Sakit hati, kecewa, itulah yang Keyla rasakan saat ini, tapi dia bisa apa? mungkin inilah takdir Allah yang harus dia jalani, di dalam kamar tangisnya pecah, dia berusaha tegar di hadapan kedua orang tuanya, tapi kenyataannya dia begitu rapuh, hatinya sangat hancur, dia mencoba untuk ikhlas tapi dia tidak bisa, seperti ada berton-ton batu yang menimpa dadanya, membuat terasa sangat sesak.
Saat ini Keyla hanya ingin sendiri menumpahkan semua rasa kecewanya, semua rasa sakit hatinya dalam kesunyian, Keyla pun tidak menghiraukan suara yang memanggil namanya dari luar, biarkan dia seperti ini untuk beberapa saat.
"Dania, kamu tolong cari kunci cadangan," ucap Dedy.
Dania pun segera menuruti perintah ayahnya, sambil sesekali menghapus air matanya yang ikut mengalir begitu saja, kenapa kehidupan kakaknya menjadi seperti ini, kenapa calon suaminya membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas.
Sebelum Dania datang, ternyata Keyla sudah membuka pintu kamarnya, walaupun sedang merasa sedih, Keyla tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Dedy dan Rania pun segera masuk ke kamar Keyla.
"Ayah, Bunda, maaf Key sudah membuat Ayah dan Bunda kecewa, seharusnya Key tidak menerima lamaran kak Revan begitu saja, Key terlalu berharap kepada kak Revan, hingga melupakan bahwa Allah yang memiliki segala rencana, mungkin ini adalah teguran Allah untuk, Key," ucap Keyla dengan nafas yang terasa sesak karena menahan tangisnya, sebisa mungkin Keyla tidak ingin menangis di hadapan orang tuanya.
"Tidak, Nak, jangan menyalahkan diri kamu sendiri, dalam hal ini Ayah juga bersalah, Ayah terlalu terburu-buru, hingga membuat kamu terluka seperti ini, maafkan Ayah, Sayang, ini semua karena kecerobohan Ayah, sekarang Ayah akan mencari lelaki pengecut itu, Ayah akan meminta penjelasan dari dia," ucap Dedy masih dengan amarahnya.
"Ayah, Key mohon jangan lakukan itu, itu hanya akan membuat Ayah semakin kecewa, tolong bantu Keyla untuk ikhlas, la tahzan innallaha ma'ana, Yah!" ucapan Keyla membuat Dedy terdiam lalu memeluk putrinya dengan erat.
Keyla, putrinya sungguh luar biasa, seharusnya dia yang berkata seperti itu untuk menguatkan Keyla tapi malah sebaliknya, rasa bersalah Dedy kepada Keyla semakin besar hingga membuat dadanya semakin terasa sesak.
"Maafkan Ayah, Nak, Ayah tidak bisa melindungi kamu, Ayah mohon maafkan Ayah," ucap Dedy yang kini ikut terisak, dia merasa telah gagal melindungi putrinya, seharusnya dia tidak gegabah menerima lamaran dari lelaki yang baru saja dia kenal, tanpa mencari tau terlebih dulu siapa lelaki itu, walaupun Keyla sudah mengenalnya sejak lama, tapi seharusnya sebagai orang tua, dia bisa lebih waspada lagi, nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terjadi dan tidak mungkin bisa terulang lagi, kini dia sudah merusak kehidupan putrinya sendiri.
Sedangkan Rania hanya diam sambil membelai kepala Keyla yang berada di dekapan suaminya.
"Kalau kamu ingin menangis, menangis lah, Nak, jangan memendam semuanya sendiri," ucap Rania.
"Ayah, Bunda, bisa tolong tinggalkan Key sendiri?" pinta Keyla.
"Baik, tapi jangan membuat Ayah dan Bunda khawatir lagi seperti tadi," ucap Dedy, lalu dia dan Rania meninggalkan Keyla sendiri di kamarnya.
Setelah orang tuanya keluar, Keyla merapikan semua barang-barang pemberian dari Revan, termasuk cincin dan gelang pemberian Sita, dia rasa Keyla sudah tidak berhak untuk memiliki semua itu, dia mengemas semua barang itu ke dalam kotak besar dan dia akan mengirim itu semua ke alamat apartemen Revan.
Setelah itu Keyla menghubungi Intan untuk meminta cuti, Intan adalah atasan Keyla di cafe tempat dia bekerja, walaupun orang tua Keyla memiliki kekayaan yang melimpah, Keyla tidak pernah bermanja dan menggunakan apa yang orang tuanya miliki sesuka hati.
