengibas tangan diudara. "Ayolah, kalian akan menjadi binatang buas kalau ingin menyerangnya sekarang. Tunggu kapan tanggal pernikahannya. Bawa kepalanya kesini."
"Baik, M."
^
Saga menatap semua orang yang bertindak sebagai panitia acara pernikahan. Ini diluar perkiraannya. Dengan mengancam pengawalnya, dia pikir masih ada waktu untuk mengulur rencana bodoh adiknya. Siapa sangka wanita itu malah setuju dan semua hari-harinya semakin berantakan saja.
"Ada permintaan khusus untuk tema pernikahan ini tuan?"
Saga melirik tajam ke arah wanita yang bertindak sebagai manajer acaranya. Suasana dalam ruang pertemuan di salah satu hotel itu berubah dingin ketika kehadiran Saga dengan terpaksa menempati salah satu kursi. Bukan saja karena pendingin ruangan tetapi aura intimidasi yang dipancarkan Saga sanggup membuat semua orang tak bergerak tiap kali dia bereaksi.
"Hitam."
Beberapa pasang mata saling menatap. Belum pernah ada yang meminta konsep pernikahan dengan dasar hitam. Pernikahan sejatinya adalah hari kebahagiaan. Biasanya pasangan akan memilih warna-warna soft bukan sebaliknya.
"B-baik, tuan. Ada tambahan lagi?"
Saga menatap pada monitor proyektor didepannya. Konsep dan garis besar susunan acara yang dipresentasikan harusnya terlihat menarik. Pernikahan ini akan menjadi sebuah pernikahan pertama dalam hidupnya. Meski tidak serius melakukannya tetap saja Saga merasa tak bisa membiarkan adiknya menertawakannya hingga puas.
"Tak ada pendamping. Hanya keluarga besarku saja. Pihak keluarga wanita tidak perlu ikut." Lirikannya mengarah Novalin yang tetap berdiri disisinya sebagai pengawal.
"Baik tuan. Kami akan merancang sesuai permintaan. Apakah kita perlu meminta pendapat dari pihak wanita, tuan?"
"Tidak perlu. Aku harus pergi sekarang." Putus Saga seakan sudah memiliki agenda lain.
Pertemuan hampir 30 menit itu pun berakhir cukup baik. Satu per satu berpamitan dan menyisahkan Novalin yang hanya mengikuti jejak Saga.
Saga masih berpikir keras. Sambil berjalan menuju lift, rasanya dia harus menuntaskan masalah ini. Pilihan pertamanya tentu saja menolak keberadaan wanita yang berjalan sambil menyesuaikan langkah, persis disebelahnya ini.
Saga tidak pernah takut menghajarnya kalau memang itu dibutuhkan. Meski dia tahu, wanita itu juga takkan mudah kalah darinya. Bukan tanpa alasan, ayahnya menjadikan wanita itu sebagai pengawal pribadi kalau kemampuan bela dirinya hanya level standar. Dan alasan gender membuatnya kelihatan lemah, jelas tidak berlaku. Oleh karena itu cara kekerasan sudah jauh-jauh Saga tinggalkan.
Pilihan kedua adalah dengan menggodanya. Sejak insiden ciuman itu, Saga tahu dia berhasil mengusik wanita itu. Namun itu pun tampak tidak berjalan lancar. Mustahil Saga nekat memerkosanya agar wanita itu mundur dari rencananya. Meski kejam, Saga bukan tipikal murahan dan otaknya adalah otak seorang manusia dewasa bukan binatang. Sekarang dia bingung mencari solusi untuk masalah ini.
Saga mencoba memikirkan pilihan ketiga tetapi wanita itu mendadak mencegatnya.
"Maaf tuan, tapi ada yang ingin saya katakan tuan."
^
Novalin meneguk ludah. Perhatian Saga berhasil dia peroleh. Mereka akhirnya duduk berdua pada sebuah ruang privat yang diminta Saga. Novalin meyakinkan diri sebelum mengatakannya.
"Saya ingin mengajukan pernikahan kontrak tuan."
Satu alis Saga terangkat. Tangannya terjalin didepan dada. Novalin mengutarakan sesuatu yang belum pernah dia pikirkan. Tentu saja, Saga lebih memikirkan bagaimana cara memenangkan perusahan dan seisinya dibanding hal-hal sepele tentang pernikahan. Saga mungkin pernah terpikir untuk pernikahan tetapi bukan seperti yang terjadi pada kebanyakan orang. Dia menginginkan sebuah kerja sama untuk memperluas jaringan keluarga Decode. Karena itu dia hampir menikahi adik teman lamanya sejak lama. Sayang wanita itu pun tak mencintainya. Lagi-lagi hal yang sepele. Cinta?
