Chereads / My Husband, My CEO / Chapter 10 - Dialah CEO Itu?

Chapter 10 - Dialah CEO Itu?

"Tapi, perasaan pernah ketemu sama dia, di mana ya?" tanya Keyla di dalam hatinya, Keyla merasa familiar dengan wajah Tristan, tapi dia belum mengingat di mana dirinya bertemu dengan Tristan.

"Aduh, pernah ketemu sama dia di mana ya," ucap Keyla di dalam hatinya sambil terus memandangi wajah Tristan, hal itu membuat Lidya dan Rania saling pandang dengan kening yang berkerut.

"Key, kamu kenapa, Sayang?" tanya Rania.

"Eh ... Key gak apa-apa, Bun," jawab Keyla dan kembali menikmati makanannya.

"Coba deh, kamu ingat-ingat lagi, Key, masa kamu sama sekali gak kenal Tristan," ucap Lidya, Keyla hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kamu juga gak kenal Keyla?" tanya Lidya beralih kepada Tristan.

"Gak," jawab Tristan dengan datar.

"Ya ampun, kalian gimana sih, kerja di perusahaan yang sama masa gak saling kenal," ucap Lidya dengan gemas.

"Pekerjaan aku di kantor itu banyak, Ma, aku gak mungkin kenalan sama karyawan LC satu persatu, buang-buang waktu," ucap Tristan dengan angkuhnya.

"Kalau gak ada karyawan, LC gak bakalan berkembang juga, Tristan, ini namanya kamu gak bertanggung jawab sama karyawan kamu," ucap Lidya.

"Aku tau, Ma, tugas CEO bukan cuma satu, tapi banyak, lagian ada HRD juga kan yang mengurus semuanya yang berkaitan sama karyawan," ucap Tristan.

"WHAT CEO!" pekik Dania saat mendengar ucapan Tristan.

"Iya, Tristan ini CEO LC Corporation," mata Keyla dan Dania membulat sempurna saat mendengar ucapan Lidya. Keyla pun memandang Tristan dari atas sampai bawah sambil berkata di dalam hatinya.

"Jadi ini toh yang katanya CEO ganteng itu, emang ganteng sih, tapi kayaknya nyebelin banget, haduh aku ngerasa kita beneran pernah ketemu, tapi di mana? Haiish ... kenapa aku jadi pikun begini," ucap Keyla di dalam hatinya.

"Key, kok lo ngeliatin Tristan kayak gitu banget sih?" tanya Sherly sedikit berbisik.

"Gak apa-apa," jawab Keyla dengan datar. Sherly mengangkat kedua bahunya terheran dengan sikap sahabatnya ini, dia pun berpamitan untuk pergi menemui Gilang, suaminya.

"Dania, kamu udah selesai sarapannya?" tanya Dedy.

"Udah, Yah," jawab Dania.

"Ayo, berangkat sekarang nanti kamu terlambat!" ajak Dedy, Dania pun segera berpamitan kepada semua orang, dan pergi kuliah.

"Bun, Key bisa minta tolong?" tanya Keyla.

"Boleh dong, kenapa?" tanya Rania sambil merapikan perlengkapan mereka.

"Tolong panggil, Gilang, Key udah bisa pulang atau belum, Key gak mau di sini lama-lama," jawab Keyla.

"Baiklah tunggu sebentar, Bunda panggil dokter Gilang dulu," ucap Rania.

"Aku ikut, Nia," ucap Lidya sambil memberikan isyarat kepada Rania, lalu Lidya melirik kepada Tristan yang duduk di sofa. Rania pun mengerti apa yang dimaksud oleh Lidya, dia menganggukkan kepalanya perlahan lalu beralih melihat Tristan juga.

"Tristan, Tante boleh titip Keyla sebentar, soalnya Tante sama Mama kamu mau panggil dokter dulu," ucapan Rania membuat maya Keyla terbelalak sempurna.

"Pasti boleh dong, Nia, udah lah ayok, jangan ijin dulu sama dia, kulkas berjalan kayak gitu gak usah diajak ngomong," ucap Lidya lalu menarik lengan Rania agar mereka segera keluar dari ruangan Keyla.

"Tante tinggal dulu ya, Tristan." ucap Rania, Tristan hanya menganggukkan kepalanya menjawab ucapan wanita paruh baya itu.

