Chereads / Apakah Kamu Punya Adik Perempuan? / Chapter 2 - Bagian 2 : Adik Baru

Chapter 2 - Bagian 2 : Adik Baru

Tidak menjawab pertanyaan gadis misterius itu, Mikio hanya terdiam.

Dalam diamnya Mikio berusaha mengingat apakah ia sudah mengunci pintu kamar apartemennya dengan benar.

Tidak salah lagi, aku sudah mengunci pintu dengan benar, batin Mikio.

Dengan pikirannya yang logis, Mikio terus menggali berbagai kemungkinan.

Apakah mungkin jendela … tidak, aku hanya membuka gorden, batin Mikio.

Dengan tatapan tajam, gadis misterius itu menatap Mikio dari dalam selimut.

"Kakak … jawablah," ucap gadis tersebut.

Seketika dari sekujur tubuh Mikio, keringat dingin mengalir.

Mikio berusaha untuk berpikir logis, namun kemunculan gadis ini tidak masuk akal baginya.

Tenggelam dalam ketakutan, Mikio terdiam seribu bahasa.

"Jawablah," tutur gadis misterius.

Tiba-tiba Mikio merasakan rasa sakit dari kedua pergelangan tangannya.

Sensasi seperti di cengkram.

Aaargghh …

Pada tengah malam Mikio menjerit.

"Jawablah," kata gadis itu.

Bibir Mikio gemetar.

Mikio tidak memiliki adik.

"Ada" jawab Mikio.

Akibat rasa sakit pada kedua pergelangan tangannya, seketika Mikio jatuh pingsan.

14 agustus 2020.

Kamar apartemen Mikio, Shinjuku, Tokyo.

Pagi hari.

Tanpa alarm pagi, Mikio terbangun dari tidurnya.

Secara perlahan Mikio membuka mata.

Terpandang oleh Mikio, seorang gadis misterius sedang berdiri menatapnya.

Gadis tersebut memiliki mata hitam dengan rambut pendek sebahu.

Mengenakan pakaian tradisional wanita jepang, gadis itu mengenakan kimono berwarna putih dengan obi berwarna hitam, serta sandal tradisional geta.

Uwaaa ….

Jerit Mikio kaget.

Seketika Mikio menjauhi gadis itu, Kini tubuh Mikio tersandar pada dinding kamar apartemennya.

Dalam sekejap ingatan akan kejadian tadi malam, bangkit dalam pikiran Mikio.

Terlihat oleh Mikio, gadis itu menatap Mikio dengan khawatir.

"Kenapa kakak?" tanya gadis misterius.

Mikio bertanya, "kamu siapa?"

"Aku?" tanya gadis misterius.

Lalu gadis misterius menundukkan kepalanya.

Terlihat oleh Mikio, tangan kanan gadis misterius itu sedang menggenggam erat sebuah pisau dapur.

Tidak asing bagi Mikio, pisau dapur itu adalah milik Mikio.

Kemudian gadis itu menegakkan kepalanya lalu ia tersenyum pada Mikio

Gadis misterius berkata, "aku adalah adikmu."

Terpandang oleh Gadis itu, kedua tangan Mikio memar kemerahan.

Gadis tersebut bertanya dengan wajah polosnya, "apa yang terjadi dengan tangan kakak?"

Waktu berlalu, kini Mikio sedang duduk pada tepian kasur.

Sembari duduk, Mikio menerima perawatan oleh gadis misterius.

Secara perlahan, gadis misterius itu menempelkan kompresan es pada kedua pergelangan Mikio.

Aargghh ….

Jerit Mikio kesakitan.

Tanpa sengaja, gadis misterius terlalu menekan kompresan es pada luka Mikio.

"Maaf kakak," kata gadis misterius.

Mikio berkata, "tidak apa."

Sembari menerima perawatan, Mikio menatap wajah gadis misterius.

Wajah gadis misterius itu asing bagi Mikio.

Terlihat oleh Mikio, gadis misterius merawat lukanya dengan serius.

Dalam pikiran Mikio, ia bertanya-tanya ada apa dengan gadis misterius ini.

Gadis ini melukaiku, gadis ini merawatku, batin Mikio.

Tiba-tiba gadis misterius berkata, "sudah kakak."

Mikio segera menatap kedua pergelangan tangannya.

Kini warna kemerah-merahan pada kedua pergelangan tangan Mikio mulai memudar.

"Kakak … aku sudah merawat luka kakak, tolong elus kepalaku," ucap gadis misterius.

Terpandang oleh Mikio, gadis misterius itu tersenyum padanya.

Mikio hanya terdiam kebingugan, tidak punya adik perempuan, Mikio tidak paham pada situasi ini.

"Eluslah kepalaku," ucap gadis misterius dengan nada berat.

Sadar akan perubahan nada gadis misterius, Mikio dengan tangan gemetarnya mengelus kepala gadis misterius secara perlahan.

Menerima elusan dari Mikio, gadis misterius tersenyum.

