Chereads / Tembok Pembatas / Chapter 3 - Chapter 3 - Atasan yang Hangat

Chapter 3 - Chapter 3 - Atasan yang Hangat

akhirnya bona tiba di ruangan tempat kerjanya, namun ia tak menemukan atasannya.

ia berinisiatif untuk mencoba melihat-lihat isi ruangan itu, ia sangat kagum dan di ruangan tempat itu sangat luas, kursi empuk, komputer keluaran terbaru bahkan difasilitasi dengan tv yang besar, dapur mini di sudut rungan yang sangat rapi dan tertata, ruangan itu tampak sangat berkelas dan mewah.

"selamat pagi"

bona tiba-tiba terkejut saat mendengar suara dari arah belakangnya.

"maaf jika sedikit mengagetkan, saya muza kepala di divisi disini, apakah kamu....?" muza bertanya kembali sambil mengingat sesuatu.

bona langsung menjawab sambil memperkenal diri. "nama saya bona pak, saya sekretaris baru bapak, mohon maaf jika saya sedikit lancang tadi." bona menjawab sambil menundukkan kepala sambil terbata-bata karena ia malu ketahuan berkeliaran bahkan menyentuh barang sembarangan, ia sangat takut kalau ia akan di keluarkan di hari pertama ia bekerja.

namun muza hanya memberi senyuman, sehingga bona tersadar bahwa atasan sangat tampan, memiliki tubuh yang proporsional, bahakan ia cocok menjadi model di tambah pakainya rapi dan berkarisma bahkan sepertinya ia sudah sukses dia usia muda, pria yang sangat sempurna pantas saja sella tergila-gila padanya.

muza menyambut bona dengan hangat, ia menjelaskan tugas-tugasnya dengan sangat detail sehingga bona mudah memahaminya, setiap kata-kata yang keluar, gerakan tubuhnya penuh karismatik membuat bona kagum.

***

hari-hari terus berlalu, bona melakukan pekerjaan nya seperti biasanya dan atasannya selalu hangat, bukan hanya kepada-nya saja tapi kesemua orang.

setiap hari bona selalu mendengar kebaikan atasnya itu baik itu dari sella, lena, bahkan hampir satu kantor mengagumi muza.

namun bona merasa sikap atasnya itu sangat wajar jika baik kepada karyawan, walaupun awalnya ia juga merasa kagum, namun lama-lama ia merasa biasa saja terhadap atasnya itu. bona pun tidak ingin terlalu berpikir yang aneh, ia harus fokus terhadap pekerjaan agar ia bisa berkarier dengan lancar.