Lima belas menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Keyla. Rania dan Lidya turun terlebih dulu meninggalkan Tristan dan Keyla di mobil.
Saat Tristan melirik kepada Keyla, ternyata gadis itu tertidur, tangan Tristan pun terulur ingin menyentuh pipi merah merona milik Keyla walaupun tanpa polesan, sepersekian detik Tristan terhipnotis oleh pesona Keyla, sadar akan perbuatannya Tristan menarik kembali tangannya dengan jantung yang berdegup sangat kencang, sungguh ini pertama kalinya Tristan merasakan hal seperti ini kepada seorang wanita.
"Hei bangun, apa kau akan terus tidur di dalam mobil!" ucap Tristan membangunkan Keyla, ya seperti biasa dengan nada dinginnya, sebenarnya Tristan hanya ingin menutupi rasa gugupnya, dia sedang mencoba untuk mengendalikan detak jantungnya yang terus saja meronta-ronta.
Keyla pun membuka matanya dengan perlahan, lalu Keyla melihat ke belakang ternyata bundanya dan tante Lidya sudah tidak ada, lalu dia melirik sekilas ke arah Tristan.
"Hmm ... muka datar kayak tembok gini aja, banyak yang suka," batin Keyla berucap, entah apa yang membuat dia tidak tertarik sama sekali kepada Tristan.
"Terima kasih, maaf aku ketiduran!" ucap Keyla tak kalah datarnya.
"Hmm!" gumam Tristan.
See? Hanya seperti itu? Tidak ada respon lain lagi? Benar-benar sangat menyebalkan, sekedar menjawab ucapan terima kasih pun tidak mau, Keyla sangat menyesal sekali sudah berterima kasih kepada lelaki ini, tanpa melihat Tristan lagi, Keyla segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, moodnya sedang tidak baik saat ini.
"Bodoh kau, Tristan, bodoh sekali, kenapa kau tidak menjawab ucapan terima kasih gadis itu!" ucap Tristan merutuki dirinya yang selalu tidak bisa bersikap baik kepada wanita selain ibu dan kakaknya.
Sambil menghela nafasnya dengan panjang, Tristan segera menyusul Keyla masuk ke rumah untuk memanggil ibunya, karena sebentar lagi dia harus menghadiri rapat yang sangat penting.
"Ma, apa sudah selesai? sebentar lagi aku harus menghadiri meeting penting!" ucap Tristan.
"Ck, kamu ini kayaknya gak tenang banget kalau gak ikut meeting," ucap Lidya dengan gemas.
"Ma...." desis Tristan geram.
"Oke oke, Boy, jangan memberikan tatapan seperti itu kepada ibumu," ucap Lidya, dia pun segera berpamitan kepada Rania dan Keyla.
"Terima kasih ya, Dy, Tristan, maaf jadi merepotkan kalian," ucap Rania.
"Aku yang terima kasih, kalau tidak ada Keyla, pasti aku yang celaka," ucap Lidya.
"Tidak apa-apa, Dy, itu sudah kehendak Allah untuk mempertemukan kita lagi, jadi kita bisa kembali menjalin silaturahmi kita yang sempat terputus," ucap Rania.
"Iya alhamdulillah, aku jadi bisa bertemu lagi dengan sahabat terbaik aku, semoga saja silaturahmi kita akan terus berlanjut seperti ini," ucap Lidya.
"Aamiin!" ucap Rania.
"Ya sudah, Rania, Keyla, kami pamit pulang dulu, In sya Allah kapan-kapan aku ke sini lagi, atau mungkin gantian kalian yang berkunjung ke rumahku," ucap Lidya.
"In sya Allah, nanti kalau Keyla sudah benar-benar sehat, kami pasti akan datang berkunjung," ucap Rania.
"Kami tunggu kedatangan kalian, kami pamit, assalamu'alaikum," ucap Rania.
"Wa'alaikum salam, hati-hati ya, Tante!" ucap Keyla, sebelum pulang Lidya memeluk Keyla terlebih dahulu, setelah itu Lidya dan Tristan pun pulang.
"Kamu istirahat aja ya, Sayang," ucap Rania.
"Iya, Bun, Key, ke kamar dulu!" ucap Keyla, dia pun pergi ke kamarnya.
