"Apa setelah kejadian itu kamu menikah lagi?" tanya Rania.
"Tidak, Nia, aku tidak ingin mengambil resiko lagi, semua lelaki yang dekat denganku hanya mengincar hartaku saja, makanya sampai saat ini aku lebih memilih untuk sendiri, aku sudah cukup bahagia dengan ketiga anakku, apalagi sekarang aku sudah punya cucu," jawab Lidya.
Rania dan Lidya adalah sahabat baik, mereka selalu bercerita apapun tentang kehidupan mereka, tapi setelah menikah, Lidya pergi ikut dengan suaminya ke Jakarta, dan Rania terakhir kali bertemu dengan Lidya saat pernikahan Rania, waktu itu Lidya sedang mengandung anaknya yang ketiga.
Rania dan Lidya sama-sama korban dari orang ketiga yang telah merusak rumah tangganya, jadi mereka sangat memahami apa yang Keyla rasakan, walaupun Keyla belum sampai menikah dengan Revan, tapi sampai sekarang Keyla masih enggan untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki lain.
"Aku kangen loh sama panggilan itu," ucap Rania karena Lidya memang selalu memanggil Rania dengan sebutan Nia, mereka pun tertawa.
"Iya, aku juga tidak menyangka setelah bertahun-tahun, kita bisa bertemu lagi dengan cara yang tidak kita duga, kalau kamu setuju bagaimana kita jodohkan Keyla dengan anakku, agar silaturahmi kita terus berlanjut," ucap Lidya, dia sangat ingin Keyla menikah dengan anaknya, walaupun dia baru pertama kali bertemu dengan Keyla, dia sangat yakin jika Keyla adalah anak yang baik.
"Kalau aku sih setuju saja, tapi kita harus diskusi dulu dengan mas Dedy, sepertinya Keyla juga masih trauma dengan kejadian kemarin, aku tidak mau memaksa dia, kamu bisa bicarakan hal ini dengan mas Dedy nanti," ucap Rania, dia tidak bisa langsung menyetujui keinginan Lidya untuk menjodohkan Keyla dengan anaknya.
"Nah kebetulan Mas Dedy sudah datang!" ucap Lidya yang melihat Dedy baru saja masuk.
"Ada apa? Sepertinya pembicaraan kalian serius sekali, ini kalian makan dulu, sejak tadi kalian belum makan," ucap Dedy.
"Iya, Mas, aku makan nanti saja kalau Keyla sudah sadar, aku masih belum lapar," ucap Rania.
"Mas Dedy, maaf sebelumnya, aku dan Rania berencana untuk menjodohkan Keyla dengan anakku bagaimana, Mas, apa kamu setuju?" tanya Lidya.
"Secepat itu? Bahkan kamu baru pertama kali bertemu dengan anak saya," jawab Dedy.
"Aku yakin Keyla anak yang baik, kalau tidak, bagaimana bisa dia mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan orang yang tidak dia kenal, saya mohon, Mas, saya yakin Keyla juga bisa menjadi istri yang baik untuk anak saya," ucap Lidya memohon.
"Tapi, tetap saja saya tidak bisa memberikan keputusan sekarang, kita harus bertanya dulu kepada Keyla, bagaimana pun keputusan ada di tangan dia, kalau dia setuju aku juga setuju," ucap Dedy.
"Tapi apa kamu tidak malu punya besan yang tidak sederajat dengan keluarga kamu, kamu kan-!" ucapan Rania terhenti.
"Kamu ini bicara apa sih, Nia, untuk aku itu semua tidak penting, aku hanya ingin menantu yang baik, dan Keyla adalah anak yang baik, aku akan sangat bahagia kalau Keyla bisa menjadi menantuku-!" ucapan Lidya pun terhenti saat mendengar suara anaknya yang baru saja tiba.
"Mama ... apa Mama baik-baik saja?" tanya sorang lelaki muda yang menerobos masuk ke ruang rawat Keyla, diikuti juga oleh pasangan muda yang ada di belakangnya.
"Mama tidak apa-apa, Tian, alhamdulillah ada gadis baik yang menolong, Mama," jawab Lidya.
"Ya Allah, Ma, Naya khawatir banget sama, Mama," ucap Anaya yang langsung memeluk ibunya itu.
"Ryan mana?" tanya Lidya karena tidak melihat putra bungsunya ikut datang.
"Ryan, aku minta untuk menyelidiki kecelakaan itu, Ma, aku tidak ingin terjadi lagi hal seperti ini dan seperti yang sudah-sudah, ada seseorang yang merencanakan untuk membuat Mama celaka." jawab putra kedua Lidya.
"Gadis ini yang sudah menyelamatkan, Mama?" tanya Anaya.
"Iya, Sayang, kebetulan dia anaknya, Tante Rania," jawab Lidya.
"Tante Rania?" tanya Anaya lalu melirik wanita yang ada di samping Keyla.
"Hai Nay, apa kamu sudah lupa sama, Tante?" sapa Rania.
"Maa sya Allah, Tante, apa kabar? Naya kangen banget, sudah lama kita tidak bertemu," jawab Anaya, dia langsung menyalami Rania dan memeluknya.