Beberapa saat berlalu, sekarang Mikio sedang duduk di hadapan meja pendek pada depan televisi yang menyala.

Sudah tersaji pada meja pendek, sarapan untuk Mikio yaitu satu set sarapan tradisional jepang.

Terdiri dari semangkuk nasi, semangkuk miso serta ikan, set sarapan itu tampak terlihat biasa.

Sementara Mikio menatap makanan, gadis misterius sedang membersihkan perkakas dapur pada air keran yang mengalir.

Kemudian sembari membersihkan perkakas, gadis misterius menoleh ke arah Mikio.

"Kenapa kakak … sedang tidak nafsu makan?," tanya gadis misterius.

Dengan tangan gemetar, Mikio meraih ikan dengan sumpit.

Dalam pikiran Mikio, bisa saja ada racun pada makanan ini.

Namun jika Mikio tidak menyantap set sarapan ini, ia merasakan hal buruk akan terjadi padanya.

Hap ….

Mikio menyantap sarapan.

Glup ….

Mikio menelan suapan pertamanya.

Biasa, batin Mikio.

"Bagaimana rasanya kakak?" tanya gadis misterius sembari tersenyum.

Mikio menjawab sembari tersenyum, "enak."

Kemudian Mikio melanjutkan sarapan sembari menyaksikan tayangan laporan cuaca pada televisi.

Suasana kamar apartemen Mikio hening untuk beberapa saat, hanya suara pembawa acara laporan cuaca terdengar.

"Adikku," kata Mikio sambil menatap gadis misterius.

Gadis misterius bertanya, "kenapa kakak?"

"Kakak ... lupa nama adik kakak, apakah adik kakak bersedia memberitahukan namanya?" tanya Mikio.

Sembari mengajukan pertanyaan itu, Mikio tersenyum.

Gadis misterus terdiam, ia tiba-tiba berhenti membersihkan perkakas dapur.

Kemudian gadis itu berpaling kepada Mikio.

Terpandang oleh Mikio, gadis misterius tersenyum kepadanya.

"Ya ampun ... bisa-bisanya kakak melupakan nama adik kakak yang imut ini," ucap gadis misterius.

Mikio berkata, "maaf."

Lalu gadis misterius kembali membersihkan perkakas dapur pada air keran yang mengalir.

"Aya ... nama aku," ucap Aya.

Waktu berlalu, kini Mikio dengab pakaian rapi sedang mengenakan sepatu di depan rak sepatu.

Sementara itu, Aya sedang berdiri sembari menatap Mikio.

Aya bertanya, "kakak ingin pergi ke mana?"

"Kakak ingin pergi ke kampus," ucap Mikio.

Aya bertanya, "kapan kakak pulang?"

"Mungkin ... malam," jawab Mikio.

"Kalau begitu, kakak ingin makan malam apa?" tanya Aya sembari tersenyum.

"Apa saja," jawab Mikio.

Aya berucap, "baiklah."

"Kalau begitu ... kakak pergi dulu," kata Mikio.

"Baiklah ... kakak hati-hati ya," ucap Aya.

Kreeek ....

Mikio membuka pintu kamar apartemennya secara perlahan, lalu ia melangkahkan kakinya keluar.

Setibanya di luar, tanpa Mikio sadari, nampak seorang pria dewasa berjalan dengan sempoyongan sembari membawa sebotol bir.

Pria itu berjalan ke arah Mikio.

Gubraaak ....

Pria menabrakkan dirinya pada Mikio.

Crack ....

Sebotol bir yang pria itu bawa, jatuh ke lantai kemudian retak.

Seketika teras apartemen Mikio basah akibat botol bir yang pecah.

"Sialan!" bentak pria mabuk itu pada Mikio.

Sontak Mikio kaget.

Pria mabuk itu menatap Mikio dengan sangarnya.

"Maaf!" seru Mikio.

Meskipun bukan salah dirinya, entah kenapa Mikio minta maaf.

"Apakah kamu pikir dengan minta maaf itu cukup?" tanya pria mabuk.

Mikio hanya diam.

"Hah!" bentak pria itu.

Sekujur tubuh Mikio gemetar.

"Maaf ... aku akan menggantinya," ucap Mikio.

Mendengar itu, pria mabuk tersenyum licik.

Kemudian Mikio mengambil dompet pada sakunya, lalu menyerahkan sejumlah uang tunai pada pria mabuk itu.

Sementara itu, Aya sedang menatap tajam pria mabuk itu dari dalam kamar apartemen Mikio.

Sadar dirinya sedang ditatap, pria mabuk menoleh.

Terpandang oleh pria mabuk, seorang gadis kecil dengan pakaian kimono sedang menatapnya tajam.

Ada apa dengan gadis kecil ini ... matanya menakutkan, batin pria mabuk.

"Ini adalah kesalahan dia," kata pria mabuk sembari menunjuk Mikio.

Kemudian pria mabuk itu menatap Aya dengan senyuman liciknya.