Della meminum es teh nya beberapa kali, saat ini dia sedang kepedasan karena menyetujui tantangan Bima untuk memakan mie dengan sepuluh cabai.
"Boleh nambah satu gelas es teh lagi nggak?" Tanya Della.
"Nggak." Balas Bima.
"Ihh ini punya gue es teh nya udah mau habis, sedangkan mie nya aja masih setengah," ujar Della.
"Kan ini tantangan, salah siapa Lo mau," ujar Bima.
"Ya kalau gue berhasil, Lo mau bantuin gue sesuatu kan?" Tanya Della.
"Iya, sesuatu apa pun itu." Balas Bima.
"Deal," ujar Della.
"Deal." Balas Bima.
"Huh pedes banget gila," ujar Della, sambil menyuapkan kembali mienya.
"Dell, kalau nggak kuat nggak usah di terusin," ujar Aurel.
"Gue kuat kok." Balas Della, sambil mengibaskan tangannya ke depan wajahnya karena kepedesan.
"Sumpah Dell, itu muka Lo udah merah gitu," ujar Naumi.
"Gue saranin berhenti deh Dell," ujar Ibra.
"Arghh nggak, gue tuh suka pedes," ujar Della.
"Irvan," ujar Ibra yang melihat Irvan dan Lily melangkah ke dekatnya.
Semuanya pun menoleh ke arah Irvan dan Lily, semuanya terkejut melihat Irvan yang mengendong anak kecil.
"Loh kok ada Irvan?" Tanya Della.
"Tadi Gue suruh kesini Lo nolak, sekarang kok kesini?" Tanya Ibra.
"Mau makan." Balas Irvan.
"Lily makin gemesin aja," ujar Ibra, sambil mengambil alih Lily dari gendongan Irvan.
"Bang Ibra ya?" Tanya Lily.
"Iya, masih kenal kan ya," ujar Ibra.
"Iyaa." Balas Lily, dengan malu-malu.
"Kakak cantik itu kenapa mukanya? Kok merah merah sih?" Tanya Lily, sambil menunjuk Della, yang sedang mengelap keringat di dahinya.
Pandangan Irvan beralih ke Della, dia mengernyitkan dahinya saat melihat muka kepedasan Della.
"Habis ngapain?" Tanya Irvan, kepada Della.
Della mendongak mendengar pertanyaan dari Irvan.
"Makan, Huaaa pedes banget." Balas Della.
Saat Della ingin melanjutkan acara makannya, tiba-tiba saja piring mienya di ambil oleh Irvan.
"Berapa cabe?" Tanya Irvan, saat melihat banyaknya potongan cabe di mie Della.
"Sepuluh." Balas Aurel.
"Gila Lo?" Tanya Irvan, dengan terkejut.
"Ihh apa sih, sini balikin." Protes Della, sambil menatap Irvan kesal.
"Lo mau sakit?" Tanya Irvan.
"Nggak lah." Balas Della, dengan cepat.
"Yaudah, nggak usah di lanjut," ujar Irvan, sambil membuang mie tersebut ke dalam tong sampah.
"IRVAN!" Pekik Della, sambil melihat Irvan yang dengan santainya membuang mienya yang hampir habis begitu saja.
"Lo ngeselin banget sih, padahal gue bentar lagi udah bisa memenuhi tantangan," ujar Della.
"Tantangan?" Tanya Irvan.
Bima yang mendengar kata tantangan langsung menatap Irvan dengan takut, bisa habis dirinya jika Irvan tau Bima lah yang sudah menantang Della. Eh Della kan hanya pacar pura-pura Irvan? Apakah seperduli itu Irvan?
"Jadi gue tuh dapat tantangan dari Bima, makan mie dengan sepuluh cabe, nanti dia mau bantuin gue sesuatu. Pas gue udah mau menyelesaikan tantangannya,eh dengan se-enaknya Lo malah buang mie gue," ujar Della, dengan emosi yang masih menyelimutinya.
Irvan langsung menatap Bima yang sudah menatap dia dengan pandangan memohon, Irvan tidak memperdulikan itu, dia langsung menghampiri Bima sambil mendorong bahu Bima dengan cukup kencang. Hal itu membuat Bima hampir saja terjatuh apabila tidak ada Ibra yang memeganginya.
"Lo mau bunuh Della?" Tanya Irvan, dengan nada tajam.
"Irvan, Lo kenapa sih," ujar Della, sambil menarik pergelangan tangan Irvan untuk menjauh dari Bima.
