"Begini, Tante dan Tante Lidya berniat untuk menjodohkan Keyla dengan Tristan, sejak mereka bertemu, mereka tidak saling sapa, malah mereka terlihat cuek dan tidak peduli, makanya Tante tinggalin mereka berdua di dalam, ya siapa tau aja kalau mereka ditinggal berdua mereka mau ngobrol, eh malah tetap sama saja, padahal kalian tau sendiri kan Keyla itu biasanya gampang sekali akrab sama orang," ucap Rania.
"Iya juga, Tante, semenjak kejadian itu, Key jadi lebih dingin sama orang baru apa lagi sama laki-laki, mungkin Keyla masih trauma dan semakin waspada, Tante," ucap Sherly.
"Tapi ini perkembangan yang sangat bagus buat Tristan," ucap Lidya.
"Maksudnya?" tanya Rania dengan kening yang berkerut.
"Maksudnya, aku gak pernah liat Tristan memandang seorang wanita seperti dia memandang Keyla tadi, semoga aja kali ini Tristan setuju dijodohkan sama Keyla," jawab Lidya dengan antusias.
"Ya semoga aja rencana Tante berdua berjalan dengan lancar, tapi maaf Tante, saya harus masuk sekarang, karena saya masih harus periksa pasien yang lain," ucap Gilang, lalu Gilang pun masuk ke ruang rawat Keyla, diikuti oleh Sherly, Rania, dan Lidya.
"Gak betah banget sih di rumah sakit, pengen cepat-cepat pulang aja, udah beres-beres segala, emangnya yakin gue bakalan ngijinin lo pulang!" ucap Gilang, lalu dia melirik sekilas kepada Tristan.
"Harus lah, pokoknya kamu harus ijinin aku pulang sekarang, aku udah bosen tau di sini!" ucap Keyla. Lalu Gilang memeriksa keadaan Keyla.
"Oke, lo boleh pulang sekarang, tapi lusa lo harus balik ke sini lagi buat cek luka jahitannya, dan ingat jangan dulu terlalu capek, soalnya tekanan darah lo masih rendah, lo harus banyak istirahat," ucap Gilang.
"Baik, terima kasih, Pak Dokter," ucap Dinda.
"Di rumah nanti jangan lupa sering diganti perbannya, agar lukanya tidak infeksi," ucap Gilang.
"Iya, terima kasih, Nak Gilang," ucap Rania.
"Saya permisi dulu ya, Tante, ayo Sayang," ajak Gilang kepada Sherly.
"Ya ampun mentang-mentang pengantin baru, ke mana-mana harus berdua, digandeng terus tuh istrinya," ledek Keyla.
"Biarin aja istri gue kan cantik, takut ada yang bawa, nanti kalau ilang susah nyari yang beginian lagi, sirik aja lo sama kita, makanya cepat nikah sana biar bisa ngerasain juga," ucapan Gilang membuat Keyla cemberut, niat hati ingin meledek sahabatnya malah dia yang kena batunya, ini mah senjata makan tuan namanya.
"Males deh kalau udah mulai bahas pernikahan," gerutu Keyla, tanpa dia sadari jika Tristan kembali menyunggingkan senyumannya melihat wajah Keyla yang kesal.
"Lah emangnya lo gak mau nikah, mau gitu jadi perawan tua?" tanya Gilang.
"Shel, aku pengen lempar dia pake tas boleh gak?" tanya Keyla dengan kesal.
"Baperan lo," ucap Gilang.
"Ish ... kamu tuh, sekarang malah suka berantem sama Keyla, malu tau dilihatin, Tante," ucap Sherly mulai menengahi perdebatan Keyla dan Gilang.
"Tau nih, dokter kok bar-bar banget sih!" ucap Keyla merasa ada yang membela.
"Udah-udah, kenapa malah ribut sih, terima kasih ya Gilang," ucap Rania lagi.
"Sama-sama, Tante," ucap Gilang.
"Key, sorry ya gue gak bisa antar lo pulang," ucap Sherly.
"Iya Shel, gak apa-pa, terima kasih ya," ucap Keyla, setelah berpamitan Gilang dan Sherly pun keluar dari ruangan Keyla.
"Sudah selesai semuanya, Sayang?" tanya Rania.
"Alhamdulillah udah, Bun, tinggal nunggu ayah jemput aja," jawab Keyla.
