Pagi ini, Sherly sudah ada di ruang rawat Keyla, dia sengaja ikut bersama dengan Gilang ke rumah sakit karena ingin menjenguk sahabatnya. Sedangkan Gilang, setelah memeriksa keadaan Keyla, pergi untuk memeriksa pasien lain.
"Kak Sherly gimana rasanya punya suami dokter?" tanya Dania.
"Gak gimana-gimana biasa aja, memang kenapa?" jawab Sherly dengan senyuman jahil.
"Kak Sherly sama aja kayak Kak Keyla, gimana kek heboh atau gimana gitu, gak asik ah!" Keyla dan Sherly tertawa mendengar ucapan Dania.
"Lagian pertanyaan kamu aneh-aneh aja, emangnya kamu mau punya suami dokter juga, atau kamu udah punya pacar?" tanya Sherly.
"Enggak, siapa yang punya pacar, bisa habis aku digantung sama ayah, Kak," ucap Dania, dia meringis ngeri membayangkan Dedy marah jika mengetahui Dania berpacaran sebelum selesai kuliah.
Sherly dan Keyla semakin tertawa kencang melihat wajah Dania yang ketakutan.
"Assalamu'alaikum!" ucap Dedy dan Rania yang baru saja datang.
"Wa'alaikum salam!" sahut Keyla, Sherly dan Dania bersamaan.
"Ada Sherly juga, kebetulan Tante bawa makanan banyak, kamu ikut sarapan juga ya, Sherly," ucap Rania.
"Terima kasih, Tante, tapi maaf Sherly udah sarapan di rumah tadi," ucap Sherly.
"Wah sayang sekali, mungkin lain kali kamu bisa makan malam di rumah Tante, ajak Gilang juga," ucap Rania.
"Insya Allah, Tante," ucap Sherly.
"Bagaimana keadaan kamu, Sayang, apa masih ada yang sakit?" tanya Dedy sambil mengelus kepala Keyla dengan sayang.
"Alhamdulillah, Key udah baik-baik aja, Yah, kata Gilang nanti sore Key udah bisa pulang, tapi Key masih harus rawat jalan," jawab Keyla.
"Ini, Sayang, kalian makan dulu," ucap Rania sambil memberikan makanan kepada Keyla dan Dania. "Mau ibu suapin?" tanya Rania kepada Keyla.
"Gak usah, Bun, Key bisa sendiri," jawab Keyla, Rania hanya menganggukkan kepala lalu duduk menemani Dania sarapan sambil ngobrol dengan Sherly.
"Cepat habiskan sarapan kamu Dania, ini udah siang, nanti kamu Ayah yang antar ke kampus," ucap Dedy, Dania pun segera menghabiskan makanannya.
"Assalamu'alaikum!" semua orang menoleh saat mendengar suara seseorang mengucap salam sambil membuka pintu ruang rawat Keyla.
"Wa'alaikum salam!" sahut semua orang.
"Hai, Dy, kamu sama siapa ke sini?" tanya Rania ketika melihat sahabat lamanya masuk ke ruangan Keyla.
"Aku datang sama Tristan, Nia," jawab Lidya.
"Oh, terus Tristan nya mana?" tanya Rania.
"Dia di luar, dari tadi cemberut terus, aku jadi kesel," jawab Lidya.
"Mungkin Tristan lagi banyak pekerjaan, padahal kalian gak usah maksain datang ke sini, Dy," ucap Rania.
"Dia emang selalu begitu," ucap Lidya, lalu dia memanggil Tristan agar ikut masuk ke ruangan Keyla.
"Tristan, sini masuk, ngapain kamu diem di luar terus, udah kayak pengawal kamu aja yang jagain pintu terus!" panggil Lidya.
Dengan malas dan sambil menghela nafasnya panjang, Tristan ikut masuk ke ruangan Keyla. Seperti bisa, pria muda itu selalu memasang wajah dingin dan datar, terlebih lagi sejak tadi Tristan tidak mau mengantar mamanya ke rumah sakit. Menurut Tristan hal itu sangatlah tidak penting, masih banyak pekerjaan yang harus diurus olehnya.
Tristan Pradikta, memang terkenal dengan orang yang gila kerja, karena kerja kerasnya, perusahaan yang dipimpin olehnya berhasil maju dengan pesat dan menjadi perusahaan terbesar di Indonesia, bahkan mampu menembus pasar dunia, perusahaan yang miliknya kini sudah memiliki beberapa cabang di Asia dan Luar Negeri.