Seperti saat ini, Keyla kuliah dengan biaya yang dia tanggung sendiri sebagai pengelola cafe milik Intan, bukan itu saja, Keyla merupakan salah satu mahasiswa yang cerdas sehingga dia sering kali mendapatkan beasiswa, hal itu yang membuat Keyla tidak terlalu terbebani dengan biaya kuliahnya yang cukup fantastis karena Keyla kuliah di salah satu universitas negeri ternama di kota Bandung.
Tidak mudah untuk merelakan seseorang yang kita cintai pergi begitu saja, apalagi jika orang itu adalah cinta pertama kita. Keyla tersenyum miris saat kembali mengingat perasaan cintanya yang sudah dia berikan semua kepada Revan.
Hah, cinta kepada sesama manusia itu semua bohong, Keyla tidak mau percaya lagi oleh semua omong kosong yang mengatas namakan cinta, kecuali cinta kepada Allah dan kedua orang tuanya, Keyla tidak tau takdir seperti apa yang akan dia hadapi ke depannya. Tapi untuk saat ini, Keyla akan menutup rapat-rapat hatinya untuk mencintai seseorang lagi, luka yang Revan berikan terlalu dalam menggores di hatinya, entah kapan dia bisa menutup semua luka itu.
DRIING.
Keyla mengambil ponselnya yang berdering dan melihat siapa ID pemanggilnya, ternyata Sesha, dia adalah salah satu sahabat Keyla, dia juga orang yang sejak kemarin selalu Keyla cemaskan karena tidak memberikan kabar beberapa hari ini. Keyla menghirup oksigen dalam-dalam agar dia bisa menetralkan nafasnya yang sesak karena menangis tadi.
Via telpon
"Assalamu'alaikum, Halo, Sesha," sapa Keyla.
"Wa'alaikum salam, Key, lo ada waktu gak besok?" tanya Sesha di seberang sana.
"Kenapa?" jawab Keyla.
"Bisa kita bertemu besok? Ada sesuatu yang ingin gue bicarain sama lo!" ucap Sesha.
"In sya Allah aku ada waktu, mau ketemu di mana?" tanya Keyla.
"Di cafe permata aja, kita ketemu jam sembilan pagi!" jawab Sesha.
"Oke aku datang ke sana, kemarin kamu ke mana, aku telpon tapi kamu gak angkat telpon aku, apa terjadi sesuatu?" tanya Keyla dengan khawatir.
Tapi, Sesha hanya diam, tidak mungkin kalau dia menceritakan semua yang dia alami kepada Keyla, Sesha tidak mau menambah lagi luka untuk Keyla, walaupun dia tau kalau saat ini Keyla juga sudah sangat terluka, dan dia adalah salah satu penyebabnya, tapi Keyla selalu saja bisa menutupi semua kesedihannya, terdengar dari suaranya yang seperti tidak terjadi sesuatu, padahal Keyla juga sama seperti dirinya sama-sama terluka karena orang yang sama.
"Sesha, kenapa kamu diam, apa benar sedang terjadi sesuatu sama kamu?" tanya Keyla lagi.
"Enggak kok, gue baik-baik aja, besok gue tunggu di cafe ya, assalamu'alaikum!" ucap Sesha, lalu menutup sambungan telponnya bahkan sebelum Keyla, menjawab salamnya.
"Wa'alaikum salam!" ucap Keyla dengan lirih.
Keyla merasa ada sesuatu yang aneh dengan sahabatnya itu, tidak biasanya dia sangat irit bicara, apa dugaannya benar kalau Sesha memang sedang ada masalah, mungkin Keyla akan menanyakannya besok.
***
Di ruang tamu, Rania dan Dedy sedang membicarakan keputusan Dedy yang ingin pindah rumah, Dedy memang sudah lama merencanakan hal itu, tadinya dia akan membicarakan hal ini kepada keluarganya setelah Keyla menikah nanti, tapi semuanya gagal, jadi dia memutuskan untuk pindah rumah secepatnya, mungkin dengan cara itu Keyla bisa melupakan semua masalahnya.
"Sejak kapan Ayah membeli rumah itu?" tanya Rania, setelah mendengar keinginan Dedy untuk pidah rumah ke Jakarta.
"Sudah sejak lima tahun yang lalu, waktu itu Nita sedang memerlukan uang untuk biaya pengobatan mertuanya, tapi dia menolak bantuan dari aku, dan dia malah meminta aku untuk membeli rumahnya yang lain, maaf aku tidak memberi taumu, aku pikir juga kamu tidak akan keberatan, apalagi aku berencana untuk kembali membuka cabang perusahaan furniture di sana," jawab Dedy.