Kepala Saga benar-benar penat.
Novalin mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Saya, secara pribadi memiliki suatu keadaan yang mengharuskan saya menikah tuan. Namun saya tahu sejak awal tuan tidak pernah setuju dengan ide pimpinan saya ini. Saya juga tidak bisa menolak tuan, karena saya…"
"Anjing yang patuh." Potong Saga dengan tidak sabaran.
Novalin menahan egonya dengan berusaha tetap tenang. "Apapun sebutan anda tuan, intinya saya hanya menawarkan untuk pernikahan kontrak dengan jangka waktu satu tahun. Selebihnya terserah anda. Namun saya akan mengusulkan perpisahan atau membatalkan pernikahan bila kesepakatan diantara kita berakhir tuan."
Novalin sudah memikirkan ini masak-masak. Untuk sekarang Javier mungkin sedang ngotot ingin punya ayah karena tak tahan menyaksikan teman-temannya yang bebas memamerkan keadaan keluarga mereka yang utuh. Tetapi kelak saat mengetahui karakter Saga seperti apa, Javier pasti akan menerima bila lelaki itu bukan jenis lelaki yang baik sehingga perpisahan mereka nanti akan diterima. Javier pasti akan melupakan keadaan dengan cepat.
Novalin hanya perlu menjamin selama menjalani pernikahan, bila Saga memang setuju. Maka lelaki itu tidak boleh menyakiti Javier atau meninggalkan kesan yang buruk. Karena Novalin takkan segan-segan bila sudah berhubungan dengan Javier.
Semua pilihan ada ditangan Saga. Kalau lelaki itu menolak, maka Novalin akan sepenuhnya akan menghubungi istri pimpinannya dan membatalkan kesediaannya menjadi calon istri Saga. Pernikahan akan tetap berlangsung tetapi Novalin keluar dari posisinya. Toh Novalin juga takkan semudah itu dipecat. Dia masih bebas melakukan tugas awalnya sebagai pengawal Saga kalau lelaki itu masih sudi terhadap dirinya.
Novalin tidak mungkin bersedia menikahi Saga seumur hidupnya. Pernikahan sebelumnya sudah cukup indah baginya. Kenangan tentang suami sebelumnya selalu membuat Novalin bahagia, tak perlu dia rusak karena kehadiran Saga.
"Kalau kau mengajukan pernikahan kontrak, itu karena kau memang punya tujuan sendiri. Lantas, apa yang bisa kudapat dari kesepakatan ini?"
"Apapun yang anda inginkan tuan, akan saya lakukan." Jawab Novalin dengan sangat yakin. Dia sudah menebak Saga pasti takkan sukarela setuju karena orang seperti Saga pasti suka memperhitungkan untung dan rugi. Dalam kasus mereka, Saga butuh keuntungan yang lebih banyak. Apalagi dengan situasinya sekarang.
"Kau tahu, bagaimana seleraku Novalin?"
Novalin menelan ludah dan menunduk perlahan. Tentu saja, tak perlu melakukan riset mendalam untuk jawaban pertanyaan itu. Dalam sekali lihat saja, Novalin tahu diri, dirinya takkan mampu bersanding dengan Saga. Namun dia tak boleh menyerah.
"Saya tahu tuan. Karena itulah saya mengajukan ini. Kapan pun anda mau, kita bisa mengajukan perpisahan tuan."
Saga dihadapannya menggeleng. "Bukan itu, pengawal bodoh."
Otak Novalin berputar, lantas apa yang dimaksud majikannya ini. Mustahil, Saga akan menyentuhnya. Novalin takkan pernah setuju dengan hal itu. Bahkan sampai mengusulkan perpisahan pun, Novalin hanya perlu menjalankan tugas seperti biasa. Statusnya berubah dan puteranya takkan ribut meminta kehadiran sosok ayah lagi.
"Maaf tuan, saya tidak paham maksud anda."
Saga mengepak meja dengan tangan besarnya. Novalin langsung menunduk lagi. "Itu artinya jangan asal menjawab, bodoh. Apa yang kaupikirkan dengan pertanyaan tadi? Aku menginginkan wanita sepertimu, jangan bermimpi! Selama ini, tiap orang yang bekerja denganku selalu laki-laki. Karena keberadaan wanita akan mengacaukan semua. Entah dengan drama bodoh mereka mainkan atau pemikiran-pemikiran dangkal seperti yang kau lakukan barusan."
Wajah Novalin terangkat sebentar karena tak terima dengan ucapan itu namun tak ada yang dilakukannya selain diam dan mendengar.
"Kau mengatakan akan melakukan apapun sesuai permintaanku, tentu saja akan mengubah seleraku dalam bekerja. Ke depan, bila aku setuju melakukan pernikahan bodoh ini apa kau bersedia menghancurkan perusahan dan meninggalkan bos bodohmu untukku?"