"Gak usah nunggu mas Dedy, biar aku sama Tristan yang antar kalian, iya kan Tian?" tanya Lidya. Tristan tidak menjawab pertanyaan ibunya, dia langsung membawakan tas Keyla yang sudah siap di atas ranjang.
"Terima kasih, ya Tristan, maaf merepotkan!" ucap Rania, sedangkan Tristan hanya menganggukkan kepalanya, sementara Keyla hanya diam menuruti ibunya dan Lidya.
Tanpa disadari Keyla dan Tristan berjalan beriringan, banyak pasang mata yang melihat keduanya kagum, Keyla dan Tristan terlihat seperti pasangan sangat serasi, yang lelaki tampan dan yang wanita cantik. Tristan sesekali mencuri pandang kepada Keyla, sambil tersenyum tipis.
Lidya yang melihatnya dari belakang merasa sangat senang akhirnya dia bisa melihat Tristan tersenyum kepada seorang wanita selain dirinya dan Anaya.
Semoga saja kali ini rencananya berhasil, dan semoga Keyla adalah jodoh yang tepat untuk Tristan.
***
Setelah sampai di parkiran rumah sakit, Lidya dan Rania segera masuk ke mobil Tristan, sedangkan Keyla masih diam, karena dia bingung harus duduk di mana, tidak mungkin Keyla duduk di depan tepatnya di samping Tristan.
"Key, kok kamu diam aja, cepetan masuk ke mobil!" perintah Lidya.
"Aku duduk di mana, Tante?" tanya Keyla dengan polosnya.
"Ya duduk di depan lah, di samping Tristan, emangnya di mana lagi, Tante sama bunda kamu mau ngobrol, mengenang masa lalu, makanya kamu duduk sama Tristan di depan," jawab Lidya.
"Tapi, Tante ...."
"Cepatlah masuk, waktuku sangat berharga, jika kau tidak ingin diantar olehku, kau naik taksi saja sana, membuang-buang waktu," ucap Tristan dengan ketus sambil menutup pintu mobilnya dengan kencang.
"Astaghfirullah, ini orang beneran ngeselin ternyata, kalau bukan karena permintaan bunda, aku juga gak mau pulang sama kamu!" gerutu Keyla, mau tidak mau dia masuk ke mobil Tristan dan duduk di samping pria yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Setelah semuanya terlihat duduk dengan nyaman, barulah Tristan melajukan mobilnya menuju alamat yang diberikan oleh Rania.
Sebenarnya, Keyla merasa sangat tidak nyaman duduk di kursi depan bersebelahan dengan Tristan, tapi itu semua karena permintaan Lidya. Jujur saja Keyla sangat risih dengan keadaan ini, apalagi dia tau kalau sejak tadi, Tristan sesekali mencuri pandang kepadanya.
Keyla sengaja mengalihkan pandangannya ke arah luar, sementara di kursi belakang Rania dan Lidya malah asik mengenang masa lalu mereka, untung saja sebelum berangkat, Rania memberi tau alamat rumah mereka kepada Tristan, kalau tidak mereka pasti tersesat.
Dari belakang, Lidya terus memperhatikan gerak gerik Tristan. Di dalam hatinya, Lidya ingin sekali segera menikahkan Tristan dengan Keyla. Namun, dia harus melakukan semuanya dengan perlahan namun pasti.
"Sebenarnya apa yang membuat wanita ini terlihat istimewa?" tanya Tristan di dalam hatinya sambil melirik Keyla yang terus memalingkan wajah.
"Stop it Tristan, semua wanita sama saja, mereka hanya ingi memanfaatkan kamu!" ucap Tristan lagi, terjadi perang batin di dalam diri Tristan, satu sisi dia merasa tertarik kepada Keyla karena sikap acuhnya, Keyla tidak seperti wanita lain yang selalu melihatnya seperti singa betina yang kelaparan dan siap untuk menerkam mangsanya.
Tapi di sisi lain, Tristan menganggap Keyla sama saja, apalagi dia sekarang tau kalau Keyla bekerja di perusahaan miliknya, sudah pasti dia akan melakukan hal yang sama seperti kebanyakan karyawan wanitanya yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang mereka inginkan termasuk merendahkan harga diri mereka.
Bersambung....