Para bodyguard Tristan pun langsung menuruti perintah Tristan, mereka membopong tubuh Mona seperti membawa karung beras, Mona hanya bisa meronta-ronta sambil berteriak.
"Kau benar-benar kurang ajar Tristan, aku akan membalas semua penghinaan ini, aku pastikan kamu akan menjadi milikku, aarrgghh lepaskan aku, berengsek kau, Tristan!" teriak Mona.
"Wanita murahan, membuang-buang waktuku saja," ucap Tristan, dia segera bersiap untuk pergi ke rumah Anaya, sebelum pulang, Tristan menjemput Lidya terlebih dahulu.
"Bagaimana, Ryan, apa kamu sudah menemukan siapa pelakunya?" tanya Tristan saat dia berpapasan dengan Ryan yang juga akan pulang.
"Belum, Kak, CCTV di TKP sengaja mereka matikan untuk menghilangkan jejak, tapi aku rasa masih pelaku yang sama, bagaimana keadaan, mama?" tanya Ryan.
"Mama baik-baik saja, karena diselamatkan oleh seorang gadis, dan gadis itu sekarang masih di rumah sakit, aku ingin menjemput mama dulu di rumah kak Naya, apa kau mau ikut?" tanya Tristan.
"Tidak, Kak, aku ingin langsung pulang saja, rasanya hari ini banyak sekali pekerjaan, belum lagi masalah kita bertambah mencari siapa dalang di balik semua kecelakaan yang terjadi pada keluarga kita," jawab Ryan.
"Baiklah, kamu harus terus mencari tau siapa pelakunya." ucap Tristan.
Adik kakak itu segera menuju lift yang langsung terhubung ke parkiran bawah tanah, parkiran itu khusus hanya untuk mereka berdua.
****
"Assalamu'alaikum, Kakak baik-baik saja kan?" tanya Dania yang baru saja masuk ke ruang rawat Keyla.
"Wa'alaikum salam, alhamdulillah Kakak baik-baik aja, Dek," jawab Keyla.
"Terus pelakunya bagaimana Kak, apa dia bertanggung jawab atau tidak?" tanya Dania.
"Kakak juga gak tau pelaku tabrak lari itu ke mana, namanya juga tabrak lari pasti dia kabur lah, kamu ini gimana sih," jawab Keyla.
"Dasar manusia tidak bertanggung jawab, awas saja kalau ketemu nanti, aku bakalan bikin dia babak belur!" ucap Dania dengan gemas.
"Emang berani?" tanya Keyla mengejek.
"Hehe enggak," jawaban Dania membuat semua orang yang ada di ruangan Keyla tertawa.
"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja," ucap Nita.
"Iya, Tante, alhamdulillah, insya Allah besok juga Key sudah bisa pulang, tinggal rawat jalan saja," ucap Keyla.
"Ayah sama Bunda lebih baik pulang saja, biar Dania yang jagain Kak Keyla di sini," ucap Dania.
"Kamu saja sama Bunda yang pulang, biar Ayah di sini, besok kan kamu kuliah," ucap Andi.
"Gak apa-apa, Yah, biar aku besok berangkat dari sini saja, aku juga udah bawa pakaian ganti dan perlengkapan buat besok, tugas aku juga sudah selesai semua, Ayah sama Bunda istirahat saja di rumah, tapi besok jangan lupa bawain aku sarapan ya," ucap Dania lalu tertawa.
"Ya sudah kalau begitu, Ayah sama Bunda pulang dulu, Ayah juga sudah minta tolong om Ferdi untuk membawa pulang mobil kamu," ucap Dedy.
Keyla hanya menganggukkan kepalanya untuk menyetujui apa yang dikatakan Dedy.
"Sayang, tolong jaga kakak kamu ya, Bunda sama Ayah pulang, kalau terjadi sesuatu segera hubungi kami, kalian hati-hati di sini ya!" ucap Rania lalu mengecup kening Keyla dan Dania.
"Bunda dan Ayah hati-hati juga, Ayah hati-hati nyetir mobilnya, Tante terima kasih udah jenguk, Key," ucap Keyla.
"Harus dong, kamu kan keponakan Tante, Tante pulang dulu ya, Sayang, kamu cepat sembuh," ucap Nita.
Sebelum pergi, Dedy memeluk Keyla dan Dania bergantian.
"Kalian baik-baik di sini ya Nak, besok Ayah dan Bunda ke sini lagi," ucap Dedy.
Para orang tua pun akhirnya pulang.
"Eh, Kak, gimana di kantor, kata teman-teman aku di kampus, pemilik LC Corporatian ganteng banget, benar gak, Kak?" tanya Dania bersemangat, dia sangat penasaran seperti apa wajah lelaki yang selalu dibicarakan oleh teman-temannya di kampus, kebetulan kakaknya bekerja di tempat itu.