"Alhamdulillah, Tante baik, Nay, kamu semakin cantik saja mirip mama kamu, anak kamu sama siapa, Nay?" tanya Rania.
"Anak Naya sama bibi pengasuhnya, Tante, tidak baik kalau Naya ajak ke rumah sakit," jawab Anaya.
"Rania, Mas Dedy, kenalkan ini anak kedua saya namanya, Tristan!" ucap Lidya lalu mengedipkan mata ke arah Rania, memberi isyarat bahwa inilah anaknya yang akan dijodohkan dengan Keyla.
"Halo Om, Tante!" ucap Tristan seraya menyalami Rania dan Dedy.
Cukup lama mereka berbincang hingga Rania merasakan tangan Keyla bergerak dan mulai membuka matanya.
"Bunda!" panggil Keyla.
"Iya, Sayang, Bunda di sini, apa yang kamu rasakan, Nak, mana yang sakit?" tanya Rania.
"Key gak apa-apa, Bun, tapi ibu yang tadi Key tolong di mana, gimana keadaan beliau, apa sudah ada yang menghubungi keluarganya?" tanya Keyla yang malah mencemaskan ibu yang ditolongnya tadi padahal keadaannya lebih parah dari orang yang sudah dia tolong.
"Ya ampun, gadis ini malah memikirkan keadaanku, padahal dia yang terluka parah," ucap Lidya di dalam hatinya.
"Ibu baik-baik saja, Nak, terima kasih ya kamu sudah menolong Ibu, maaf malah jadi kamu yang celaka," ucap Lidya.
"Ja ... jadi ibu yang tadi Key-!"
"Sudah, Sayang, jangan terlalu banyak bicara, kamu baru saja sadar, Ayah akan panggil dokter dulu," ucap Dedy, lalu dia segera keluar memanggil dokter agar memeriksa keadaan Keyla.
"Kamu minum dulu, Nak!" ucap Rania seraya memberikan air minum kepada Keyla.
"Key, Rania, kami tunggu di luar ya," ucap Lidya dan anak-anaknya pun menunggu di luar, karena takut mengganggu Keyla.
"Keyla baik ya, Ma, padahal dia yang terluka tapi dia masih memikirkan keadaan Mama, dia cantik lagi," ucap Anaya.
"Jangan tertipu dengan penampilannya, Kak, bisa jadikan dia mempunyai rencana lain kepada keluarga kita," ucap Tristan.
"Jaga ucapan kamu, Tian, kalau Mama tidak ditolong oleh Keyla, Mama yang akan ada di dalam atau mungkin mama sudah-!" ucapan Lidya terhenti.
"Cukup, Ma, aku gak mau dengar lagi, Mama tidak akan pergi ke mana-mana," ucap Tristan, dia sudah tau apa yang akan diucapkan oleh Lidya selanjutnya, dan dia tidak mau mendengar itu.
"Abis kamu itu, selalu saja berpikiran negatif sama orang lain, apalagi sama perempuan, kalau sikap kamu seperti itu terus, kapan Mama punya mantu perempuannya!" ucap Lidya dengan kesal karena sifat anaknya yang selalu berlebihan kepada orang asing.
***
"Hai, Pak Dokter, by the way cocok juga pake jas dokter," ledek Keyla pada temannya, dia baru pertama kali melihat Gilang menggunakan jas dokternya.
"Lagi sakit, masih sempat aja godain gue, diem ya gue periksa dulu, ada keluhan lain, sesak nafas atau apa gitu?" tanya Gilang.
"Gak ada cuma pusing aja, sama pengen pulang, gak mau tidur lama-lama di sini," jawab Keyla.
"Sekarang belum boleh, kalau besok luka lo sudah kering, baru lo boleh pulang," ucap Gilang.
"Ya ampun, Pak Dokter, masa sama pasien bahasanya lo gue," ucap Keyla.
"Lo temen gue bukan pasien gue," ucap Gilang.
"Kalau begini mah ya sama aja tau, aku pasien kamu," ucap Keyla.
"Sudah dong, Sayang, kamu itu baru sadar, masih harus banyak istirahat malah becanda sama, Nak Gilang," ucap Rania menengahi candaan Gilang dan Keyla, Dedy hanya tersenyum bersyukur anaknya sudah baik-baik saja.
"Pak Dokter, istrinya ke mana?" tanya Keyla.
"Sherly lagi ke toilet, palingan bentar lagi juga ke sini, gue ke ruangan gue dulu ya, kalau ada apa-apa tekan tombol emergency aja, Om, Tante, saya permisi dulu," jawab Gilang.
"Silahkan, terima kasih ya, Nak Gilang!" ucap Rania.
"Sama-sama, Tante," ucap Gilang.
Setelah Gilang keluar, Lidya dan keluarganya masuk.
"Nia, bagaimana keadaan Keyla?" tanya Lidya.
"Alhamdulillah, Keyla besok sudah bisa pulang, Key kenalkan Lidya ini sahabat Bunda, ini Anaya dan itu Tristan anaknya Tante Lidya." ucap Rania.
Bersambung ....