Ya, Dedy adalah seorang pengusaha furniture yang cukup sukses di kota Bandung, bahkan furniture buatan perusahaannya sudah banyak yang dia ekspor ke luar negri, tapi hal itu tidak membuat anak-anaknya merasa sombong, Dedy selalu mengajari anak-anaknya untuk bekerja keras jika ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan.
"Iya, Yah, aku ikut bagaiman baiknya aja, apa anak-anak sudah tau tentang hal ini?" tanya Rania.
"Belum, mungkin setelah makan malam nanti aku akan membicarakannya kepada mereka, kamu tolong lihat dulu keadaan Keyla, dia pasti masih terpukul, dan minta dia untuk mengambil cuti, kalau keadaannya seperti ini, aku takut akan terjadi sesuatu dengan dia." ucap Dedy.
Rania pun beranjak dari tempatnya lalu pergi ke kamar Keyla, saat dia masuk, ternyata Keyla sedang tertidur dengan masih menggunakan mukena dan Al-Qur'an di samping kepalanya, mungkin dia lelah, Rania mengusap bekas air mata di pipi Keyla, bahkan saat tidur pun Keyla masih meneteskan air mata, Rania menatap Keyla dengan pilu.
"Ya Allah berilah kekuatan kepada putri hamba agar dia bisa melewati ini semua." ucap Rania.
Air mata Rania pun ikut jatuh, dia tau apa yang sedang Keyla rasakan, karena dia juga pernah mengalaminya, walaupun Revan tidak memberikan alasan yang jelas, Rania sangat yakin bahwa ada wanita lain yang telah membuat Revan berpaling dari Keyla, kalau tidak, alasan apalagi yang paling logis.
"Kak Keyla!" Rania menoleh ke arah pintu karena Dania tiba-tiba masuk ke kamar Keyla dengan nafas yang tesengal-sengal.
"Ssst ... jangan kencang-kencang, Keyla sedang tidur, ada apa?" tanya Rania dengan lirih.
"Maaf, Bun, Dania cuma mau mengambil paket yang tadi kak Keyla minta untuk kirim, sekarang kurirnya sudah menunggu di depan," ucap Dania dengan lirih juga.
"Ya sudah kamu ambil barangnya, tapi pelan-pelan aja ya, jangan sampai Keyla bangun." ucap Rania, dia pun mengikuti Dania untuk keluar dari kamar Keyla dan menutup pintu dengan perlahan, dia juga tidak ingin mengganggu Keyla.
***
"Lo yakin mau ketemu, Keyla?" tanya Sherly, dia sedang berada di rumah Sesha untuk membantu persiapan pernikahan Sesha.
"Gue yakin Shel, lo tenang aja gue gak akan memberi tau Keyla apapun, setidaknya gue bertemu Keyla untuk yang terakhir kalinya," jawab Sesha.
Setelah menikah nanti, Sesha yakin jika suaminya tidak akan mengijinkan dia untuk bertemu lagi dengan Keyla, bahkan calon suaminya sudah mengatakan jika seluruh keluarganya untuk pindah ke Pekanbaru termasuk Sesha, mungkin untuk menghilangkan jejak dan memutuskan semua hubungan dengan Keyla, tapi di balik itu semua ada rencana yang sedang diam-diam dia susun untuk mencapai tujuannya.
"Gue juga tidak tau akan jadi seperti apa pernikahan gue ini," lanjut Sesha dengan tatapan sendunya.
"Lo yang sabar ya, lo berdo'a sama Allah semoga kelak akan ada cinta di antara kalian berdua, hanya Allah yang bisa membolak balikkan hati manusia," ucap Sherly.
"Mungkin, gue juga tidak ingin terlalu berharap kalau dia bakalan cinta sama gue, gue cukup sadar diri kalau cintanya cuma untuk satu orang wanita," ucap Sesha dengan putus asa dia pun tidak ingin berharap lebih kepada suaminya kelak karena di antara mereka sama sekali tidak ada yang mengharapkan pernikahan ini.
Sherly pun memeluk Sesha dengan erat dia juga tau ini pasti berat untuk teman-temannya, dia pun belum berani untuk menghubungi Keyla sahabatnya juga, dia belum sanggup mendengar tangisan Keyla, karena dalam hal ini, dia juga ikut terlibat untuk merahasiakan ini semua dari Keyla, untuk itu Sherly juga merasa sangat bersalah, sebenarnya dia ingin sekali mengatakan semuanya, tapi dia tidak bisa melakukan hal itu, karena semua itu bukan kapasitasnya untuk bercerita.
"Tolong mafin gue, Key, karena gue gak bisa cerita apa yang sebenarnya terjadi sama lo!" ucap Sherly dalam hatinya.
Bersambung....