Keyla yang masih diam di ranjang hanya bisa menatap kepergian Rania dan Lidya, lagi pula kenapa ibunya meninggalkan Keyla berduaan dengan Tristan di ruangan itu.

Keyla pun bingung harus berbuat apa, akhirnya Keyla memutuskan untuk melaksanakan shalat dhuha, Keyla memang seorang gadis yang taat beribadah, namun dia belum mantap untuk menutup auratnya dengan sempurna. Dengan perlahan Keyla berjalan menuju toilet melewati Tristan yang masih fokus dengan tablet yang dia pegang, mungkin pria itu sedang bekerja, entahlah, Keyla pun tidak ingin tau apa yang sedang dilakukan oleh pria itu.

Beberapa menit kemudian, Keyla keluar dari kamar mandi bersamaan dengan Tristan yang tidak sengaja menengok ke arah kamar mandi, Tristan tertegun melihat wajah Keyla yang basah karena air wudhu, terlihat sangat segar dan menenangkan, baru kali ini dia memandang wajah seorang gadis seperti itu.

Sebuah senyuman tipis pun hadir di sudut bibir Tristan.

"Cantik sekali." gumam Tristan dalam hati, dengan perlahan Tristan menepuk pelan pipinya.

Apa-apaan ini, sekarang Tristan yang lebih dulu memuji seorang wanita? Tidak-tidak kenapa bisa seperti ini, biasanya para wanitalah yang pertama kali memuji dan mengejar Tristan tapi kenapa kali ini berbeda, bahkan Keyla terkesan tidak peduli dengan kehadirannya.

Tristan menjadi penasaran dengan gadis ini, Tristan akui, Keyla memang sangat cantik, padahal Keyla sedang tidak menggunakan make-up apapun, dia hanya baru selesai berwudhu, mungkin benar apa yang dikatakan oleh orang kalau air wudhu bisa membuat wajah semakin bersih dan terlihat seperti bercahaya, dan baru pertama kali ini Tristan melihat seorang wanita cantik alami tanpa polesan make up sedikitpun, tunggu dulu apa dia sudah mulai tertarik kepada Keyla?

Tristan terus memandangi Keyla hingga gadis itu selesai melaksanakan shalat dan sekarang dia sedang membaca Al-Qur'an setiap hari Keyla memang selalu melakukan sembahyang sunah itu walaupun dia selalu sibuk bekerja tapi Keyla selalu menyempatkan diri untuk melakukan sembahyang sunah, saat mendengar ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh Keyla, tiba-tiba hati Tristan terasa menghangat, apa lagi suara Keyla saat melantunkan ayat-ayat suci itu terdengar sangat merdu bagi Tristan.

Apakah ini saatnya Tristan membuka hatinya untuk memulai hubungan dengan seorang wanita, dan apa mungkin ini adalah waktunya untuk dia memulai kehidupan baru dalam ikatan suci pernikahan, tapi dia masih takut untuk menikah karena masa lalu ibunya yang juga membuat Tristan kehilangan sang ayah.

***

Di luar ruangan Keyla, keadaan sangat berbeda, ternyata diam-diam Lidya dan Rania memperhatikan Keyla dan Tristan dari balik pintu, Lidya tersenyum melihat pandangan Tristan yang tidak lepas dari Keyla, Lidya berharap semoga saja usahanya kali ini tidak berakhir sia-sia.

"Loh, Tante kenapa ada di luar? Udah gitu kayak yang lagi ngintip aja?" tanya Gilang dan Sherly yang baru saja datang, mereka heran melihat Rania dan Lidya mengendap-ngendap di luar ruang rawat Keyla.

"Sst ... jangan berisik, Dok, kita emang lagi ngintip Keyla sama Tristan," ucap Lidya.

Gilang dan Sherly hanya saling pandang tak mengerti apa yang dimaksud oleh dua wanita paruh baya itu.

"Begini, Tante dan Tante Lidya berniat untuk menjodohkan Keyla dengan Tristan, sejak mereka bertemu, mereka tidak saling sapa, malah mereka terlihat cuek dan tidak peduli, makanya Tante tinggalin mereka berdua di dalam, ya siapa tau aja kalau mereka ditinggal berdua mereka mau ngobrol, eh malah tetap sama saja, padahal kalian tau sendiri kan Keyla itu biasanya gampang sekali akrab sama orang." ucap Rania.

Bersambung....