^
Seekor anjing hanya bisa menggigit tuannya yang selama ini melatihnya dengan keras bila sudah tidak sehat atau memang tak sayang nyawa. Setidaknya itu membuat Saga tahu bagaimana akan menilai pengawalnya sekarang. Novalin lebih banyak diam saat Saga berhasil menjebaknya pada sebuah permainan lain yang jelas akan menguntungkannya.
Tujuan Saga takkan pernah berubah, sampai kapan pun. Masalahnya apakah Novalin sanggup melakukannya.
"Saya…"
"Tak bisa menjawabnya sekarang? Atau jangan-jangan ingin langsung lapor pada bosmu mengenai ini?" tuding Saga dengan tenang.
"Tuan!"
"APA? Kau berani menyelaku, sekarang?"
Novalin cepat-cepat menggeleng. "Maaf tuan, saya tidak bermaksud… intinya beri saya waktu untuk memikirkannya."
Seringai Saga mengembang. Kapan dia pernah kalah? Hanya pada adiknya seorang. Namun kali ini Saga tahu, dia akan kembali meraih posisi diatas angin. "Aku bukan orang yang sabaran, pengawal bodoh. Semakin cepat jawabanmu maka semakin cepat rencanaku berjalan."
^
Novalin termangu didepan bak cuciannya. Harusnya kalau dia mau, tugasnya akan lebih cepat selesai. Tetapi karena jadwal majikannya padat akhir-akhir ini membuatnya otomatis tak dapat menyelesaikan semua.
Javier menengok ke arah ibunya yang lebih banyak diam. Dia baru selesai mengerjakan PRnya dan baru akan bersantai namun wajah ibunya menyiratkan kesulitan. Seumur-umur, Javier jarang melihat ibunya melamun begitu lama.
"Mommy?"
Novalin menoleh. "Hai sayang, kenapa kesini. Mommy mau cuci sebentar. Kamu mau sesuatu?"
Javier menggeleng sambil memiringkan kepalanya. "Mommy butuh bantuan?"
"Eh?"
Javier mendekat dan ikut menunduk didekat ibunya. "Jav lihat Mommy diam saja, apa Mommy butuh bantuan?"
Novalin menghela napas. Membersihkan tangannya yang basah dan mengacak rambut puteranya. "Tidak sayang, Mommy hanya sedang banyak pikiran sayang. PR Jav sudah selesai?"
Kepala Javier mengangguk cepat. Mata bulatnya menatap Novalin sungguh-sungguh, "Jav menyusahkan Mommy?"
Novalin terdiam. "Tidak sayang, kenapa Jav bilang begitu?"
Javier menatap bak cucian dan pakaian-pakaian mereka yang masih terendam. "Kata Luna, kalau Jav punya Dad. Maka Jav akan main dengan Dad dan Mommy bisa beresin rumah. Tapi karena Jav tidak punya Dad, Mommy juga harus temanin Jav main dan rumah jadi berantakan semua. Luna bilang, Daddynya selalu bantu Mommynya beresin rumah. Supaya Mommy Luna tidak sakit lagi. Kalau Daddy ada buat kita, Daddy bakalan Mommy bekerja. Jav tak menyusahkan Mommy lagi kan?"
"Ish, jangan didengarin sayang. Itu terjadi karena Mommy-nya Luna memang sakit sejak lama. Tapi lihat, selama ini apa Mommy pernah sakit pas jagain Jav?"
Javier menggeleng dan Novalin langsung memeluk tubuh puteranya. "Sudah pokoknya, jangan dibahas lagi. Tugas Mommy memang banyak. Tapi Jav hanya perlu berdoa sama Tuhan supaya Mommy bisa beresin semua dan tidak sampai sakit sayang."
"Sudah Mommy, karena itu Jav minta Tuhan memberi kita Dad."
Novalin mengigit bibirnya tanpa sadar. Permintaan Javier sama sekali tidak berubah namun Novalin tak mungkin menjadi pengkhianat bagi atasannya. Itu bertentangan dengan prinsipnya. Mungkin Saga benar, menyebutnya seperti anjing yang patuh terhadap tuannya. Tetapi Saga tak pernah tahu, berapa banyak yang diberikan tuan Shaka sebagai bayaran atas kerja kerasnya. Dan sekarang dia harus melepaskan itu untuk berkhianat seperti yang pernah Saga perbuat?
"Oke, sekarang Jav tunggu Mommy sebentar. Biar Mommy beresin ini semua trus kita nonton tv ya."
Javier mengangguk. "Tapi kalo Mommy butuh bantuan, panggil Jav ya."
Novalin terkekeh lantas melepas kepergian puteranya.