"Bosen deh, gak adik sendiri gak temen-temen di kantor, yang dibahas cuma itu terus, gak ada topik lain apa," ucap Keyla yang benar-benar sudah bosan dengan pembicaraan itu.
"Kakak mah begitu, aku kan pengen tau, Kak, penasaran siapa tau aja nanti jadi kakak ipar aku, kabarnya sih dia masih single kalau buat aku kayaknya dia ketuaan deh," ucap Dania.
"Jangan ngarep ketinggian, Dek, kenal juga enggak, ketemu aja gak pernah, cuma tau kalau dia CEO di kantor doang," ucap Keyla.
Selama bekerja di LC, Keyla memang belum pernah bertemu dengan sang CEO, paling dia bertemu dengan direktur pemasaran aja.
"Masa sih, Kak, udah setahun lebih loh Kakak bekerja di situ, masa Kakak belum pernah ketemu sama dia?" tanya Dania.
"Beneran, percaya ya syukur enggak juga gak masalah, gak penting banget sih, udah ah Kakak mau tidur ngantuk!" jawab Keyla.
"Gak asik ah, Kakak mah, jangan lupa baca do'a dulu!" ucap Dania lalu membenarkan selimut kakaknya, dia selalu berdo'a untuk kebahagiaan kakaknya itu, semoga Keyla segera mendapatkan jodoh yang baik.
***
Beberapa menit di perjalanan, akhirnya Tristan sampai di rumah Anaya, Tristan pun memarkirkan mobilnya di halaman rumah Anaya, dia tidak tau kalau Mona mengikuti mobilnya, Mona sudah menyusun rencana agar dia bisa membalas sakit hatinya.
"Bagaimana pun caranya aku harus bisa mendapatkan kamu dan seluruh kekayaanmu, Tristan!" ucap Mona.
"Assalamu'alaikum!" ucap Tristan.
"Wa'alaikum salam!" sahut semua orang.
"Om Tian!" Nabila yang mendengar suara Tristan segera berlari menghampiri Tristan, om kesayangannya.
"Hai Princess, kamu kok belum tidur?" tanya Tristan dan langsung menggendong keponakan kesayangannya.
"Bila kan nunggu, Om, om Ryan mana?" tanya gadis gembul itu.
"Om Ryan gak ikut ke sini, Sayang, sekarang Bila tidur ya, kan udah ketemu sama, Om," ucap Tristan.
"Gak mau, Om harus janji dulu sama Bila kalau Om mau beliin mainan baru buat, Bila," ucap Nabila.
"Oke, oke, Om janji, besok Om beliin Bila mainan baru, sekarang Bila tidur sama Umma ya, udah malam, good night Princess," ucap Tristan lalu mengecup gemas pipi gembul Nabila.
"Good night, Om!" ucap Nabila lalu turun dari gendongan Tristan dan berlari menuju kamarnya.
"Hai, Kak," sapa Tristan kepada kakak iparnya.
"Bagaimana, udah tau siapa pelaku tabrak lari itu?" tanya Bima.
"Belum, Kak, masih diselidiki sama Ryan, sepertinya masih orang yang sama," jawab Tristan.
"Mama mana, Kak?" tanya Tristan.
"Mama lagi di kamar Nabila sama Naya, sebentar lagi juga keluar," jawab Bima.
Lalu Tristan dan Bima berbicara seputar bisnis mereka, tak lama kemudian Lidya dan Anaya keluar dari kamar Nabila.
"Kenapa Mama kamu jemput, biarin aja sih Mama nginep di rumah Kakak!" ucap Anaya, dia memang selalu menggerutu jika Lidya dijemput pulang oleh adik-adiknya.
"Ck ... udah nikah, masih aja minta ditemenin Mama, gak malu apa sama suaminya," ucap Tristan.
"Tian, besok kamu temenin Mama ke rumah sakit kita jenguk Keyla lagi," ucap Lidya.
"Mama pergi sama Ryan aja, besok aku ada meeting," ucap Tristan.
"Tidak ada alasan Tristan Pradikta, kamu lebih mementingkan meeting kamu dari pada, Mama?" tanya Lidya dengan sengit.
"Bukan gitu Ma, tapi-!" jawaban Tristan terhenti karena Lidya kembali melayangkan tatapan tajamnya.
"Tapi apa, hah?" sungut Lidya.
"Iya iya baik, Ibunda ratu!" ucap Tristan yang akhirnya pasrah, sekuat apapun dia menolak, pasti akhirnya dia akan menuruti kemauan sang ibunda tercinta.
Sementara Lidya memberi tatapan kepada Anaya, sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu.
"Pasti ada yang gak beres nih!" ucap Tristan menerka-nerka di dalam hatinya, dia sudah sangat hapal kalau kakak dan ibunya saling memberikan isyarat seperti itu pasti mereka sedang merencanakan sesuatu.
Bersambung....