"Lo yang kenapa, kenapa Lo Nerima tantangan dari dia?" Tanya Irvan, menatap tajam Della.
"Ya kenapa nggak? Dia bisa bantuin gue sesuatu, apapun itu." Balas Della.
"Duduk," ujar Irvan, sambil mendudukkan Della dengan paksa.
Setelah itu, Irvan pergi meninggalkan mereka. Tentu saja mereka semua menatap Irvan bingung.
"Bang Irvan ninggalin Lily?" Tanya Lily, dengan nada bergetar ingin menangis.
"Nggak Lily, Bang Irvan lagi pergi sebentar." Balas Ibra, yang sedari tadi mengajari Lily bermain game Pou di handphonenya.
"Kakak cantik, Tadi bang Irvan marah sama kakak ya?" Tanya Lily, kepada Della.
"Nggak Sayang." Balas Della, sambil tersenyum.
"Kok tadi Bang Irvan menatap Kakak dengan tajam?" Tanya Lily.
"Kakak tidak tau." Balas Della.
"Kakak cantik, namanya siapa?" Tanya Lily.
"Kak Della, kamu Lily?" Tanya Della.
"Iya, namaku Lily." Balas Lily.
"Lily adeknya Irvan?" Tanya Della.
"Dia sepupu Irvan." Balas Ibra.
"Ohh," ujar Della.
"Bima, Lo nggak papa kan?" Tanya Ibra, yang menyadari Bima hanya dia saja tidak melakukan apapun.
"Nggak, gue kaget aja Irvan se perhatian itu sama Della," ujar Bima.
"Maafin kelakuan Irvan tadi ya Bim," ujar Della.
"Santai aja, gue emang salah. Maafin gue ya udah bikin Lo kepedesan," ujar Bima.
"Nggak papa, gue juga salah." Balas Della.
Irvan kembali dengan membawakan beberapa air mineral dan roti untuk Della.
"Minum," ujar Irvan, sambil menyodorkan sebotol air mineral yang sebelumnya sudah dia buka tutup botolnya.
"Makasih," ujar Della.
"Bang Irvan, tadi ice Crema Lily di mana?" Tanya Lily, yang teringat dengan Ice cream nya.
"Di situ." Balas Irvan, sambil menunjuk sebuah plastik yang ada di atas meja dekat Bima.
"Nih Ly," ujar Bima, mengambilkan kantung plastik tersebut kepada Lily.
"Makasih Bang," ujar Lily.
"Sama-sama." Balas Bima.
"Bim." Panggil Irvan.
"Kenapa Van?" Tanya Bima.
"Jangan ulangi lagi," ujar Irvan, yang langsung di pahami oleh Bima.
"Iya, ngomong-ngomong Lo kayaknya sebentar lagi bakal jadi couple sama Della deh" Balas Bima, sambil terkekeh.
"Nggak." Bantah Irvan.
***
Sore ini, Della memikirkan perbuatan Irvan tadi di warmindo terus menerus. Ntah lah hatinya merasa ada getaran cinta secara tiba-tiba.
"Tadi tuh Irvan perhatian sama gue ya," ujar Della, sambil menatap pemandangan dari balkon kamarnya.
"Hmm kalau di pikir-pikir, nggak masalah sih gue di jodohin sama cowok kaya Irvan. Jujur, Dia termasuk tipe gue," ujar Della, sambil senyum-senyum sendiri seperti orang baru jatuh cinta.
"Fiks gue mau jadi istrinya Irvan, dapet yang nyaris sempurna gue. Udah ganteng, cuek tapi perhatian, kaya, dan hmm kalau di lihat dari cara dia memperlakukan Lily dia penyayang juga deh," ujar Della.
"Kok tiba-tiba gue pengen chat dia ya," ujar Della.
Tidak berfikir dua kali, Della mengirimkan pesan kepada Irvan. Walau hatinya dag dig dug takut hanya di read.
Della
Irvan,
bisa minta tolong nggak?
Benar saja, Della tak kunjung mendapat balasan dari Irvan, akhirnya Della memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya. Dia ingin merebahkan tubuhnya sambil menunggu balasan chat dari Irvan.
Della menghela nafas dengan kasar, karena tak mendapat notif balasan dari Irvan.
"Seriusan dia nggak mau balas chat gue? Padahal centang dua abu-abu," ujar Della, dengan muka lesunya.