***
Di dalam mobil Tristan hanya diam, sesekali dia tersenyum terbayang wajah Keyla saat dia sedang tidur tadi, menurutnya sangat cantik dan menggemaskan, Lidya yang melihat Tristan seperti itu mengerutkan keningnya terheran.
"Kamu kenapa Tian, senyum-senyum sendiri kayak gitu?" tanya Lidya.
"Gak apa-apa, Ma," jawab Tristan, seperti biasa dengan datar, sudah tertangkap basah tapi tetap saja tidak mau mengaku
"Menurut kamu, Keyla orangnya gimana dia cantik, kan?" tanya Lidya yang mulai memancing percakapan dengan Tristan.
"Dia memang cantik!" jawab Tristan, Lidya senang bukan main mendengar hal itu, akhirnya Tristan bisa memuji seorang gadis, tapi setelah dia mendengar ucapan Tristan selanjutnya, harapannya kembali pupus.
"Dia emang cantik, soalnya dia perempuan!" ucap Tristan.
"Ish ... kamu ini, Mama pikir kamu udah mulai tertarik sama perempuan lain, kalau kamu kayak gini terus, kapan Mama punya mantunya Tristan, kamu dan adik kamu sama aja, terlalu sibuk mengurus perusahaan sampai lupa untuk mencari jodoh!" ucap Lidya dengan kesal.
Lidya bingung dengan kedua anak lelakinya ini, Lidya tidak pernah sekali pun melihat mereka dekat dengan perempuan, kadang Lidya sampai berpikir apa jangan-jangan kedua putranya itu tidak normal?
Tidak-tidak, tidak mungkin seperti itu, kedua putranya pria normal yang menyukai wanita, Lidya sampai bergidik ngeri kalau apa yang dia pikirkan itu benar-benar terjadi, naudzubillah mindzalik.
"Mama kan udah punya mantu, malah udah punya cucu juga," ucap Tristan dengan santai, dia sudah paham apa yang dimaksud mamanya, tapi Tristan masih takut untuk membina rumah tangga.
"Hah ... terserah kamu aja, Tristan, terserah!" ucap Lidya dengan sengit, Tristan hanya tersenyum menanggapi ucapan ibunya, kalau sudah seperti ini dia harus eksta membujuk mamanya agar tidak mengacuhkannya lagi.
Tristan sangat tersiksa kalau Lidya mengacuhkannya, dia sangat tau apa yang diinginkan oleh Lidya, tapi karena dia belum siap untuk menikah, Tristan selalu berpura-pura tidak mengerti.
Sesampainya di rumah, Lidya masih saja mengacuhkan Tristan, tapi sayangnya Tristan sudah terlambat untuk menghadiri meeting jadi dia segera pergi ke kantor dan menghibungi Anaya agar dia mau menemani ibunya di rumah, setelah pulang dari kantor nanti Tristan akan coba untuk membujuk mamanya agar beliau tidak marah lagi.
Sampai di kantor, Tristan langsung menuju ruang meeting, selama mendengarkan presentasi dari kliennya Tristan sangat tidak fokus, dia selalu terbayang dan terdengar suara Keyla saat sedang mengaji tadi, hatinya menghangat lagi-lagi senyuman tipis hadir di sudut bibirnya, membuat Ryan dan beberapa karyawan heran melihat bos mereka yang sangat dingin dan selalu memasang wajah datar hari ini tersenyum, sadar dengan tatapan para karyawan dan kliennya yang berada di ruang rapat, Ryan pun beralih melihat dan menyikut kakaknya lalu bebisik.
"Kak, apa kau baik-baik saja? sepertinya ada yang berbeda hari ini, apa kau punya kabar gembira?" tanya Ryan.
"Diam, aku baik-baik saja, fokus saja dengan rapat ini!" jawab Tristan dengan melayangkan tatapan tajamnya kepada semua orang yang ada di ruang rapat itu, hingga membuat mereka ketakutan dengan tatapan Tristan.
Sambil mendengarkan presentasi dari kliennya, Tristan menyandarkan kepala di kursi kebesarannya, dengan pandangan menatap langit-langit ruang meeting.
"Keyla, gadis yang sangat acuh dan mungkin berbeda dari yang lain, sangat menarik." ucap Tristan dalam hatinya.
Bersambung....