"Subhanallah, aku gak salah lihat kan, ada malaikat turun ke bumi, ganteng banget," ucap Dania, dia sangat kagum saat melihat Tristan, ini pertama kalinya Dania bertemu dengan Tristan, berbeda dengan Keyla yang kemarin sudah bertemu dengan Tristan, jadi Keyla terlihat biasa saja malah terkesan tidak peduli dengan kehadiran lelaki itu.
"Dania, diam! Lanjutkan sarapannya dan segera bersiap!" tegur Rania, mendengar ucapan bundanya Dania cepat-cepat menghabiskan makanannya dengan bibir yang mengerucut.
"Ini anak kamu juga, Nia?" tanya Lidya.
"Iya Dania adiknya Keyla, Dania, kenalkan ini Tante Lidya teman Bunda," jawab Rania, Dania pun segera menyalami Lidya.
"Anak kamu cantik-cantik sekali, betul gak, Tristan?" tanya Lidya sengaja yang menggoda Tristan.
"Hmm!" Lidya menghela nafasnya dengan panjang karena Tristan hanya bergumam untuk menjawab pertanyaannya, ya ampun benar-benar seperti kulkas berjalan.
Sherly yang masih berada di ruangan Keyla, diam-diam mendekati sahabatnya yang masih menikmati sarapan.
"Key, lo kok acuh aja sih, ada cowok ganteng malah dicuekin, gue aja yang udah nikah sampe dua tiga kali ngelirik, untung gak ada Gilang di sini, lo yang masih jomblo diem-diem bae, Dania aja heboh banget ngeliat dia," ucap Sherly berbisik.
"Biasa aja, dia kan cowok ya pasti ganteng kalau cewek cantik, hati-hati jaga pandangan, udah nikah masih aja suka ngelirik cowok lain," ucap Keyla dengan santai.
"Kan gue cuma kasih tau lo, Key," ucap Sherly.
"Gak usah dikasih tau juga aku tau, dia cowok, Sherly," ucap Keyla.
Sherly menatap Keyla sambil menghela nafasnya dengan panjang, niat hati ingin sedikit menyentil hati Keyla, malah dia yang kena ceramah dari Keyla. Sherly menggelengkan kepalanya perlahan entah sampai kapan temannya ini akan menutup hati untuk menerima lagi seorang pria yang akan menjadi pendamping hidupnya.
Karena masih kesal kepada Tristan, Lidya memutuskan untuk menghampiri Keyla yang sedang sarapan, dia membelai sayang rambut panjang Keyla yang tergerai dengan indah.
"Apa kamu udah merasa lebih baik, Nak?" tanya Lidya.
"Alhamdulillah Tante, sore ini Key udah bisa pulang, tapi Key belum dikasih ijin masuk kerja sama ayah," jawab Keyla.
"Iya dong, kamu masih harus banyak istirahat, memangnya kamu bekerja di mana, Sayang?" tanya Lidya.
"Kak Keyla kerja di LC Corporation, Tante," bukan Keyla yang menjawab pertanyaan Lidya, tapi Dania.
"Benarkah? kamu bekerja di perusahaan LC?" tanya Lidya lagi, Keyla hanya mengangguk dan tersenyum untuk menjawab pertanyaan Lidya.
"Kamu kenal sama Tristan?" tanya Lidya.
"Enggak, Tante," jawab Keyla sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalian kerja di perusahaan yang sama, masa kalian gak saling kenal," ucap Lidya.
"Mungkin kita beda divisi, Tante," ucap Keyla.
"Beda divisi?" tanya Lidya dengan kening yang berkerut.
"Aku hanya manajer pemasaran, Tante, sepertinya jabatan Tristan di kantor lebih tinggi dari aku, jadi kita gak pernah ketemu di kantor," jawab Keyla.
"Kamu benar-benar gak tau Tristan siapa?" tanya Lidya lagi untuk memastikan.
"Iya, Tante," jawab Keyla, lalu dia memandang lekat wajah Tristan.
"Tapi, perasaan pernah ketemu sama dia, di mana ya?" tanya Keyla di dalam hatinya, Keyla merasa familiar dengan wajah Tristan, tapi dia belum mengingat di mana dirinya bertemu dengan Tristan.
Bersambung....